nusabali

Turis Tergiur Subak karena Panorama Alam

  • www.nusabali.com-turis-tergiur-subak-karena-panorama-alam

WISATAWAN datang tidak sekadar melihat atau menikmati, tetapi mereka juga ingin belajar banyak tentang kehidupan.

SINGARAJA, NusaBali

Intinya, mereka berwisata sambil berpendidikan. Dulu, wisatawan datang hanya sekadar melihat dan menikmati keindahan alam, budaya, dan adat istiadat yang ada. Setiap alam dengan panorama yang indah, mereka hanya sekadar mengabadikan dalam foto maupun video. Kini, mereka datang tidak lagi sekadar melihat dan menyimpan dalam foto dan video, tetapi mereka berkeinginan mengetahui lebih dalam aktivitas maupun sejarah dalam kegiatan-kegiatan yang ada. “Itulah dasar pemikiran, sehingga ada beberapa subak di Buleleng yang mulai kami kembangkan sebagai obyek wisata,” terang Kadis Pariwisata Kabupaten Buleleng Nyoman Sutrisna, Sabtu (14/12).

Dikatakan, pemanfaatan wawidangan subak sebagai daya tarik wisata sudah cukup lama. Tetapi subak menjadi ikon dalam pengembangan wisata mulai banyak dirintis dan bahkan sudah ada berjalan. Di Buleleng sendiri, subak menjadi ikon pariwisata sedang dirintis di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, kemudian di Desa Banyupoh, dan Desa Patas, di Kecamatan Gerokgak. “Kalau pemanfaatannya (kawasan subak, Red) ada beberapa yang sudah berjalan. Tetapi subak itu menjadi ikon, kami coba rintis di Desa Sudaji, Desa Pengulon, dan Desa Patas,” kata Sutrisna.

Dijelaskan, subak menjadi ikon pariwisata di Desa Sudaji sedang dikonsep. Secara umum, warga Subak menjadi pelaku, sedangkan alam dan aktivitasnya menjadi daya tarik wisatawan itu sendiri. Potensi daya tarik wisatanya adalah tracking, permainan tradisionil dan ritual keagamaan yang ada. “Aktivas di pertanian itu kan banyak, mulai dari system irigasi, pengolahan lahan (ngelampit,Red), hingga pada penanaman padi maupun bibit tanaman lainnya,” papar Sutrisna.

Sedangkan subak di Desa Bayupoh dan Desa Patas, memafaatkan kawasan hutannya, karena subak di dua desa ini bukan subak basah. Saat ini sedang penyusunan dokumen desain. “Di kawasan ini bisa memanfaatkan hutan desa, dengan potensinya tracking dan aktivitas lainnya. Sekarang sedang penyelesaian dokumen desain tapak,” imbuhnnya.

Konseptor wisata subak di Desa Sudaji, Gede Panca mengatakan, pertimbangan utama menjadikan subak di Desa Sudaji sebagai ikon pariwisata di masa mendatang, karena di Desa Sudaji terdapat 18 subak yang keseluruhannya masih aktif. Banyak aktivitas budaya di 18 subak itu masih berlangsung sampai sekarang. “Ini kan potensinya sangat besar, sekarang bagaimana mengemasnya saja. Dan pengembangan wisata Subak ini menjadi pilot projec dari Kementerian Pariwisata. Konsep pengembagannya tinggal pembahasan di Kementerian sekarang,” ungkap putra asli Desa Sudaji ini.

Menurut Gede Panca, pengembangan wisata Subak di Desa Sudaji sekaligus sebagai upaya pelestarian terhadap potensi-potensi yang ada. Di antaranya, pengembalian keberadaan beras Sudaji yang pernah berjaya di tahun 80-an. “Potensi yang ada nanti coba kami kembangkan dan lestarikan. Contohnya beras Sudaji, banyak varietasnya akan coba kami kembangkan dan lestarikan,” terangnya.

Disinggung kontribusinya terhadap subak, Gede Panca menerangkan pengembangkan wisata itu akan banyak memberikan dampak kepada warga subak itu sendiri.  Misalnya, petani yang tanam sayur maupun pelihara ikan, produk pertanian ini akan dibeli. Kemudian jasa-jasa lainnya dari wisata itu sendiri, diberikan juga kepada Subak, guna melestarikan ritual-ritual yang ada. *k19

Komentar