nusabali

Memiralkan Anak dan Guru Hebat Krama Bali

  • www.nusabali.com-memiralkan-anak-dan-guru-hebat-krama-bali

SUNGGUH banyak anak-anak dan orang dewasa yang hebat, di bidang akademik maupun non-akademik di gumi Bal ini.

Misalnya, anak-anak SD, SMP, SMA/SMK, atau mahasiswa yang berlaga di ajang nasional maupun internasional, di bidang akademik maupun non-akademik, meraih juara di berbagai tingkatan. Demikian juga orang dewasa, guru, dosen, budayawan, seniman dan sejenisnya, sering pula mengikuti lomba dan menjuarai berbagai kompetisi tersebut. Namun dilihat dari kekerapannya masih amat sedikit orang hebat tersebut dapat mengimbas kehebatannya itu.

Adakah cara lain yang lebih mangkus dan sangkil untuk mengimbas kehebatan tersebut, sehingga kualitas sumber daya krama Bali dapat dipercepat dan dimeratakan ke ruang dan tempo gumi Bali tercinta ini?

Kompetisi penting, tetapi itu masa lalu. Saat ini yang lebih penting adalah membangun sumber daya insani unggul. Pada era Industri 4.0, cara-cara membangun manusia unggul mengutamakan berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), kolaborasi (collaboration), dan komunikasi (communication) berbasis teknologi informasi. Tetapi, keempatnya memerlukan waktu, biaya, dan energi yang besar. Apakah tidak ada pilihan yang lebih cepat, murah, dan sederhana, tetapi efektif?

Pilihannya mungkin dengan memberdayakan orang-orang hebat tersebut, yang sudah diakui kehebatan dan keunggulannya lewat berbagai kesempatan lomba, festival, lokakarya, seminar, dan lain sebagainya. Misalnya, anak SD, SMP, SMA/SMK yang memeroleh prestasi melebihi teman lainnya di tingkat sekolah, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional atau bahkan internasional dapat mengimbas cara-cara, motivasi, sikap, rasa percaya diri, atau hasil belajarnya kepada 10 orang lainnya. Ketika seorang anak menjadi juara, dia seorang yang merasakan suasana kejuaraan, yang lainnya tidak paham bagaimana kejuaraan tersebut bisa diraih? Tetapi, kalau upaya itu bisa ditularkan kepada yang lainnya, maka jumlah yang memahami upaya hebat dapat ditularkan dengan cepat dan murah. Yang perlu diingat bahwa waktu dan tenaga anak hebat tersebut harus ajeg didayagunakan, suasana dijaga, interaksi dimaksimalkan, dan biaya ditiadakan, maka upaya penularan kehebatan dapat dipercepat dan dimeratakan.

Analog dengan kehebatan anak tersebut tersebut, pendidik, dosen, dan tenaga kependidikan lainnya bisa mengimbas pengetahuan dan keterampilan mereka seusai memeroleh pendidikan lanjut, seminar, lokakarya, sarasehan, simposium, kolokium atau studi banding, kepada krama dewasa Bali lainnya. Umumnya, waktu dan biaya untuk mengikuti kegiatan tersebut cukup besar, tetapi imbal balik sosialnya tidak dirasakan oleh yang lainnya, yang belum berkesempatan untuk itu, yang tidak mampu untuk melakukan itu, yang mustahil meraih itu semua. Oleh karenanya, cara mengimbas kehebatan yang lebih mangkus dan sangkil lewat pertemuan sejawat, paruman desa, arisan keluarga, dan sebagainya dapat menggantikan cara-cara mahal yang sering dilakukan di masa lalu.

Suatu motto yang perlu dimiliki krama hebat Bali adalah ‘bukan meraih prestasi hebat sendiri yang penting, tetapi yang lebih penting adalah membuat krama Bali lain hebat’. Dengan ‘tri kaya parisuddha’ seperti itu, maka sumber daya krama Bali yang unggul dapat diwujudkan dalam waktu, biaya, dan tenaga yang minimal. Pembangunan sumber daya krama Bali yang unggul harus dimulai oleh, dari, dan untuk krama Bali itu sendiri. Pemerintah hanya memberikan motivasi dan fasilitasi untuk terwujudnya upaya luhur tersebut. Semoga upaya yang baik, efisien, dan efektif membuahkan sumber daya Bali yang unggul di era Industri 4.0. *

Prof Dewa Komang Tantra MSc, PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya

Komentar