nusabali

Mandi di Sungai, Siswa Tewas Tenggelam

  • www.nusabali.com-mandi-di-sungai-siswa-tewas-tenggelam

Seorang siswa MTS Al Amin (setingkat SMP) Tabanan, Dimas Sihabudin, 13, tewas tenggelam saat mandi di Sungai Yeh Panahan kawasan Banjar Pangkung Prabu, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Kamis (2/1) siang.

TABANAN, NusaBali

Korban meregang nyawa karena tidak bisa berenang saat neket mencebur ke air sungai sedalam 5 meter. Informasi di lapangan, peristiwa naas yang merenggut nyawa korban Dmas Sihabudin terjadi Kamis siang sekitar pukul 13.00 Wita. Saat itu, siswa Kelas VII MTS Al Amin, Tabanan ini mengajak dua rekan sekelasnya, Dani Aditya Ramadhani, 13, dan Muhamad Choirulzat, 13, mandi di Sungai Yeh Panahan.

Mereka pergi ke Sungai Yeh Panahan usai sholat sambil menunggu jam masuk sekolah pukul 13.00 Wita. Awalnya, mereka bermaksud jalan-jalan di sekitaran Taman Makam Pancaka Tirta (TMP), yang berlokasi di sebelah tenggara Kantor Bupati Tabanan.

Sebetulnya, dua rekannya sempat menyarankan korban Dimas Sihabudin yang mengaku kepanasan agar bermain di sekitar TMP Pancaka Tirta saja. Namun, korban menolak dan berjalan menuju sungai. Maka, dua rekannya pun ikut ke Sungai Yeh Panahan.

Setibanya di sungai, sudah ada 6 siswa MTS Al Amin lainnya yang terlihat duduk di pinggir Sungai Yeh Panahan yang biasanya digunakan krama Banjar Pangkung Prabu untuk nganyut dalam prosesi upacara ngaben. Tanpa basa basi, korban Dimas Sihabudin langsung buka baju yang diletakkan di atas batu, kemudian melompat ke sungai.

"Begitu melompat ke sungai, Dimas seperti orang tenggelam. Tangannya sempat melambai-lambai, namun kemudian tenggelam,” ungkap rekan korban, Dhani Aditya Ramadhani.

Begitu korban tenggelam, rekan lainnya yang sudah lebih dulu berada di sungai, Dwi Andika Wardani, langsung berupaya memberikan pertolongan, namun gagal karena yang bersangkutan justru kehabisan napas. Selanjutnya, rekan-rekannya yang lain seperti Dhani, Mandala, dan Izad coba memberikan pertolongan. Namun, upaya mereka juga gagal.

Dalam keadaan panik, para siswa MTS Al Amin ini sempat mencari ranting kayu dengan maksud digunakan untuk mengetahui posisi korban Dimas Sihabudin. Namun, korban Dimas Sihabudin tidak berhasil ditemukan. "Akhirnya, kami lapor ke warga terdekat dan juga kepada guru di sekolah," jelas Dhani.

Musibah ini selanjutnya dilaporkan ke polisi. Tak lama berselang, tim gabungan dari Basarnas dan Pol Air Polres Tabanan terjun ke lokasi untuk melakukan pencarian, dengan dinbantu warga. "Sebelum melibatkan Basarnas, kami berupaya melalukan pencarian secara manual. Tapi, karena kedalaman air di mana korban tenggelam agak dalam sekitar 5 meter, akhirnya melibatkan Basarnas," ungkap Kapol-sek Tabanan, Kompol Nyoman Sukanada.

Setelah dilakukan proses pencarian selama 20 menit, Tim Basarnas akhirnya berhasil menemukan korban Dimas Sihabudin di dasar sungai sekitar 10 meter arah barat daya dari lokasi tenggelam. Siswa berusia 13 tahun yang tinggal di Banjar Senapahan Kaja, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan ini ditemukan sudah dalam kondisi meninggal.

Atas permintaan ayahnya, Sutarman, jenazah korban Dimas Sihabudin tidak dibawa ke rumah duka, melainkan langsung disemayamkan di masjid sebelum kemudian dilakukan upacara penguburan. Korban Dimas Sihabudin merupakan anak kedua dari pasangan Sutarman dan Ni Putu Juliasih. Menurut Kompol Sukadana, dugaan sementara, korban tewas tenggelam karena tidak bisa berenang.

Sementara itu, selama proses pencarian kemarin siang, keluarga korban Dimas Sihabudin menggelar doa bersama di pinggir Sungai Yeh Panahan. Ibunda korban, Ni Putu Juliasih, yang bekerja sebagai sales Yakult, tiada henti menangis hingga harus ditenangkan kerabatnya. Ayah korban, Sutarman, juga tidak kuasa menahan tangis saat jenazah putranya ditemukan. "Ini anak kedua saya," tutur Sutarman sambil menangis.

Menurut Sutarma, tidak ada firasat buruk sebelum kematian tragis putranya. Malam sebelum musibah maut juga tidak ada gelagat aneh dari putranya. Hanya saja, Sutarman tidak habis pikir, kenapa anaknya sampai mandi ke sungai yang berjarak cukup jauh sekitar 400 meter arah selatan dari sekolah. "Kenapa sekolahnya jauh, anak saya bisa ke sini (sungai)?" keluh ayah dua anak yang kesehariannya bekerja sebagai buruh proyek ini. *des

Komentar