nusabali

Istri Dibunuh Suami di Kos

Sebelum Bunuh Istri, Pelaku Suruh Anaknya Pindah Kamar

  • www.nusabali.com-istri-dibunuh-suami-di-kos

Korban Ni Ketut Raning Siartini menikah dengan Ragil Wahyu Sudiono pada 2013, selang 3 tahun pasca cerai dari suami pertamanya

DENPASAR, NusaBali

Kasus pembunuhan lingkup keluarga terjadi di kamar kos kawasan Jalan Waribang 18 Kesiman Petilan, Denpasar Timur, Kamis (26/12) pagi. Korbannya adalah Ni Ketut Raning Siartini, 37, ibu rumah tangga asal Banjar Dalem, Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Bangli yang diduga dibunuh oleh suamninya, Ragil Wahyu Sudiono.

Informasi di lapangan, korban Ni Ketut Raning Siartini ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar kosnya, Kamis pagi pukul 06.00 Wita. Kematian tragis korban Ketut Raning pertama kali diketahui oleh anak keduanya, I Kadek Dita, 14. Saat ditemukan, ibu rumah tangga berusia 37 tahun yang kesehariannya mengelola warung makan di tempat kosnya ini sudah dalam kondisi tewas bersimbah darah, mayatnya tergeletak di atas kasur.

Dari keterangan bocah Kadek Dita, sebelum kejadian, Kamis dinihari sekitar pukul 03.30 Wita, ibunya yang tewas mengenaskan ini sempat mengantarkan sang kakak, Ni Putu Tina, 17, ke sekolah untuk mengikuti Tirta Yatra. Saat ibunya mengantarkan Putu Tina yang kini duduk di Kelas II SMA, datanglah ayah tirinya, Ragil Wahyu Sudiono. Sang ayah tiri meminta agar Kadek Dita dan adik tirinya, Rizky, 5, pindah ke kamar sebelah.

“Awalnya, dua anaknya ini tidur di kamar bersama ibunya (korban Ketut Raning, Red). Lalu, ayahnya datang dan mereka disuruh pindah ke kamar sebelah, dengan alasan akan membantu memasak nasi,” ungkap salah seorang keluarga korban Ketut Raning di lokasi TKP, Kamis kemarin.

Setelah bangun tidur dari kamar sebelah sekitar pukul 06.00 Wita, barulah Kadek Dita terkejut bukan main. Sebab, siswa Kelas II SMP ini menemukan ibunya tewas mengenaskan bersimbah darah di atas tempat tidur. Peristiwa maut ini pada akhirnya dilaporkan ke polisi. Jajaran kepolisian pun terjun ke lokasi TKP di kos kawasan Jalan Waribang 18 Kesiman Petilan untuk melakukan olah TKP dan mengevakuasi mayat korban, serta meminta keterangan di lapangan. Dari hasil pemeriksaan luar, korban Ketut Raning tewas dengan  4 luka tusuk di bagian perut dan luka memar di wajah.

“Polisi sempat mencari pisau yang digunakan untuk membunuh, tapi barang bukti tersebut belum ditemukan,” papar sepupu korban yang tidak mau namanya dikorankan. Kemarin pagi sekitar pukul 09.00 Wita, jenazah korban dibawa ke RSUP Sanglah untuk diotopsi.

Dugaan sementara, aksi pembunuhan sadis ini dilakukan suami kedua korban, Ragil Wahyu Sudiono, asal Madiun, Jawa Timur. Dugaan tersebut diperkuat oleh keterangan kakak korban, I Ketut Partama, 40, yang mengatakan bahwa saat ini adiknya dan sang suami kedua sedang dalam proses cerai.

Namun, Ketut Partama tidak mengetahui apa alasan perceraian adiknya dengan suami keduanya itu. “Dia (korban Ketut Raning) memang jarang pulang ke kampung ke Kintamani. Dia juga tidak pernah cerita masalah rumah tangganya,” tandas Ketut Partama, yang kemarin datyang langsung ke Denpasar dari kampungnya di Banjar Dalem, Desa Songan B.

