nusabali

Padma Bhuwana Tertera Benderang di Pekarangan Bali

  • www.nusabali.com-padma-bhuwana-tertera-benderang-di-pekarangan-bali

PADMA BHUWANA sebagai pendekatan pembangunan Bali berbasis budaya menjadikan setiap Dewata Nawa Sangha sebagai spirit taksu sesuai dengan kemahakuasaan-Nya masing-masing.

GIANYAR, NusaBali

Prof Dr Ir Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace menjelaskan, pada lingkup yang paling kecil, hal ini dapat dilihat dari pola arsitektur rumah tradisional Bali.

Pada bagian utara rumah tradisional Bali terdapat Bale Daja atau Meten yang fungsinya adalah sebagai ruang privat, sekaligus tempat menyimpan barang berharga milik keluarga. Ruang ini bertalian erat dengan fungsi Dewa Wisnu dan Dewi Sri sebagai pemelihara atau penjaga segala anugerah yang diperoleh manusia. Pada bagian timur laut, terdapat sanggah atau merajan keluarga sebagai tempat pemujaan dan persembahan (yadnya) yang dikaitkan dengan fungsi Dewa Sambhu sebagai pusat seluruh orientasi kesucian.

Pada bagian timur, terdapat Bale Gede yang fungsi utamanya adalah untuk penyelenggaraan upacara atau rituan keagamaan keluarga sesuai dengan fungsi Dewa Iswara sebagai saksi agung seluruh aktivitas manusia, sekaligus sumber pencerahan rohani.

Pada bagian tenggara, terdapat jineng atau lumbung yang berfungsi untuk menyimpan hasil-hasil pertanian, khususnya padi yang dapat diinterpretasikan berkaitan erat dengan fungsi Dewa Maheswara sebagai penjaga keseimbangan darat dan laut. Dalam hal ini juga dapat dimaknai sebagai penjaga keseimbangan pengeluaran dan pemasukan.

Pada bagian selatan, terdapat dapur (paon) sebagai tempat memasak keluarga yang berhubungan dengan fungsi Dewa Brahma sebagai penguasa api. Selain itu, dapur juga berfungsi membakar segala kekotoran (mala) yang dibawa dari luar. Pada bagian barat daya terdapat angkul-ankul sebagai pintu masuk utama ke dalam rumah. Fungsi ini terkait dengan kekuatan Dewa Rudra yang berfungsi melebur niat jahat dari orang yang akan memasuki rumah.

Pada bagian barat terdapat Bale Dauh yang berfungsi sebagai tempat aktivitas terkait kesejahteraan keluarga seperti fungsi Bhatara Mahadewa sebagai penguasa dari seluruh kesejahteraan dan kekayaan.  Pada bagian barat daya terdapat palinggih Panunggun Karang sebagai tempat melaksanakan untuk upacara pecaruan untuk mengharmoniskan  (nyomya) unsur-unsur alam yang negatif (bhuta) agar bermanfaat (dewa). Fungsi ini berkaitan dengan Bhatara Sangkara sebagai penguasa semua makhluk (sarwa prani), terutama tetumbuhan. Pada bagian tengah terdapat natar atau lebuh sebagai tempat aktivitas seni, budaya, dan keagamaan yang berkaitan erat dengan fungsi Dewa Siwa. ‘’Padma Bhuwana sebagai pendekatan pembangunan Bali berbasis budaya juga dapat diterapkan dalam konsep penataan wilayah Bali secara keseluruhan,’’ jelas Cok Ace.*lsa

Komentar