nusabali

Pembangunan Padmasana Mendesak

  • www.nusabali.com-pembangunan-padmasana-mendesak

Datangkan dari Bali, buka dana punia untuk bangun di tempat baru

PASURUAN,NusaBali

Perusakan tempat persembahyangan tak menimbulkan gejolak umat Hindu Tengger di Gunung Bromo. Mereka meyakini perusak akan mendapatkan hukum karma. Mereka lebih memilih segera membangun tempat persembahyangan baru, karena hal itu dinilai lebih mendesak untuk kepentingan umat.

"Masyarakat adat di sini malah adem ayem, tenteram, nggak ada apa-apa. Masalah itu (perusakan) itu urusan mereka yang merusak dengan Yang Kuasa. Soalnya, itu tempat ritual, kami percaya bahwa sini kan percaya hukum karma. Siapa yang berbuat jelek pasti menuai sesuatu yang jelek," kata Kepala Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Iksan, seperti dilansir detik, Kamis (12/12).

Iksan menduga para pelaku merusak tempat sembahyang dengan cara dipukul dengan benda tumpul. Terkait dengan unsur pidana perusakan, masyarakat menyerahkannya kepada aparat penegak hukum.

"Itu dipukul. Kami nggak mau menduga-duga siapa pelakunya. Itu urusan dengan Yang Mahakuasa. Masyarakat menyerahkan kepada kepolisian," ungkap Iksan.

Yang terpenting bagi umat Hindu Tengger saat ini, segera membangun kembali tempat sembahyang dan mengganti yang dirusak. Pasalnya, tempat sembahyang dibutuhkan umat untuk beribadah.

"Tempat sembahyang itu kan sesuatu yang suci. Kalau rusak, mau rusak berat atau rusak ringan, tetap nggak bisa dipakai karena terkait kesucian. Makanya harus dibangun lagi," terang Iksan.

Umat Hindu Tengger sudah membentuk panitia mendirikan kembali tempat sembahyang di kawasan Gua Widodaren agar segera bisa beribadah. Pihaknya akan mendatangkan dari Bali, kemudian didirikan di lokasi.

“Kita umumkan kepada masyarakat siapa yang ingin memberikan punia (sodaqoh) silakan. Nanti akan dibantu dari PAD. Itu satu (unit) harganya sekitar Rp 1,2 juta. Sudah ada warga yang siap membantu,” ungkapnya.

Pembangunan tempat ibadah di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan itu dinilai sangat mendesak karena untuk beribadah.

"Masyarakat adat sudah sepakat mendirikan kembali agar segera bisa dibuat beribadah. Ini kebutuhan mendesak untuk ritual, untuk ibadah," kata Iksan.

Tempat sembahyang dan menaruh sesajen (padmasana) yang dirusak total berjumlah empat, tiga di bagian atas gua dan satu di bawah. Warga secara swadaya akan mendirikan lagi empat padmasana baru di lokasi. Sedangkan padmasana yang rusak sementara dibiarkan.

"Masyarakat memutuskan beli dari Bali dan segera kami dirikan. Yang penting bisa segera dipakai ibadah. Itu belinya dalam bentuk paket yang bisa dipereteli sekitar empat bagian. Kami beli, lalu kami dirikan di sana," ungkap Iksan.

Saat ini polisi tengah melakukan penyelidikan terkait perusakan tempat sembahyang tersebut. Pengungkapan kasus ini menemui kendala karena tak ada saksi yang melihat langsung tindak perusakan. Meski sudah dua kali melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi belum mendapatkan petunjuk yang mengarah ke pelaku. *

Komentar