nusabali

Diincar Masuk Timnas Sejak SMP, Sempat Jadi Kiper Perst Tabanan

I Putu Randu Wahyu Pradana, Bintang Timnas Voli Asal Desa Bongan, Kecamatan Tabanan

  • www.nusabali.com-diincar-masuk-timnas-sejak-smp-sempat-jadi-kiper-perst-tabanan

Putu Randu Wahyu Pradana menjadi andalan Timnas Voli Indonesia, mengikuti jejak seniornya sesama asal Bali, mulai dari I Wayan Sudiana, I Wayan Suarjana, I Wayan Windu Segara, hingga I Komang Rudi Tirtana

TABANAN, NusaBali

I Putu Randu Wahyu Pradana, 25, menjadi salah satu bintang tim voli putra yang sukses sabet medali emas dalam SEA Games XXX 2019 di Filipina, setelah mengalahkan tim tuan rumah 3-0 (25-21, 27-25, 25-17) dalam laga final, Selasa (10/12) malam. Gayanya yang kocak, menjadikan atlet asal Tabanan ini sebagai penyemangat bagi rekan-rekannya di lapangan. Tak banyak orang tahu, sebelum jadi atlet voli, Putu Randu Wahyu Pradana sempat bergelut di cabang basket dan sepakbola, bahkan dipercaya menjadi penjaga gawang Perst Tabanan.

Dalam Timnas Voli SEA Games 2019 di Filipina, Putu Randu Wahyu Pradana menempati posisi quicker/midle blocker. Atlet dengan tinggi badan 191 cm kelahiran 15 Januari 1994 asal Banjar Bongan Gede, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan ini masuk tim inti bersama Nizar Zulfikar Munawar, Rivan Nurmulki, Sigit Ardian, Doni Haryono, dan Yuda Masiansyah Putra.

Putu Randu Wahyu Pradana merupakan atlet asal Bali kesekian jadi langganan Timnas Voli, yang kerap sukses sabet medali emas di arena SEA Games. Dia mengikuti jejak Wayan Sudiana (awal 1980-an), I Wayan Suarjana (1990-an), hingga I Wayan Windu Segara dan I Komang Rudi Tirtana era 2000-an.

Kesuksesan Putu Randu Wahyu Pradana tak terlepas berkat peran orangtuanya yang tinggal di Banjar Bongan Gede, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan. Putu Randu merupaman anak sulung dari tiga bersaudara pasangan I Nyoman Parwata, 50, dan Ni Putu Sri Armoni, 46. Dia memiliki dua adik, yakni Ni Kadek Inka Pradnya Pratiwi (pegawai sebuah bank) dan Ni Komang Karisa Ayu Putri (siswi SMP). Sang ayah, Nyoman Parwata, adalah mantan atlet dan pembina bola voli.

Menurut cerita Nyoman Parwata, perjalanan Putu Randu sampai menjadi pemain andalan tim nasional, sangat panjang. Sejak SD, Putu Randu sudah bergelut di bidang olahraga, namun belum fokus ke cabang voli. Sebelumnya, Putu Randu menggeluti cabang basket dan sepakbola, bahkan sempat menjadi kiper andalan Perst Tabanan Junior.

Setelah duduk di bangku SMPN 2 Tababnan (2006-2009), barulah Putu Randu diarahkan ayahnya untuk fokus ke cabang voli. "Waktu itu saya lihat anak saya belum fokus. Kemudian, saya ajak bicara dan coba mengarahkan ke cabang voli," kenang Nyoman Parwata saat ditemui NusaBali di kediamannya di Banjar Bongan Gede, Desa Bongan, Rabu (12/11) pagi.

Ada alasan khusus, kenapa Putu Randu diarahkan ke voli. Dasar pertimbangannya, kata Parwata, saat masih duduk di bangku SMP, Putu Randu sudah memiliki tinggi badan 182 cm. Lagipula, Parwata sendiri kebetulan merupakan pelatih voli dan jadi pengurus Pengcab PBVSI Tabanan.

Sinmgkat cerita, Putu Randu pun kala itu langsung diajak latihan bersama Tim Porprov Tabanan. Namun, karena prestasinya stagnan, Putu Randu kemudian dibawa ke sekolah voli di Denpasar, yang lokasionya dekat dengan Lapangan Buyung, Denpasar Barat.

