nusabali

Berkah Warga Desa Tegallalang dan 7 Petani

Manfaat Pengelolaan Objek Wisata Ceking

  • www.nusabali.com-berkah-warga-desa-tegallalang-dan-7-petani

Jika orang melintasi jalan raya Tegallalang dari arah Desa Peliatan, Kecamatan Ubud menuju arah Kintamani, Bangli,  akan kurang lengkap jika belum melihat keasrian terasering sawah di kawasan Ceking, Desa/Kecamatan Tegallalang.

GIANYAR, NusaBali

Zaman dulu, keasrian sawah berundak itu bisa dinikmati meski hanya sepintas melintas di jalan raya. Apa manfaat pengembangan objek ini untuk petani?

Objek wisata Ceking ini amat terkenal karena pemandangan sawahnya yang tersusun rapi. Objek ini bahkan sejak dahulu selalu ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun lokal.   Ramainya kunjungan wisatawan tersebut,  menjadi peluang bagi warga sekitar, banyak toko kerajinan dan rumah makan milik warga disepanjang jalan wilayah Ceking. Akan tetapi karena belum dikelola secara maksimal membuat objek Ceking menjadi amburadul. Pemandangan alam yang menjadi daya pikat justru ditutupi warung-warung, kios maupun restoran di sisi barat. Keasrian alam objek wisata Ceking Rice Terrace pun terancam.

Untuk mengelola itu, sejatinya sejak 10 Maret 2012, Desa Adat Tegallalang mengambil alih. Objek wisata mulai ditata dengan baik, mulai penataan parkir, toko maupun arus lalulintas yang melintas disana. Dari karcis masuk awalnya Rp 5.000 per orang kini menjadi Rp 10.000 yang diterima dari wisatawan. Dari retribusi ini bisa menghasilkan ratusan setiap bulannya. Dari hasil tersebut dipergunakan untuk biaya operasional, iuran ke Desa Adat Tegallalang, investasi dan askes.

Bendesa Adat Tegallalang Drs I Made Jaya Kesuma MM selaku pengelola objek wisata Ceking, mengakui bahwa kini Ceking tidak lagi asri seperti dulu. Bendesa adat periode 2016-2021 ini bahkan menyebut pendapatan melalui karcis masuk dan parkir mengalami penurunan 50 persen. Dari periode yang sama tahun sebelumnya menghasilkan Rp 20 juta per hari, kini hanya Rp 10 juta. Rata-rata kunjungan, dari 2.000 orang per hari menjadi sekitar 1.000 orang yang dikenakan karcis Rp 10.000 per orang. Pihaknya khawatir, jika Ceking tidak dikelola dengan baik maka akan sulit bertahan di masa mendatang. Terlebih di jalur wisata Tegallalang saat ini mulai menggeliat objek wisata sejenis yang ‘menjual’ view sawah berundak.

Untuk bertahan, diakui sudah berbagai upaya dilakukan. Termasuk melakukan pendekatan pada pemilik restoran maupun bangunan bertingkat. “Kami mengimbau agar bagian atas yang menghalangi view sawah dipangkas. Tapi jujur, kami tidak punya kekuatan untuk memaksa. Sebab itu lahan pribadi,” ujarnya. Padahal katanya, sisi barat yang kini dipenuhi bangunan itu statusnya sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Artinya, memang seharusnya tidak ada bangunan di sisi barat tersebut. “Kami harap pemerintah selaku penegak aturan yang bisa menjawab persoalan ini,” ungkapnya.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan wisatawan urungkan niat mengunjungi Ceking diduga karena banyaknya kotak-kotak donasi di beberapa aktivitas tambahan. Setelah wisatawan masuk bawa karcis, ternyata ada donasi lagi di beberapa titik. Misal ingin berfoto, trekking dan lain-lain. “Itu juga sulit kami bending. Alasannya karena itu hak mereka (pemilik usaha dan sawah, Red),” jelasnya. Hal lain yang tak kalah mengancam adalah jeritan para petani pemilik view sawah. Mereka menuntut peningkatan pemasukan. “Ada yang minta sampai Rp 5 juta per view per bulan. Akhirnya cuma bisa nego Rp 500.000 menjadi Rp 4.500.000u,” jelasnya.

Dijelaskan, ada tujuh petak/cutak sawah milik tujuh petani di Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, yang dikontrak oleh Desa Adat Tegallalang di sisi timur objek Ceking. “Dari tujuh itu, dua milik petani Banjar Kebon, sisanya milik petani Banjar Tangkup,” jelasnya.

Per view dikontrak senilai Rp 4.500.000 per bulan. Jumlah ini pun setelah beberapa kali mengalami peningkatan. “Paling awal, belasan tahun lalu, bahkan hanya Rp 100.000. Semakin ramai yang berkunjung nilainya meningkat bertahap. Sebelum menjadi Rp 4,5 juta ini, nilainya Rp 2 juta per petani, kata petaninya itu tidak cukup sehingga naik drastis,” jelasnya. Dia berharap ke depan pengelolaan Ceking bisa lebih baik. Seiring dengan perluasan akses parkir dan penataan sawah sebagai objek wisata. *nvi

Komentar