nusabali

Artha Dipa Diserang Golkar

Mas Sumatri-Nengah Sumardi Mendadak Akrab, Artha Dipa Dicueki

  • www.nusabali.com-artha-dipa-diserang-golkar

Dewa Nida tuding Artha Dipa plintat plintut, karena mendadak undur diri dari pencalonan di Golkar untuk Pilkada Karangasem 2020

DENPASAR, NusaBali

Langkah Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa undur diri dari pencalonan di Golkar untuk Pilkada Karangasem 2020, membuat gerah kubu Beringin. Sejumlah kader Beringin tuding Artha Dipa main-main dan melecehkan Partai Golkar yang sudah bersedia menampungnya.

Fungsionaris DPP Golkar, Dewa Made Widiyasa Nida, bahkan tuding Artha Dipa sebagai sosok tokoh yang plintat plintut (plin plan). Menurut Dewa Nida, Golkar sebetulnya sangat menghargai keinginan Artha Dipa maju lewat partainya di Pilkada Karangasem 2020. Tapi, ternyata orangnya plintat plintut.

“Mundur dari pencalonan, ini namanya melecehkan organisasi. Golkar partai besar yang jadi runner up dalam Pemilu tingkat nasional dan di Bali. Tapi, Golkar telah dilecehkan oleh sikap Artha Dipa. Kami sayangkan sekali sikap Artha Dipa yang nggak konsisten itu" ujar Dewa Nida di Kantor Sekretariat DPD I Golkar Bali, Jalan Surapati 9 Denpasar, Kamis (9/1).

Dewa Nida menyebutkan, Artha Dipa sebelumnya bergabung ke Golkar, November 2019 lalu, setelah hijrah dari NasDem. Bahkan, Artha Dipa langsung dipakaikan jas kuning (kebesaran Golkar) saat acara konsolidasi di Denpasar.

"Kala itu, Artha Dipa dengan gagahnya mengatakan ibarat orang yang ‘kembali’ ke kawitan (asal). Nyatanya, sekarang mundur dari pencalonan di Golkar. Kan tidak konsisten namanya, kalau dia meninggalkan kawitan. Semua kader Golkar yang awalnya simpati sama Artha Dipa sebagai seorang tokoh, berbalik jadi antipati," tandas politisi asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung yang mantan Ketua DPD II Golkar Klungkung ini.

Menurut Dewa Nida, DPP Golkar pasti akan colek pamor (menandai) kader seperti Artha Dipa, yang tidak tetap pendirian, hanya menjadikan partai sebagai alat dan kepentingan, bukan sebagai bagian untuk perjuangan. "Orang-orang kayak Artha Dipa ini menjadi catatan," katanya.

Sedangkan Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi (OKK) DPD I Golkar Bali, Made Dauh Wijana, sindir langkah Artha Dipa mundur dari pencalonan di Golkar mengesankan yang bersangkutan ‘sudah menyerah sebelum bertarung’. Dauh Wijana menyatakan Artha Dipa sepertinya berpikiran bahwa Golkar sudah pasang I Gusti Ayu Mas Sumatri-I Made Sukerana sebagai Cabup-Cawabup Karangaem ke Pilkada 2020, hanya gara-gara mereka mendaftar hampir bersamaan di DPD II Golkar Karangasem.

"Padahal, Mas Sumatri (Bupati Karangasem yang kini Ketua DPD NasDem Karangasem) dan Made Sukerana (mantan Ketua DPD II Golkar Karangasem dan eks Wakil Bupati Karangasem) itu mendaftar sendiri-sendiri. Usai mendaftarkan pencalonannya, kebetulan Sukerana masih bertahan di Kantor DPD II Golkar Karangasen, sehingga bertemu Mas Sumatri,” beber Dauh Wijana.

“Tapi, kok itu (kebersamaan Mas Sumatri-Sukerana) dijadikan alasan Artha Dipa mundur dari pencalonan? Ini jadi kayak kekanak-kanakan. Tetapi, kami di Golkar tidak merasa akan kekurangan pendukung dengan mundurnya Artha Dipa. Proses penjaringan calon untuk Pilkada Karangasem jalan terus," lanjut Dauh Wijana yang juga Ketua DPD II Golkar Karangasem.

Dauh Wijana memaparkan, proses penetapan pasangan Cabup-Cawabup untuk Pilkada sudah diatur dalam Juklak Nomor 6/ DPP/Golkar/VI/2016. Sesuai juklak tersebut, semua kandidat yang mendaftar tetap akan melalui mekanisme survei elektabilitas. Walaupun ada calon yang mendaftar berpaket, belum tentu mereka akan di-rekomendasi.

"Ada mekanisme survei untuk uji elektabilitas, yang dipakai acuan dalam memutuskan pasangan calon. Nah, yang mendaftar sebagai Cawabup, justru bisa direkomendasi sebagai Cabup kalau elektabilitasnya bagus," tegas politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar yang sempat duduk di DPRD Bali ini.

