nusabali

Museum Coklat Sanan Gandeng Petani Kakao Jembrana

  • www.nusabali.com-museum-coklat-sanan-gandeng-petani-kakao-jembrana

Produk cokelat petani kakao Jembrana kualitasnya bersaing dengan penghasil coklat dunia lainnya.

DENPASAR, NusaBali.com
Museum Coklat Sanan Bali yang akan segera dibuka turut menggandeng para petani kakao di daerah Jembrana sebagai produsen coklat organik yang nantinya akan dipasarkan di Museum Coklat Sanan Bali ini. Hal ini berangkat dari fakta bahwa coklat yang dihasilkan oleh para petani kakao di Jembrana memiliki kualitas yang tak kalah dari coklat yang dihasilkan di negara-negara penghasil coklat yang lain, seperti Ghana dan Pantai Gading, Afrika Selatan, namun coklat hasil produksi petani Jembrana ini seringkali dipandang sebelah mata. 

Adalah Yayasan Kalimajari, yakni sebuah yayasan yang selama ini telah membina dan memperjuangkan para petani di Jembrana dalam upaya untuk meningkatkan kualitas coklat organik yang dihasilkan, dan juga memperjuangkan sertifikasi coklat organik yang dihasilkan oleh kelompok petani kakao di Jembrana. “Untuk mendapatkan sertifikat organik ini, kami harus diaudit oleh satu lembaga independen,” ujar I Gusti Agung Widiastuti, Direktur Yayasan Kalimajari dalam press conference yang berlangsung di Kampus Elizabeth International Denpasar pada Kamis (26/12/2019).

Proses sertifikasi ini untuk kakao yang diproduksi oleh petani Jembrana di bawah naungan Koperasi Kerta Semaya Samaniya, lanjut Agung Widiastuti, membutuhkan proses yang lama dan ketat. “Jika ditemukan saja satu kantong pupuk kimia, maka hasil produksi petani tersebut masih boleh dijual di koperasi, tapi tidak membawa nama cokelat organik,” lanjutnya. Hasilnya, produk cokelat hasil produksi petani kakao Jembrana kini telah mengantongi sertifikat UTZ pertama di Indonesia. Dan juga Koperasi Kerta Semaya kini telah sukses mengekspor produknya ke luar negeri, seperti Prancis. 

Sejalan dengan misi Museum Cokelat Sanan Bali, yakni untuk mencetak generasi petani milenial, Agung Widiastuti berharap, adanya penambahan value hasil pertanian menjadi daya tarik generasi muda untuk kembali bertani. “Salah satu cara untuk membuat petani kembali ke pertanian, anak muda kembali ke pertanian, mereka harus dimulai dengan sesuatu yang bisa mereka dapatkan,” tutupnya.*yl

Komentar