nusabali

Jadi Penerjemah Bahasa Spanyol di Polda Bali dan PN Denpasar

Lita Purnama, Perempuan yang Punya Profesi Langka dengan Bayaran Selangit

  • www.nusabali.com-jadi-penerjemah-bahasa-spanyol-di-polda-bali-dan-pn-denpasar

Jika jadi penerjemah di pengadilan, Lita Purnama maksimal dibayar Rp 1 juta per hari. Jika mendampingi Miss Universe yang berkunjung ke Indonesia, bayarannya selangit, bisa mencapai Rp 7 juta sehari

DENPASAR, NusaBali

Tidak banyak orang Bali yang bisa berbahasa Spanyol. Padahal, wisatawan asal Spanyol banyak yang berkunjung ke Bali dan bahkan terjerat kasus pidana di Pulau Dewata. Lita Purnama, 44, merupakan salah satu dari segelintir perempuan yang bisa berbahasa Spanyol. Lita Purnama menjalani profesi langka dengan gaji selangit, yakni menjadi penerjemah khusus Bahasa Spanyol, termasuk bagi wisatawan asal negara-negara belahan Amereika Latin yang terjerat kasus pidana di Polda Bali dan PN Denpasar.

Profesi sebagai penerjemah khusus bahasa Spanyol di Polda Bali dan PN Denpasar ini sudah dilakoni Lita Purnama sejak tahun 2008 sampai sekarang. Mereka yang ditangani Lita Purnama selaku penerjemah adalah yang hanya bisa berbahasa Spanyol. Termasuk wisatawan dari negara-negara belahan Amerika Latin.

"Untuk penerjemah Bahasa Spanyol ini masih sangat langka di Bali. Hanya ada beberapa orang saja, bisa dihitung dengan jari. Saya termasuk di antara yang segelintir itu," ungkap Lita Purnama saat yang ditemui NusaBali saat jadi penerjemah bagi terdakwa yang cuma bisa berbahasa Spanyol, di PN Denpasar, Jumat (20/12) lalu.

Lita menybutkan, Bahasa Spanyol ini tidak hanya digunakan di negara Spanyol saja, tapi juga hampir semua negara di belahan Amerika Selatan, seperti Argentina,  Pe-ru, Chili, Uruguay, Paraguay, dan Kolombia. Bahasa Spanyol juga digunakan di negara belahan Amerika Utara, seperti Meksiko.

"Negara di Amerika Selatan yang tidak menggunakan Bahasa Spanyol, hanya Brasil," papar perempuan kelahiran Jakarta, 26 Juni 1975 yang belum menikah hingga usia 44 tahun ini.

Menurut Lita, khusus di Bali, selain sering mendampingi tamu dari negara Amerika Latin sebagai pemandu wisata, dirinya juga sering menjadi penerjemah di kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan sejak tahun 2008. Jasa penerjemah Lita umumnya digunaman wisawan asal Amerika Latin yang tersangkut masalah hukum di Pulau Dewata.

"Sejak setahun belakangan, angka kunjungan wisatawan asal Amerika Selatan ke Bali meningkat pesat. Seiring dengan itu, mereka yang terkena kasus hukum di Bali juga meningkat. Kebanyakan dari mereka terjerat kasus narkotika," beber jebolan S1 Ekonomi Manajemen Universitas Gunadarma Jakarta (1999) dan S2 Master of Tourism Universidad de Estado de Mexico (2004) ini.

Karena minimnya penerjemah Bahasa Spanyol di Bali, Lita praktis menjadi langganan kepolisian dan kejaksaan sebagai penerjemah. Untuk bayaran sebagai penerjemah di PN Denpasar, kata Lita, jauh lebih rendah dibanding untuk keperluan mendampingi Miss Universe atau tamu negara asal belahan Amerika Latin yang berkunjung ke Indonesia.

"Kalau dalam acara resmi seperti mendampingi Miss Universe, saya dibayar mahal, sekitar 300 dolar AS hingga 500 dolar AS (sekitar Rp 4,2 juta sampai Rp 7 juta) per hari. Kalau sebagai penerjemah Bahasa Spanyol di kepolisian, saya biasa mendampingi tersangka dengan dibayar hanya Rp 500.000 sampai Rp 1 juta per hari," katanya.

Lita mengatakan, didiknya mempelajari Bahasa Spanyol awalnya karena kebutuhan studi. Diawali tahun 2001 hingga 2005, ketika dia melanjutkan kuliah S2 Master of Tourism Universidad de Estado de Mexico di Meksiko. 

Berbincang soal pengalaman studi di Meksiko, Lita mengaku ada hal menarik yang dialaminya. Lita mengaku pernah menjadi korban aksi kriminalitas di negara berjuluk Negeri Sombrero itu. "Tas berisi uang dan HP semua dirampas waktu ada perampokan bus," cerita Lita.

Selama kuliah di meksiko, Lita juga sempat menjadali beragam profesi. Dia sempat menjadi Guru Tari Tradisional Indonesia di KBRI Meksiko (2002-2004). Lita juga sempat membantu KBRI di Meksiko dalam bidang budaya dan informasi pada periode yang sama.

Sepulang dari Meksiko, Lita bekerja sebagai Konsultan di The Sunset Restaurant & Dance Club Bali (2006-2007). Sejak tahun 2006 pula, Lita menjadi penerjemah Spanyol-Indonesia Miss Universe yang berkunjung ke Indonesia. Saat ini, Lita juga menjadi Creator of Bali Latin Center (sejak 2008).

Menurut Lita, dirinya tidak terlalu banyak menemukan kendala saat menjadi penerjemah Bahasa Spanyol di lingkup kepolisian, kejaksaan, pengadilan, imigrasi, serta beberapa instansi lainnya. “Saya enjoy menjalani profesi ini. Memang di awal harus belajar dulu soal istilah-istilah hukum. Kalau perbedaan logat, tidak terlalu masalah karena Bahasa Spanyol formal bisa dipahami semua negara penggunanya," sebut Lita. *rez

Komentar