Menurut Ketut Partama, Putu Tina (siswi Kelas II SMA) dan adiknya, Kadek Dita (Kelas II SMP) merupakan anak Ketut Raning dari pernikahan dengan suami pertamanya asal Karangasem. “Ketut Raning dan suaminya asal Karangasem bercerai sekitar tahun 2010,” kenang Partama.

Pasca bercerai, korban Ketut Raning yang merupakan anak ke-5 dari 8 bersaudara kemudian menikah dengan Ragil Wahyu Sudiono, pria asal Madiun sekitar tahun 2013. Selama 6 tahun mengarungi bahtera rumah tangga dengan Ragil Wahyu Nugroho, korban Ketut Raning dikaruniai satu anak laki bernama Rizki, yang masih duduk di bangku TK. “Saya dengar cerita kalau suaminya (Ragil Wahyu Sudiono) sering bolak balik ke Jawa. Katanya sih tidak punya pekerjaan tetap,” cerita Partama.

Hingga Kamis kemarin, jenazah korban pembunuhan ini masih berada di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah. Menurut Partama, akan dilakukan otopsi jenazah. “Setelah otopsi nanti, keluarga belum memutuskan apakah jenazahnya akan dibawa ke kampung di Desa Sngan B atau dikubur di sini (Denpasar). Sebab, masih dicek apakah sudah resmi pisah dengan suaminya atau bagaimana,” papar Partama.

Dikonfirmasi terpisah, Kamis kemarin, Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol Wayan Arta Ariawan, mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus pembunuhan pengelola warung yang diduga dilakukan suaminya tersebut. Pelaku Ragul Wahyu Sudiono juga masih diburu polisi. “Masih lidik ini. Nanti kami infokan perkembangannya,” ujar Kompol Arta Ariawan.

Sementara, pantauan NusaBali di lokasi TKP, Kamis kemarin, tempat tinggal korban Ketut Raning di Jalan Waribang 18 Kesiman Petilan merupakan tempat kos dengan tiga kamar tidur, dapur, dan ruko di bagian depan. Korban Ketut Raning menyewa seluruh bangunan rumah termasuk tiga kamar tersebut. Ruko bagian depan digunakan untuk jualan warung makan setiap harinya.

Terungkap, korban Ketut Raning bersama tiga anak dan suami keduanya sudah me-nempati rumah kos tersebut selama 4 tahun. Ada belasan keluarga dan kerabat korban Ketut Raning dari Desa Songan B yang kemarin datang ke lokasi TKP. Mereka berusaha menenangkan ketiga anak korban, termasuk si sulung Putu Tina yang baru mengetahui ibunya tewas dibunuh sepulang dari Tirta Yatra.

Sementara itu, Kepala Bagian SMF Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Ida Bagus Putu Alit SpF, mengatakan pihaknya sudah memerika kondisi jenaah korban Ketut Raning. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan empat luka tusuk, dua di antaranya sampai mengenai pembuluh darah besar. Dua luka tusuk cukup dalam inilah yang menyebabkan kematian korban.

“Jenazah korban kami terima pagi pukul 09.35 Wita. Dari hasil pemeriksaan luar, bisa diperkirakan waktu kematiannya kurang dari 8 jam sebelum jenazahnya diperiksa,” ujar dr IB Alit saat dikonfirmasi NusaBali.

Berdasarkan hasil otopsi jenazah, kata dr IB Alit, kondisi lambung korbang kosong dan kandung kemihnya penuh dengan kencing. Ini menandakan korban kemungkinan meninggal pada dinihari atau subuh. Selain empat luka tusuk di bagian perut, juga ditemukan tanda pencekikan pada leher.

“Pada tubuh jenazah kami mendapati ada luka memar di kelopak atas dan bawah mata kiri. Juga ditemukan luka memar dan lecet di leher yang menandakan pencekikan. Sedangkan 4 luka tusuk ditemukan di perut kiri bawah. Semua luka tusuknya memasuki rongga perut, tetapi hanya dua tusukan yang menimbulkan pendarahan karena mengenai pembuluh darah besar hingga menyebabkan kematian,” katanya. *rez,ind

Komentar