nusabali

Berhasil Samai Pangkat Sang Ayah, Letjen TNI Ida Bagus Sudjana

Letjen TNI Ida Bagus Purwalaksana SIP MM, Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan

  • www.nusabali.com-berhasil-samai-pangkat-sang-ayah-letjen-tni-ida-bagus-sudjana

Letjen TNI Ida Bagus Purwalaksana SIP MM merupakan putra Bali kedua yang dipercaya menduduki jabatan Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan, setelah Letjen TNI (Purn) I Putu Suranta

JAKARTA, NusaBali

Satu lagi perwira tinggi TNI AD yang dapat jabatan strategis di militer. Dia adalah Letjen TNI Ida Bagus Purwalaksana SIP MM, 56, putra Bali asal Sanur, Denpasar Selatan yang dipercaya menjabat Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan (Irjen Kemhan), sejak 11 Desember 2019 lalu. Dari segi kepangkatan, mantan Danrem 163/Wirasatya-Bali ini sudah mampu menyamai almarhum ayahnya, Letjen TNI (Purn) Ida Bagus Sudjana.

Letjen TNI IB Purwalaksana merupakan putra Bali kedua yang pernah dipercaya menduduki jabatan Irjen Kemenhan, setelah Letjen TNI (Purn) I Putu Suranta. Letjen IB Purwalaksana menempati jabatan tersebut setelah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan mutasi dan promosi jabatan 41 Perwira Tinggi (Pati) TNI, berdasarkan Surat Keputusan Nomor Kep/1351/XI/2019 tanggal 26 November 2019. Serah terima jabatan dan pelatikan baru dilakukan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, 11 Desember 2019.

Begitu ditetapkan menjadi Irjen Kemenhan per 26 November 2019 sesuai SK, pangkat Purwalaksana di kemiliteran pun langsung naik dari Mayjen TNI (Jenderal Bintang Dua) menjadi Letjen TNI (Jenderal Bintang Tiga). Perwira Tinggi kelahiran Cimahi, Jawa Barat, 5 Februari 1964, ini praktis menyamai pakat ayahnya, almarhum Letjen TNI (Purn) IB Sudjana.

Perlu dicatat, IB Sudjana merupakan perwira tinggi asal Bali pertama yang raih pangkat Jenderal TNI Bintang Tiga. Semasa aktif di militer, IB Sudjana sempat menduduki jabatan Kepala Staf Umum (Kasum) ABRI. Kemudian, IB Sudjana diangkat mendiang Presiden Soehartio menjabat Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) 1993-1998. IB Sudjana pun praktis mengukuhkan diri sebagai putra Bali pertama yang mendu-duki kursi menteri.

Sebelum naik ke kursi Irjen Kemenham dengan pangkat Letjen TNI, Purwalaksana menapaki karier dari bawah. Alumnus Akabri TNI AD 1987 ini mengawali karier sbagai Danton II KIPAN C Yonif 305/Kostras, 1 Agustus 1987.

Sampai akhirnya Purwalaksana menjadi Danrem 163/Wirasatya-Bali, 4 Juni 2012, ketika masih berpangkat Kolonel. Setelah 1,5 tahun jadi Danrem 163/Wirasatya, Purwalaksana dialihkan menjadi DANKORSIS SESKOAD, 13 Desember 2013, lalu Kepala Biro Tata Usaha ROTU Setjen Kemenhan (27 Juni 2014), Kepala Badiklat Kemenhan (27 Desember 2017), Dirjen Kekuatan Pertahanan Ditjen Kemenhan (27 Mei 2019), hingga Inspektur Jenderan Kemenhan (11 Desember 2019).

Purwalaksana bersyukur atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. "Susah dan senang sebagai prajurit TNI, sudah saya jalani. Saya pernah di pasukan elite TNI AD, Kopassus dan Kostrad. Kemudian di Teritorial, Kodim, dan Korem, di bagian pendidikan, staf, operasi. Jadi pasukan pengamanan perdamaian PBB juga sudah saya lakoni," ujar Purwalaksana saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya, Jumat (20/12) lalu.

