nusabali

Temukan Cara Awetkan Anggur Laut, Mahasiswa Undiksha Juara I Nasional

  • www.nusabali.com-temukan-cara-awetkan-anggur-laut-mahasiswa-undiksha-juara-i-nasional

Tim peneliti mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Buleleng kembali berjaya di tingkat nasional.

SINGARAJA, NusaBali

Kali ini, 3 mahasiswa Undiksha berhasil membawa kado manis akhir tahun sebagai juara I tingkat nasional dalam kompetisi Business Plane yang di Kampus Universitas Indonesia (UI), Jakarta, 9 November 2019 lalu. Mereka berjaya berkat penelitian yang berhasil temukan cara pengawetan anggur laut.

Tim Undiksha Singaraja yang sabet gelar juara I nasional kompetisi Business Plane 2019 ini terdiri dari Ni Putu Justika Nirmala AP (mahasiswi Prodi Akuakultur Undiksha), Kadek Dwiki Juliantara (mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Undiksha), dan Kadek Agus Toni Mahendra (mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksa).

Ketiga mahasiswa yang masih duduk di Semester V Undiksha ini berkolaborasi melakukan penelitian sejak Oktober 2019 lalu. Dari situ, mereka menghasilkan perencanaan bisnis yang dapat bermanfaat untuk masyarakat. Mereka pun sepakat mengangkat ‘rehydrate sea grape’ (pengawetan anggur laut dengan garam) yang banyak dibudidayakan di kawasan Buleleng Barat.

Koordinator Tim Peneliti Mahasisawa Undiksa yang sukses sabet juara I nasional, Putu Justika Nirmala, mengatakan dirinya berinisiatif mencari cara pengawetan anggur laut, tanpa mengurasi rasa aslinya. Pasalnya, selama ini anggur laut yang banyak dibudidayakan di Buleleng Barat dijual fresh, hanya dapat bertahan selama seminggu dan tidak dapat dimasukkan ke kulkas.

“Kebetulan, saya mahasiswi Kelautan yang langsung praktek dan menemukan kendala ketahanan anggur laut yang memiliki peluang pasar yang sangat menjanjikan. Akhirnya, kami dibantu dosen juga mencoba pemberlakuan khsus de-ngan proses pengawetan perendaman garam,” ujar Putu Justika saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Minggu (17/12).

Setelah diujicobakan beberapa kali, kata Putu Justika, ternyata inovasi pengawetan anggur laut berhasil. Anggur laut yang menjalani proses salitari (pengasinan, Red) menjadi lebih tahan lama dan dapat disimpan di dalam kulkas.

“Kalau anggur laut yang tanpa pengawetan ini, hanya bisa tahan seminggu dan tidak bisa dimasukkan ke dalam kulkas. Sedangkan kalau yang sudah diawetkan begini, bisa tahan sampai 6 bulan dan dapat disimpan di dalam kulkas tanpa ber-ubah rasa aslinya,” cerita Putu Justika.

Anggur laut yang sudah diawetkan menggunakan air rendaman garam, kata Putu Justika, saat dimakan dapat diatur tingkat keasinannya, sesuai selera. Anggur laut yang diawetkan saat akan dikonsumsi, cukup direndam menggunakan air tawar yang disesuiakan dengan selera. Semakin banyak air tawar dipakai merendam, maka kadar asinnya semakin menipis, begitu juga sebaliknya.

Menurut Putu Justika, setelah berhasil menemukan cara pengawetan anggur laut, tiba-tiba ada kompetisi Business Plane 2019 yang diselenggarakan di Kampus UI. Tim Peneliti Mahasiswa Undiksha yang dikomandani Putu Justika pun ikut mendaftar, dengan mengirimkan proposal rencana bisnis mereka. Dari 85 tim peserta, hanya 10 tim yang lolos ke babak final, termasuk Putu Justika dan kawan-kawan.

Para tim finalis ini kemudian dipanggil ke Kampus UI untuk mempresentasikan rencana bisnis mereka, 9 November 2019 lalu. Tim Undiksha tidak menyangka bisa memenangkan kompetisi tingkat nasional ini. Apalagi, mereka dinobatkan sebagai juara I dengan mengalahkan Tim Peneliti  ITB Bandung yang berada di tangga runner-up dan Tim Universitas Pertamina di posisi ketiga.

“Sebenarnya, kami hanya berupaya menampilkan apa yang sudah kami perbuat. Kami bersyukur akhirnya dapat juara I nasional. Harapannya sih ke depan bisnis plane yang kami buat dapat masuk ke supermarket, untuk pemasaran anggur laut,” harap Putu Justika.

Sementara itu, Wakil Rektor III Undiksha, Prof Dr I Wayan Suastra MPd, memberikan apresiasi terhadap prestasi Putu Justika cs. Prof Suastra sekaligus memuji inovasi pengawetan anggur laut, dalam rangka menjawab tantangan budidaya anggur laut. “Hal seperti ini kami harapkan semakin banyak muncul. Ini sebuah inovasi yang memberi dampak positif untuk masyarakat,” tandas Prof Suastra saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarin.

Akademisi bidang Fisika ini mengatakan, di masyarakat masih banyak persoalan yang belum terpecahkan. Hal itu bisa dijadikan objek kajian, termasuk diusulkan dalam program kreativitas mahasiswa. “Kita tidak harus berpikir bagaimana membuat robot. Tetapi, bisa dengan melihat potensi di lingkungan sendiri, seperti pertanian, kelautan dan lainnya. Saya ingin hal itu bisa dijadikan untuk ikut dalam PKM,” jelas Prof Suastra.

Bagi Undiksha Singaraja sendiri, keberhasilan Putu Justika Nirmala cs dalam penelitian pengawet anggur laut merupakan presdtasi membanggakan kedua kurun pada waktu hampir bersamaan. Pasalnya, pim peneliti mahasiswa Fakultas Kedokteran Undiksha Singaraja juga berhasil sabet medali perak dalam kompetisi karya tulis ilmiah ‘Advance Inovative Global Competition (AIGC) 2019’ di Nanyang Technological University Singapore, 17 November 2019.

Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Undiksha ini berjaya berkat penelilitian yang berhasil menemukan obat impetigo (penyakit kulit) dari bahan kulit pisang. Tim ini terdiri dari 5 mahasiwa Semester III Fakultas Kedokteran Undiksha, masing-masing I Gusti Agung Mirah Puspitayani, I Nyoman Windiana, I Made Bharata Deandra Odantara, Ketut Alit Wira Adi Kusuma, dan RR Fitria Dwi Intan Milleniari.

Dosen Pembina Tim Peneliti Masiswa Fakultas Kedokteran Undiksha, Dr dr Made Budiawan MKes AIFO, menyebutkan penelitian yang membuahkan medali perak di Singapura ini dilakukan mahasiswanya selama 6 bulan. Mereka pilih membuat obat impetigo, mengingat kasusnya di masyraakat cukup banyak. Bahkan, sebagian pasien setelah menjalani pengobatan menggunakan antibiotik kimia, mengalami efek samping seperti iritasi dan reaksi hipersensitivitas.

“Untuk itu, perlu dibuat obat antibiotika yang bersumber dari alam. Kulit pisang ternyata mengandung zat yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab impetigo. Maka, dilakukanlah riset,” jelas Dr dr Budiawan kepada NusaBali per telepon dari Singapura saat itu. *k23

Komentar