nusabali

Berbisnis Bisa Dimulai Saat Kuliah

  • www.nusabali.com-berbisnis-bisa-dimulai-saat-kuliah

Pengalaman Yukka sebagai pengusaha sukses di usia muda membuktikan, memulai berbisnis bisa dilakukan sejak usia dini termasuk saat masih di bangku kuliah.

Memulai bisnis sejak masa kuliah juga dilakoni pengusaha-pengusaha senior, seperti Chairul Tanjung. Pria kelahiran Jakarta 18 Juli 1988 ini mengungkapkan, untuk memulai usaha sepatu tak perlu modal besar, dengan modal hanya Rp 7 juta, Yukka dan rekannya bernama Putera berbagi beban modal masing-masing Rp 3,5 juta.

Ada cerita unik, Yukka mengaku modal Rp 3,5 juta berasal dari celengannya di masa kecil yang berasal dari pemberian angpao saat Hari Raya Lebaran. Yukka yang kini memasarkan penjualan sepatu berbasis penjualan online di internet dan beberapa gerai milik sendiri, mengawali penjualan sepatu dari media ponsel. Kini, sebanyak 60 persen penjualan sepatunya berasal via online.

Saat membuat sepatu di 2007, di periode akhir kuliah, Yukka menawarkan sepatunya ke teman-teman kuliah melalui media ponsel. Kemudian berkembang ke Facebook, Kaskus, forum dan media sosial lainnya. "Pembeli pertama adalah teman saya, itu pun saya paksa," kata Yukka sambil tertawa lepas, saat diwawancara detik beberapa waktu lalu.

Waktu itu ia menjual sepasang sepatu seharga Rp 300.000. Perlahan tapi pasti, sepatu buatannya tersebar dari mulut ke mulut dan media sosial. Awalnya hanya menjual satu unit sepatu, dalam sebulan Yukka mampu menjual 5-6 pasang sepatu.‎

Ia harus rela berbagi waktu sebagai mahasiswa yang penuh dengan tugas akhir, dan permintaan sepatu Brodo yang mulai banyak. Pada waktu itu, prinsip dasar berbisnis ia terapkan yaitu bekerja seefisien mungkin, dengan mengurangi jumlah tenaga kerja.

Waktu itu, Yukka dan Putera mempekerjakan seorang pembantu di kosnya sebagai tenaga pengirim sepatu ke konsumen. "Waktu itu saya merangkap jabatan, selain bikin sepatu, saya sebagai customer service juga," kenang Yukka.

Namun berprinsip efisien dalam bisnis tak berakhir sukses. Ia mengaku pernah mencoba untuk irit biaya bahan baku dengan membeli bahan baku yang murah, namun dengan kualitas belum terjamin. Hasilnya, banyak sepatunya yang gagal produksi alias banyak cacat."Beli bahan baku murah ternyata barang nggak bagus, akhirnya rugi, ini jadi pelajaran berharga," kata Yukka.

Meski memulai sejak 2007, hingga 2012 Yukka dan Putera masih hanya dibantu oleh seorang tenaga kerja. Namun sejalan bertambahnya permintaan, kini Yukka sudah punya 118 karyawan yang tersebar di sentra sepatu di Cibaduyut. Skema yang dikembangkannya adalah memberikan order kepada perajin yang sudah memiliki mesin produksi.

Dari hanya produksi sepatu 5-6 pasar per bulan, kini Yukka mampu memproduksi 5.000-6000 pasang sepatu Brodo, termasuk variasi produk seperti kaos, dompet. Pasar yang mereka incar masih fokus di Jabodetabek dan Jawa yang mendominasi 40%-50% pemasaran produknya. *

Komentar