Menurut Purwalaksana, tugas Irjen Kemenhan yang diembannya ini cukup berat. Dia harus menjaga bagaimana pengadaan di Kemhan dan TNI berjalan baik serta sesuai peraturan. Apalagi, ada peningkatan anggaran dari negara untuk Kemenhan, sehingga penggunaannya harus sesuai dengan tujuan dan peruntukannya agar jangan sampai bocor.

Purwalaksana menyebutkan, tugas Irjen juga melakukan pengecekan internal, sebelum mendapat penilaian dari BPK RI. Dalam laporan audit keuangan tahun anggaran 2018 yang diberikan BPK per Juni 2019 lalu, Kemenhan memperoleh opini tertinggi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). “Sebagai Irjen Kemenhan yang baru, saya ingin mempertahankan predikat WTP itu,” jelas anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Letjen TNI (Purn) IB Sudjana dan Iskana Parwati ini.

Purwalaksana pun siap kerja keras untuk merealisasikan harapannya itu. Sebab, penilaian ke depan akan semakin sulit dan meningkat. Sebagai Irjen Kemenhan, Purwalaksana akan melakukan langkah-langkah yang telah dilakukan pendahulunya, Letjen TNI Agus Sutomo.

"Mulai dari melakukan pra audit, current, hingga past. Jadi, sebelum pelaksanaan, saat pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan, akan dicek, apakah sesuai sasaran dan tujuan atau tidak," sebut Perwira Tinggi yang meraih pangkat Brigjen TNI pada 27 Juni 2014 dan Mayjen TNI tanggal 1 Februari 2018 ini.

Ida Bagus Purwalaksana sendiri lahir di Cimahi, Jawa Barat, 5 Februari 1964. Dia lahir dan dibesarkan di rantau, karena ayahnya yang berprofesi sebagai tentara berpindah-pindah tugas. Semasa sekolah SD di Cimahi, Purwalaksana aktif berorganisasi dengan mengikuti Pramuka.

Purwalaksana pun terkenang masa kecilnya saat duduk di Kelas VI SD, ketika dilakukan perlombaan Pramuka tingkat provinsi. Dia saat itu masuk Regu Beruang dan mendapat tugas memasak. Padahal, dia tidak pandai memasak. Dengan percaya diri, dia meracik semua bumbu yang ada, termasuk tahu tauco dicampur cabai. Rasanya ternyata enak, sehingga dipuji tim penilai dan teman-temannya. Sayang, nasi yang dimasak Purwalaksana kurang matang.

"Ketika memasak, saya sudah mencoba nasi itu. Rasanya enak dan saya anggap itu sudah matang, sehingga saya lanjut masak lauk. Pas dicoba, teman-teman mengatakan nasi belum matang," kenang Purwalaksana.

Purwalaksana juga sempat mengenang ketika pindah domisili ke Sintang, Kalimantan Barat, karena sang ayah ditugaskan di sana. “Saya tinggal di Santang selama 3 tahun, persis selama menempuh pendidikan SMP. Pengalaman di Santang sulit dilupakan, karena saya tinggal di hutan dengan berteman dengan orang-orang pedalaman di mana 80 persen penduduknya Suku Dayak. Sampai sekarang, saya masih berteman baik dengan sahabat di Sintang,” papar ayah dari Ida Bagus Pradnya Laksana, 22, Ida Bagus Widnyana Laksana, 21, dan Ida Bagus Nyoman Bharata Laksana, 19 ini.

Purwalaksana memutuskan pindah ke Bekasi, Jawa Barat setelah tamat SMP. Dia masuk SMA di Bekasi demi mendapat pendidikan lebih baik lagi. Zaman itu, ukuran pendidikan di Pulau Jawa dianggap bagus. Nah, di Bekasi, Purwalaksana mengontrak rumah bersama 3 sepupunya dari pihak ibu. Bersama mereka, Purwalaksana belajar mandiri.

Begitu naik Kelas II SMA, Purwalaksana putuskan pindah sekolah ke SMAN 4 Bandung, Jawa Barat. Keputusan itu dia ambil agar bisa menemani adiknya yang juga sekolah di Bandung. “Sedangkan orangtua saya saat itu masih tetap tugas di Sintang, Kalimantan Barat," papar Purwalaksana yang menamatkan pendidikan SMAN 4 Bandung tahun 1983. *k22

Komentar