nusabali

Dua Padmasana di Bromo Rusak

  • www.nusabali.com-dua-padmasana-di-bromo-rusak

Anggota DPR RI Komisi III minta polisi usut tuntas penyebab kerusakan itu

PROBOLINGGO, NusaBali

Dua bangunan tempat persembahyangan dan menaruh sesajen bagi umat Hindu, Suku Tengger di lereng Gunung Bromo mengalami kerusakan. Belum diketahui apa penyebab kerusakan padmasana itu.

Bangunan setinggi sekitar 3 meter dan lebar 2,5 meter itu rusak parah di bagian ujung atas bangunan. Dua bangunan bernama Padmasana itu terletak di titik yang berbeda .

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo, Bambang Suprapto membenarkan adanya Padmasana di Lereng Gunung Bromo yang mengalami kerusakan.

Rusaknya bangunan sendiri baru diketahui Sabtu siang sekitar pukul 01.00 WIB, saat ada umat hendak melakukan persembahyangan.

"Kalau kerusakan karena apa, kami masih belum tahu penyebabnya. Apa karena faktor alam atau lainnya. Yang jelas saya sendiri baru besok akan cek langsung ke lokasi," terang Bambang via selulernya, seperti dilansir detik, Minggu (8/12).

Bambang berharap Umat Hindu yang ada di sekitar lereng Gunung Bromo agar tetap tenang dan menjalankan aktivitas seperti biasanya. Serta tak mudah terprovokasi dengan informasi yang masih belum jelas kebenarannya.

Bambang mengatakan bangunan Padmasana sendiri yang mengalami kerusakan, satu terletak di lereng Gua Widodaren dan satu lagi di lereng Widodaren. Untuk bangunan Padmasana sendiri, masuk bangunan baru atau bukan bangunan sejarah.

Anggota DPR RI Komisi III, Wayan Sudirta, SH minta polisi mengusut tuntas adanya kerusakan  ‘’pelinggih’’ tersebut. Hal ini guna  memastikan bahwa penegakan hukum benar-benar sersius dilakukan.

Melihat skala dari kasusnya, Sudirta mendorong agar kasusnya ditangani langsung oleh Polda Jatim, mengingat kasus ini bersentuhan dengan isu agama yang sangat sensitif.

Menurut berita media ada 2 ‘’pelinggih’’ yang dirusak. Namun pihaknya mendapat informasi lain bahwa yang dirusak ada 3 ‘’pelinggih’’ dan tidak tertutup kemungkinan jumlahnya bertambah, setelah polisi mengusut kasusnya secara professional.

Informasi yang diperoleh Sudirta, yang dirusak adalah Pelinggih sebelum naik ke Goa Widodaren, Pelinggih di Goa Widodaren sebelah kanan, dan Pelinggih Widodaren kiri.

Sudirta yang juga aktif di organisasi keagamaan Hindu sebagai anggota Sabh Walaka (Majelis Cendekiawan) PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia),  meminta umat Hindu tidak bereaksi berlebihan dan menyerahkan kasusnya agar diusut tuntas oleh kepolisian, karena isu agama bisa sangat sensitif serta bisa dimanfaatkan kelompok tertentu untuk mengacaukan situasi serta memancing konflik.

‘’Mari kita dukung polisi mengusut pengerusakan ini secara profesional, murni penegakan hukum dan tidak sampai menyeretnya ke arah gesekan berbau agama, siapapun pelakunya, kalau nanti bisa diungkap polisi,’’ jelas politisi PDI Perjuangan asal Desa Pidpid Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem ini.

Sudirta berharap, kepolisian bertindak professional dalam kasus-kasus yang punya nuansa agama serta sensitif, tidak hanya ketika yang dirusak adalah tempat ibadah umat Hindu. Pengerusakan tempat ibadah umat lain yang manapun, harus diusut secara professional, agar umat beragama tidak galau, serta tidak membuat situasi dalam kasus-kasus seperti ini, berkembang menjadi sentimen SARA.

‘’Saya mengajak semua pihak tidak menarik-narik pengerusakan pelinggih umat Hindu ini kedalam wacana yang sectarian, tapi kita dorong kepolisian mengusutnya, menegakkan hukum, mengungkap kasusnya, memproses siapapun yang terlibat sampai tuntas,’’ tambahnya. *nat

Komentar