Wayan Artha Dipa mendadak mengundurkan diri dari pencalonannya di Golkar untuk Pilkada Karangasem 2020, Rabu (8/1) siang. Alasannya, Bupati IGA Mas Sumatri yang kini Ketua DPD NasDem Karangasem sudah membonceng tandemnya di posisi Cawabup, Made Sukerana, saat mendaftarkan pencalonan ke DPD II Golkar Karangasem, 3 januari 2020 lalu.

Artha Dipa merasa kurang tepat berebut tiket yang sama di partai yang sama, manakala masih melanjutkan tugas-tugas selaku Wakil Bupati Karangasem 2016-2021 hingga hingga 17 Februari 2021 mendatang. Atas dasar itulah, Artha Dipa mundur dari pencalonan di Golkar. Artha Dipa yang digadang-gadang akan menjadi Cawabup pendamping I Gede Dana dari PDIP di Pilkada Karangasem 2020, menyatakan ‘tidak mengikuti proses pencalonan selanjutnya di Golkar’.

Manuver Artha Dipa ini kontang membuat tersinggung kubu NasDem. Masalahnya, aksi lempar handuk Artha Dipa membawa-bawa nama Bupati Mas Sumatri. Ketua Divisi Saksi DPP NasDem, I Gusti Putu Artha, menyatakan butir keempat pernyataan Artha Dipa ada tuduhan bahwa saat mendaftar ke Golkar, Mas Sumatri sekaligus mengajak kan-didat Cawabup Made Sukerena.

Menurut IGP Artha, tuduhan itu adalah fitnah. Soalnya, posisi Cawabup bukan wewenang Mas Sumatri untuk menentukan, tetapi Golkar. Maka, tuduhan Mas Sumatri mengajak Cawabup, ini seolah-olah Artha Dipa meremehkan partainya sendiri yang kesannya bisa diatur oleh orang per orang dalam penentuan Cawabup di Golkar. Padahal, sistem pencalonan di Golkar, seperti halnya di NasDem, sangat profesional dan berlandaskan peraturan organisasi.

Sementara itu, Bupati Mas Sumatri mendadak akrab dengan Wakil Ketua DPRD Karangasem dari Fraksi Golkar, I Nengah Sumardi, padahal selama ini mereka sulit bertegur sapa. Keakraban Mas Sumatri dan Nengah Sumardi ini terjadi saat hadiri acara pelantikan 21 Perbekel di Wantilan Nawa Satya Kantor Bupati Karangasem, Jalan Ngurah Rai Amlapura, kemarin pagi pukul 10.00 Wita.

Pantauan NusaBali, saat itu Bupati Mas Sumatri duduk berdampingan dengan Wabup Artha Dipa dan Wakil Ketua Dewan Nengah Sumardi. Mas Sumatri duduk di tengah, diapit oleh Artha Dipa (kanan) dan Sumardi (kiri). Mas Sumatri lebih banyak aktif berkomunikasi sambil tertawa dengan Sumardi, seraya merapatkan tempat duduk dan bicara berhadap-hadapan. Mas Sumatri sama sekali tidak pernah menoleh ke arah Artha Dipa selama acara berlangsung hingga dilakukan sesi foto bersama 21 Perbekel.

Saat dihampiri NusaBali, Sumardi mengaku hanya ngobrol biasa dengan Mas Sumatri. "Saya hanya ngobrol biasa, tidak ada yang serius," jelas Wakil Ketua Dewan yang notabene adik kandung mantan Bupati Karangasem (2005-2010, 2010-2015) I Wayan Geredeg ini.

Seperti halnya Artha Dipa dan mas Sumatri, Sumardi juga menadaftar nyalon di Golkar untuk Pilkada Karangasem 2020. Bedanya, politisi asal Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem ini baru resmi mendaftarkan pencalonannya ke Sekretariat DPD II Golkar Karangasem seusai pelantikan 21 Perbekel, Kamis siang. Sumardi kini bersaing dengan Made Sukarena berebut posisi Cawabup pendamping Mas Sumatri di partainya.

Sementara, Mas Sumatri mengaku mendadak akrab dengan Sumardi, karena tempat duduknya berdekatan saat acara kemarin. "Biasa kan sebelum acara dimulai, ngobrol basa-basi sesama pejabat tinggi kabupaten," kilah Mas Sumatri.

Sebaliknya, Artha Dipa tidak terlalu risau dicuekin oleh Mas Sumatri. Artha Dipa juga tak masalah kedetangan Mas Sumatri dan Sumardi. "Saya hanya menanggapi dibilang lempar handuk. Memang benar saya lempar handuk, untuk mendapatkan handuk yang baru," papar Artha Dipa seolah mengisyaratkan akan jadi Cawabup pendamping Gede Dana di PDIP. *nat,k16

Komentar