Selama berlatih di sekolah voli itu, kata Parwata, ada ekspedisi Timnas ke Bali untuk mencari pemain SEA Games 2009. Putu Randu yang kala itu masih berusia 15 tahun pun ikut diajak berlatih oleh Timnas Voli SEA Games. Menariknya, para pemain Timnas saat itu rata-rata sudah usia SMA ke atas, sementara Putu Randu masih SMP. Anggota Timnas Voli saat itu, antara lain, Komang Rudi Tirtana dan Wayan Windu Segara. “Waktu itu, Putu Randu ikut berlatih  berama Timnas di Klung-kung," papar Parwata, yang notabane Kelian Adat Banjar Bongan Gede, Desa Bongan.

Setelah ikut latihan bersama Timnas di Klungkung, salah seorang pengurus PB PBVSI kemudian menawari Putu Randu masuk klub profesional. Selain itu, Putu Randu juga ditawari masuk sekolah khusus atlet di Ragunan, Jakarta. Namun, Parwata putuskan mengarahkan Putu Randu masuk Klub Samator Surabaya, Jawa Timur. “Saya arahkan masuk Klub Samator, karena di situ fokus ke bola voli. Kalau di Ragunan, lebih bersifat umum," kenang Parwata.

Singkat cerita, Putu Randu akhirnya berangkat ke Surabaya untuk gabung Klub Samator setelah Ujian Nasional (UN) SMP tahun 2009. Parwata sendiri yang mengantarkan Putu Randu ke Subabaya naik angkutan darat. Namun, sesampainya di Surabaya, suasana di markas Klub Samator justru sepi, karena timnya sedang ikut kompotensi di Pontianak, Kalimantan Barat.

Meski suasana sepi, Putu Randu tetap bertahan di markas Klub Samator, yang saat itu hanya dihuni 3 orang. Sedangkan Parwata balik ke Bali. Saat perjalanan ke Bali baru tiba di Banyuwangi, Jawa Timur, Parwata mendapat telepon dari Putu Randu yang sambil menangis mengaku tidak betah. "Maklumlah, dia kan masih kecil. Akhirnya saya balik lagi ke Surabaya, meski sudah berada di Bnyuwangi," cerita Par-wata.

Saat itu, Parwata berusaha memotivasi Putu Randu agar bertahan di Klub Samator. Setelah Putu Randu tenang, barulah ditinggal ke Bali. Nah, dari Bali, Parwata bersama sang istri, Putu Sri Armoni, terus memotvasi Putu Randu.

Putu Randu yang sudah resmi gabung di Klub Samator, saat itu juga sekolah ke SMA Yayasan Taman Surabaya. Biaya sekolah ditanggung oleh Klub Samator. "Setelah tamat SMA tahun 2012 inilah prestasi anak saya melejit dan ikut seleksi Timnas Voli. Putu Randu ternyata lolos seleksi," terang parwata. Setahun kemudian, Putu Parwata ikut memperkuat Timnas Voli di SEA Games 2013 yang berhasil sabet medali perak.

Selain masuk Pelatnas Voli, Putu Randu juga dikuliahkan oleh Klub Samator ke Fakultas Ekonomi Universitas Yos Soedarso. Setelah lulus kuliah tahun 2016, Putu Randu keluar dari Klub Samator untuk mengikuti seleksi masuk TNI Angkatan Laut. Putu Randu dinyatakan lulus sebagai tentara dan kini bertugas di Bimbingan Jasmani Mabes TNI Cilangkap, Jakarta.

Setelah berdinas di Mabes TNI, Putu Randu dikontrak oleh klub Proliga, yakni Jakarta BNI 46. Sampai saat ini, Putu Randu masih tercatat sebagai pemain Klub Jakarta BNI 46. "Anak saya ini tipenya orang pejuang dan disiplin, karena saya arahkan sejak kecil. Dulu kalau sudah malam dia tidak pulang, saya kunci pintu dan suruh tidur di luar," beber Parwata.

Dengan disiplin yang ditanamkan sejak kecil, Putu randu kini berkembang menjadi atlet jempolan. Gayanya yang kocak di lapangan, jadi semangat khusus bagi rekan-rekannya. Putu randu biasa menari-nari di pinggir lapangan, seusai smesh atau blok yang dilakukannya membuahkan poin. Gaya khas bintang berusia 25 tahun ini terkadang membuat lawan down.

Parwata bangga atas capaian prestasi Putu randu ini. Apalagi, Putu Randu berusaha selalu dekat dengan keluarganya di Bali. Meskipun berada jauh dari Bali, komunikasi lewat video call sering dilakukan Put Randu. "Intinya saya bangga, karena anak saya bisa mengarumkan nama Desa Bongan, nama Bali, dan nama Indonesia," tandas Parwata. *des

Komentar