nusabali

Nasi Tekor: Olahan Masa Lalu, Rasa Masa Kini, Kuliner Masa Depan

  • www.nusabali.com-nasi-tekor-olahan-masa-lalu-rasa-masa-kini-kuliner-masa-depan

Nasi dengan lauk khas Bali ini disajikan di atas daun pisang, lalu dialasi lagi dengan anyaman tekor bambu.

DENPASAR, NusaBali.com
Di tengah banyaknya restoran atau kedai yang menampilkan konsep dan menu modern, terdapat salah satu tempat makan yang masih mempertahankan konsep dan tradisional Bali. Dialah Nasi Tekor, kedai penjual nasi dengan lauk khas Bali yang berlokasi di Kawasan Desa Budaya Kertalangu, Jalan By Pass Ngurah Rai Tohpati No 28, Kesiman Kertalangu, Denpasar. 

Oleh pemiliknya, Pande Nyoman Darta atau yang lebih dikenal dengan nama Pekak Tekor, tempat ini tak ingin dia sebut sebagai restoran atau bahkan warung, melainkan bertahan dengan nama asli ‘Dagang Nasi Tekor’. Pemilihan istilah ini karena Pekak Tekor ingin mempertahankan istilah Bali dari sebuah tempat makan dan sekaligus membedakan tempat ini dari tempat makan lain yang memilih kosakata yang lebih modern. 

Pemilihan ini pun ia sesuaikan dengan konsep tempat makan ini. Tempat makan ini, yang dulunya milik seorang arsitek I Ketut Siandana, merupakan bangunan yang terbuat dari kayu dengan desain menyerupai kubu atau gubuk sederhana. Konsep bangunan ini mendukung suasana sederhana tempat yang secara keseluruhan berada di kawasan desa budaya. 

Selain itu, konsep sederhana ala pedesaan ini didukung juga oleh menunya yang berupa nasi putih dengan lauk khas Bali, yang disajikan di atas tekor, alas makanan tradisional dari daun pisang yang dilipat, dialasi dengan anyaman tekor bambu untuk menahan alas daun pisang tersebut. Bentuk ikoniknya inilah yang menjadi nama menu sekaligus nama tempat yang menjadikannya viral di kalangan Youtuber atau pun influencer. Nama ini sempat disalah artikan dengan kosa kata lain yang memiliki arti berbeda, yakni tekor yang berarti tak punya uang.

“Oleh menantu saya, diusulkan untuk membuat nasi dengan wadah tekor, tapi waktu itu pekak belum mau, banyak anak-anak yang tertawa karena namanya tekor. Nah awalnya berjalan seperti itu, lama-lama mereka baru tahu kalau tekor itu ada artinya, yaitu bentuknya yang segitiga. Kita lahir dari sana,” jelas Pekak Tekor.


Menu utama di tempat makan ini tak lain tak bukan ialah nasi tekor, nasi putih dengan isian lauk Bali yang terdiri dari beragam olahan ayam dan cumi, lengkap dengan ares, sate, sayur serapah, lengkap dengan bumbu uyah sere lemo (garam, terasi, jeruk limau). “Isiannya  sebenarnya olahan ayam, karena mudah-mudahan ini bisa diterima oleh lokal dan nasional, kan ini banyak ada pariwisata, jadi yang halal, ayam dan cumi itu kita dasar olahannya. Cuma uniknya jarang ada olahan Bali yang mencampur bumbu sere lemo ini. Biasanya dipisah, tapi ini kita campur dengan gerang (teri) asem itu,” lanjut pemilik tempat makan yang sudah berdiri sejak 2015 ini. 

Selain menu utama tersebut, ada beberapa pilihan snack seperti pisang goreng dan minuman seperti es teh, es jeruk, kopi, dan es teh sereh untuk menemani makan. Harganya? Tak mahal-mahal, satu porsi nasi tekor ini seharga Rp 20.000, sementara pilihan minuman dan snack-nya dimulai dari harga Rp 5.000 saja. Harga ini, semenjak pertama kali tempat ini berdiri, tak banyak mengalami perubahan. “Dulu saja sekali saat nasinya hanya berisi sedikit lauk dan kacang, mirip nasi jinggo, tapi sekarang lauknya sudah bertambah,” jelas Pekak Tekor. 

Kepopuleran tempat makan ini, mulai meroket setelah pada 2016 lalu dikunjungi oleh mendiang Bondan Winarno. Hingga kini, tempat makan Nasi Tekor ini ramai dikunjungi pembeli, baik dari masyarakat lokal maupun wisatawan dalam dan luar negeri. “Kadang ada turis yang pakai guide, oleh guidenya diajak ke sini. Tapi ada juga yang datang sendiri, nah yang datang sendiri ini yang biasanya datang kembali lagi,” tuntas Pekak Tekor.*yl

Komentar