nusabali

Hujan Es Guyur Desa Sangketan

BMKG : Fenomena Hujan Es Bisa Terjadi saat Pancaroba

  • www.nusabali.com-hujan-es-guyur-desa-sangketan

Desa Sangketan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, diguyur hujan es pada Sabtu (14/12) siang.

TABANAN, NusaBali

Namun hujan es yang berlangsung sekitar 5 menit itu hanya terjadi di sebagian kawasan, seperti di Banjar Pekandelan, Banjar Puring Kelod, dan sekitar Pura Tamba Waras. Fenomena serupa pernah terjadi sekitar 20 tahun lalu.

Kelian Dinas Banjar Pekandelan I Nyoman Sukadana, menuturkan hujan es terjadi tepat pukul 13.10 Wita. Dimulai dengan mendung yang cukup tebal kemudian turun hujan lebat disertai angin kencang. Setelah hujan lebat turun sekitar 5 menit, barulah terjadi hujan es selama 5 menit.

“Awalnya saya dan anak-anak ada di dalam kamar, kemudian mendengar seperti suara kerikil/batu batu kecil menimpa genteng, sangat ramai. Setelah saya keluar ternyata ada hujan es,” tutur Sukadana, Sabtu sore kemarin.

Dikatakannya, hujan es turun sebesar kelereng kemudian disusul hujan es sebesar biji kopi dan biji kacang tanah. “Saya tidak berani keluar saat hujan es ini, sempat membuat video namun kembali masuk kamar. Karena kalau (butiran es) kena badan, lumayan sakit,” imbuhnya.

Sukadana pun sempat kaget dengan adanya fenomena hujan es. Sebab hujan es baru pertama kali terjadi di Desa Sangketan. “Sekeluarga kaget, karena saya baru pertama kali melihat hujan es ini,” ucapnya.

Diakuinya hujan es hanya terjadi di beberapa banjar, seperti Banjar Pekandelan, Banjar Puring Kelod, dan sekitaran Pura Tamba Waras. Bahkan fenomena hujan es disertai angin yang sangat kencang hingga pohon kelapa seperti tumbang membuat tiang wifi di kantor desa setempat tumbang dan banyak ranting pohon berserakan di tengah jalan. “Kalau kerusakan parah tidak ada, hanya ranting pohon yang berserakan akibat angin kencang,” beber Sukadana.

Sementara itu, Perbekel Desa Sangketan I Komang Sugiarta, menjelaskan hujan lebat terjadi sekitar 40 menit mengguyur Desa Sangketan. Namun untuk daerah yang terpapar hujan es selama 5 menit hanya di Banjar Pekandelan, Banjar Puring Kelod, dan sekitaran Pura Tamba Waras. “Hujan es dulu pernah terjadi 20 tahun lalu, saat saya masih kecil,” ujarnya sembari menyebutkan hujan lebat sudah berhenti sekitar pukul 14.00 Wita.

Fenomena serupa pernah terjadi di Banjar Dinas Kelod, Desa/Kecamatan Busungbiu, Buleleng, Sabtu (9/11) sekitar pukul 15.15 Wita. Sejumlah butiran es seukuran kelereng jatuh dari langit saat hujan mengguyur kawasan Busungbiu. Kejadian langka itu membuat heboh warga setempat yang baru kali pertama menemukan fenomena alam yang unik tersebut. Dampak lainnya, atap rumah warga setempat menjadi korban sapuan angin puting beliung yang datang saat hujan mulai mereda.

Menurut Camat Busungbiu Gede Putra Aryana, fenomena langka itu terjadi begitu saja tanpa tanda-tanda awal. Butiran es sebesar kelereng turun sekitar lima menit. “Dari laporan warga kami memang sempat terjadi hujan es. Ini fenomena langka,” ucapnya.

Sementara itu, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Ketut Susila seizin Kepala Pelaksana BPBD Ida Bagus Suadnyana, menyatakan memang benar telah terjadi fenomena hujan es yang melanda Desa Busungbiu. Pihaknya belum dapat memastikan penyebab pasti hujan es yang merupakan fenomena alam langka di Buleleng. “Belum tahu juga penyebabnya apa, memang situasinya tidak menentu kejadian alam unik-unik,” tutur Ketut Susila.

Berdasar analisa Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, terjadinya hujan es itu disebabkan oleh udara lembab yang terangkat akibat pemanasan udara yang tinggi hingga menyebabkan perubahan fase uap air menjadi butir air.

“Fenomena hujan es kerap terjadi pada masa pancaroba. Udara lembab yang terangkat akibat pemanasan udara yang tinggi dekat permukaan akan naik, hingga mengalami kondensasi (perubahan fase dari uap air menjadi butir air). Karena pengangkatan udara sangat kuat, maka butir-butir air terus naik sehingga berubah fase menjadi es. Hal ini juga sejalan dengan menurunnya suhu terhadap ketinggian,” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar Iman Fatchurochman, Senin (11/11) siang.

Menurut Iman, bahwa saat banyaknya butiran es yang terangkat, maka terjadi dua hal, yaitu coalition (penggabungan) dan collision (benturan). Pada coalition, butiran-butiran es tersebut bergabung sehingga volumenya menjadi lebih berat. Saat volumenya semakin berat, maka sesuai hukum gravitasi kecepatan jatuhnya akan lebih tinggi. Sehingga saat jatuh ke permukaan, materinya tidak habis menguap, namun jatuh sebagai hujan lebat dan butiran es (hail stone).

“Sementara, saat terjadi collision, maka akan terjadi gesekan antara partikel/butiran es di atmosfer yang memungkinkan terbentuknya muatan listrik di udara dalam bentuk kilat dan petir,” ungkapnya.

Untuk itu, Iman mengimbau kepada masyarakat agar tidak khawatir dengan kondisi itu. Menurutnya, fenomena hujan es itu hanya terjadi sesaat. Meski demikian, dia juga berharap agar masyarakat sebaiknya berlindung saat terjadi hujan es agar butiran es tidak langsung mengenai organ tubuh. “Tentu yang terbaik adalah berlindung dahulu. Mengingat yang jatuh itu dalam bentuk gumpalan es ukuran kecil, dan dikhawatirkan melukai kalau terkena atau kejatuhan langsung,” tuturnya. *des

Komentar