nusabali

Desa Bantas Diproyeksikan Jadi Desa Kawasan Buah dan Ikan

  • www.nusabali.com-desa-bantas-diproyeksikan-jadi-desa-kawasan-buah-dan-ikan

Besarnya pendapatan di beberapa desa wisata membuat banyak desa tergiur merintis hal yang sama.

TABANAN, NusaBali

Seperti Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, yang berupaya menuju desa wisata dengan mengembangkan potensi menjadi desa buah dan desa ikan. Konsep untuk menjalankan ide tersebut tengah dirancang, dan akhir 2020 diharapkan bisa terealisasi.

Perbekel Bantas I Gede Ketut Catur Purnawan mengatakan ide mengembangkan desa menjadi kawasan buah dan ikan atas dasar TPS 3R (tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle) Desa Bantas menjadi lima terbaik nasional. Pengolahan sampah berjalan dengan baik hingga sudah bisa menghasilkan pupuk kompos. Berkat hal tersebut banyak wisatawan, terutama wisatawan Taiwan datang untuk edukasi penanganan sampah.

Sehingga dari dasar itu ada ide, pengembangan konsep memberdayakan masyarakat agar memanfaatkan kompos untuk menanam pohon penghasil buah, yang arahnya untuk menjadi kawasan wisata buah.

Sedangkan untuk budidaya ikan, kebetulan di TPS juga ada budidaya magot atau black soldier fly (lalat tentara hitam), sekaligus Desa Bantas dialiri dua sungai. “Magot inilah yang nantinya akan digunakan menjadi pakan ikan,” ujarnya, Selasa (7/1).

Menurut Catur, ikan yang rencananya dibudidayakan adalah ikan bawal, nila, dan lele. Di samping itu di Desa Bantas khususnya di Banjar Bantas Bale Agung dan Banjar Bantas Kaja sudah ada tokoh yang membudidayakan ikan tersebut, dan sudah ada pasar. “Namun untuk konsep ke depan agar bisa menuju desa wisata, enam banjar yang ada di Desa Bantas masing-masing harus punya kolam,” tuturnya.

Kemudian untuk penanaman pohon buah, sesuai dengan pemetaan sementara disediakan lahan 18 hektare di Banjar Gelogor dan Banjar Bunut Bun. Pohon buah yang ditanam dari semua jenis buah, seperti durian, mangga, dan alpukat.

Lokasi yang disebutkan itu dekat dengan TPS sesuai dengan pemberdayaan pupuk kompos yang dihasilkan. “Pemetaan ditanami tanaman buah ini sesuai dengan tempat pemberdayaan pupuk kompos yang disediakan desa. Karena selama ini ketika ada wisatawan ke TPS, mereka belajar olah sampah seperti membuat kerajinan dan lain-lain. Sedangkan untuk pemberdayaan kompos, wisatawan menanam ke lahan yang disediakan tersebut,” beber Catur.

Untuk persiapan konsep tersebut kini tengah dibentuk pokdarwis selaku pengelola. Juga sudah digelar rapat dengan tokoh di desa. Rata-rata menyetujui konsep tersebut. “Kami sudah rapat dengan tokoh terkait hal tersebut, rata-rata menyetujui konsep tersebut,” akunya.

Catur memperkirakan jika tidak ada halangan eksekusi konsep tersebut diharapkan berjalan di akhir Desember 2020. “Ini masih harapan, kita lihat saja dulu, atau mungkin tahun depan bisa dijalankan,” ujarnya.

Dia menambahkan anggaran untuk mendukung program tersebut dari desa lewat TPS 3R. Sesuai dengan musyawarah desa untuk penyusunan APBDes, semua anggaran tersebut dibuat guna mendukung dana kebersihan, kelompok ikan, dan kelompok pertanian. “Pada intinya sesuai dengan pertimbangan tokoh-tokoh lebih ingin menciptakan desa organik. Sebab sekarang semua serba instan, agar ke depannya bisa makan yang organik,” tandas Catur. *des

Komentar