nusabali

Disbud Beri Catatan 65 yang Mundur

  • www.nusabali.com-disbud-beri-catatan-65-yang-mundur

“Mudah-mudahan nanti tidak ada laporan dari kepala desa bahwa ada penyuluh yang tidak pernah datang, atau hanya meminta daftar hadir, atau bisa pula datang jarang-jarang” (Kadisbud Provinsi Bali Dewa Putu Beratha)

651 orang Penyuluh Bahasa Bali Tetap Semangat Bertugas

DENPASAR, NusaBali
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali akan memberikan catatan tersendiri bagi 65 tenaga kontrak penyuluh bahasa Bali yang telah mengundurkan diri dan tidak akan diloloskan jika kembali melamar pada tahun mendatang.

"Mereka itu akan kami jadikan catatan karena ternyata tidak betul-betul mempunyai sifat mengabdi dan melestarikan bahasa daerah kita," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha saat bertemu Koordinator Penyuluh Bahasa Bali se-Bali di kantor setempat, Senin (1/8).

Pihaknya sangat menyayangkan 65 dari 716 penyuluh bahasa Bali yang direkrut itu mundur, karena proses seleksi telah dilakukan secara susah payah, dengan biaya yang tidak sedikit. Untuk mengisi kekosongan pada 65 desa yang penyuluh bahasa Balinya mundur tersebut, Dewa Beratha mengusulkan agar diatasi secara bersama-sama atau berkelompok oleh penyuluh yang bertugas tidak jauh dari lokasi desa yang penyuluhnya kosong. "Forum koordinator penyuluh di kabupaten/kota pada prinsipnya sepakat dengan usulan ini, dan mereka akan segera melakukan pendataan terkait para penyuluh yang wilayah tugasnya tidak begitu luas. Mereka ini yang diprioritaskan bertanggung jawab membantu mengisi kekosongan, tetapi saat turun ke lapangan tentu secara bersama-sama," ujarnya.

Menurut Dewa Beratha, jika posisi yang kosong harus dilakukan seleksi ulang, tentu tidak akan efektif dan waktu yang tersedia tidak mencukupi karena para penyuluh untuk tahun ini hanya bekerja selama enam bulan (dari Juli-Desember 2016).

Di sisi lain, terkait dengan mundurnya 65 penyuluh itu, menurut Dewa Beratha, belum tentu 651 yang masih bertahan harus semuanya diacungi jempol. "Harus dilihat dulu kinerjanya di lapangan. Mudah-mudahan nanti tidak ada laporan dari kepala desa bahwa ada penyuluh yang tidak pernah datang, atau hanya meminta daftar hadir, atau bisa pula datang jarang-jarang," katanya.

Pihaknya menekankan bahwa mereka itu harus siap sebagai generasi yang melestarikan bahasa Bali. "Kalau hanya iseng-iseng untuk mendapatkan honor, ini yang kami sangat sayangkan," ucapnya. Dewa Beratha juga akan melakukan monitoring dan evaluasi dengan mengambil beberapa sampel untuk mengetahui kinerja para penyuluh yang direkrut sebagai tenaga kontrak Pemprov Bali itu.

Sementara itu, Koordinator Penyuluh Bahasa Bali untuk tingkat provinsi Nyoman Suka Ardiyasa mengatakan tidak keberatan terhadap usulan Dinas Kebudayaan tersebut, apalagi memang sudah dibentuk koordinator penyuluh mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi. "Koordinator kecamatan ini tidak kerja sendiri, contohnya ketika menemukan lontar yang tidak bisa dibaca misalnya, maka secara berkelompok untuk menyelesaikan permasalahan itu. Jika tidak bisa dipecahkan juga, baru dibawa hingga tingkat kabupaten," ucap Ardiyasa yang juga Ketua Aliansi Peduli Bahasa Daerah Bali itu.

Pihaknya mau tidak mau memang harus menerapkan usulan itu karena melestarikan bahasa, aksara dan sastra Bali merupakan tugas yang mulia.

Nyoman Suka Ardiyasa juga mengajak pihak media massa untuk turut mengawasi kinerja para penyuluh bahasa Bali di lapangan, agar berbagai program yang dirancang bisa berjalan dengan optimal. "Peran media itu sangat penting, kalau ada penyuluh yang 'ngelewa' atau main-main di lapangan, ayo disampaikan pada kami, agar bisa dilakukan perbaikan dan sebagai bahan instrospeksi bersama," kata Suka Ardiyasa.

Dia tidak memungkiri ada 65 dari 716 penyuluh bahasa Bali yang direkrut telah mengundurkan diri. Tetapi, menurut dia, sesungguhnya dari 651 yang tetap bertugas itu masih sangat bersemangat dalam upaya pelestarian bahasa Bali, meskipun harus bertugas jauh dari kampung halamannya. Seperti yang dari Karangasem harus bertugas di Kabupaten Buleleng, termasuk yang dari Gianyar bertugas di Jembrana. “Mereka ini masih sangat semangat. Ada 651 orang yang masih berjuang, jangan sampai 65 orang ini ikut memberikan dampak negatif terhadap teman-teman yang sudah semangat,” tegasnya.

Ardiyasa menambahkan, para penyuluh bahasa Bali yang bertugas dari 1 Juli-akhir Desember 2016 itu, sebagai tahap awal akan fokus untuk melakukan pemetaan terkait dengan potensi kebahasaan, termasuk melihat situasi SDM, ketersediaan naskah di lapangan, lembaga-lembaga pendukung dan sebagainya. "Kami harus petakan secara detail potensi kebahasaan yang dimiliki. Jadi, saya pikir teman-teman masih sangat semangat. Sekarang tinggal bagaimana mendukung, termasuk pemerintah mendukung dan kalau perlu dilakukan evaluasi," ucapnya. * ant, i

Komentar