nusabali

Punya 124 Outlet di Bali-NTB, dengan Total 2.000 Karyawan

I Nengah Natyanta, Pengusaha Ritel Asal Desa Wisma Kertha, Kecamatan Sidemen, Owner Coco Mart

  • www.nusabali.com-punya-124-outlet-di-bali-ntb-dengan-total-2000-karyawan


Sebelum rintis usaha bisnis ritel, I Nengah Natyanta sempat selama 12 tahun bekerja di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua, periode 1992-2004

DENPASAR, NusaBali 
I Nengah Natyanta, 50, merupakan salah satu sosok pengusaha paling sukses dan inspiratif di Bali. Pengusaha asal Karangasem ini adalah owner Coco Mart, salah satu bisnis ritel lokal yang kini memiliki 124 outlet tersebar di seluruh Bali hingga  NTB, dengan jumlah karyawan mencapai 2.000 Orang.

Sukses yang digapai Nengah Natyanta bukanlah datang dengan tiba-tiba, tetapi dibangun dari nol, dengan kerja keras yang tak kenal lelah dan selalu fokus, plus keyakinan penuh. Dia mengawali bisnisnya dari nol, dimulai dengan sebuah toko kecil di Jalan Taman Griya Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung tahun 2006. Dari situ, bisnis ritelnya bisa berkembang seperti sekarang.

Nengah Natyanta menuturkan, perjuangannya yang tak kenal lelah ini tak terlepas dari masa kecilnya yang hidup serba susah. Ketika kecil, dia tak pernah mengangankan akan menjadi pebisnis yang ‘menghidupi’ banyak orang. Cita-citanya semasa kecil cukup sederhana: dapat kerja, kemudian bisa makan.

“Maklum, saya hanya orang desa,” cerita pengusaha asal Banjar Wangsean, Desa Wisma Kertha, Kecamatan Sidemen, Karangasem ini saat ditemui NusaBali di Nusa Dua, Senin (2/12) lalu.

Ketika kecil, Nengah Natyanta hidup dalam keprihatinan. Maklum, kedua orangtuanya, I Wayan Nata (almarhum) dan Ni Wayan Mudri, dari keluarga kurang mampu. Menurut Natyanta, sebagian besar warga sekampungnya di Banjar Wangsem, Desa Wisma Kertha saat itu memang hidup susah. “Orangtua kami harus menghidupi 5 anak,” cerita  anak kedua darei 5 bersaudara ini.

Meski kehidupan keluarganya serba terbatas, namun Natyanta tetap bisa mengikuti pendidikan formal, hingga kuliah di P4B Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung sampai lulus tahun 1992. Namun, sebelum melanjutkan kuliah, dia sempat selama 6 tahun berhenti dari pendidikan sejak tamat SMAN 2 Semarapura, Klungkung pada 1990.

“Ya, setamat SMA, saya sempat berhenti sekolah,” papar pengusaha kelahiran 31 Januari 1970 ini. Menurut Natyanta, dia terpaksa tunda kuliah karena ayahnya, I Wayan Nata, meninggal dunia akibat dipatuk ular. Ketika itu, almarhum ayahnya sedang memetik buah nangka untuk sayur saat seekor ular hijau mematuknya.

Pasca kematian sang ayah, Natyanta sempat terguncang, sampai terseret ke meja judi ceki dan biliar. Beruntung, dia cepat bangkit dan akhirnya lanjutkan kuliah di P4B Nusa Dua pada tahun 1991. “Kebetulan, ibu saya mendukung. Beliau harus kerja keras dengan jualan kain songket demi menyekolahkan saya dan menghidupi kelima anaknya,” kenang Natyanta.

Setelah setahun kuliah dan tamat dari P4B Nusa Dua, Natyanta diterima bekerja di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua. Awalnya, dia ditugaskan sebagai steward selama 6 tahun, kemudian diangkat menjadi head waiter selama 6 tahun. “Total saya kerja di hotel ini selama 12 tahun dari 1992 hingga 2004,” kilah ayah 3 anak dari pernikahannya dengan Ni Ketut Mariati ini.

Sambil bekerja di hotel, Natyanta saat itu mencoba terjun bisnis kecil-kecilan. Mulai dengan jualan produk fesyen bermerk di Bali Collection Nusa Dua tahun 1998, dengan modal Rp 15 juta. Bisnis jualan bajunya terus berkembang, sehingga pada tahun 2000 dia memperluas usahanya dengan mendirikan Restoran Coco Bistro di Nusa Dua.

Namun, serangan Bom Bali II yang meledak di Kuta (Kecamatan Kuta, Badung) dan Kelurahan Jimbaran (Keacamat Kuta Selatan, Badung), 1 Oktober 2005, membuat usaha bisnis Natyanta sempoyongan. Meski demikian, Natyanta tak patah arang.

Natyanta kemudian merintis toko sembako yang diberi nama Coco Mart di kawasan Taman Griya, Nusa Dua tahun 2006. Agar fokus urus bisnis Coco Mart tersebut, Natyanta pilih berhenti kerja di hotel.

Pilihan Natyanta ternyata tidak keliru. Sebab, Coco Mart yang dirintisnya tersebut berkembang pesat. Natyanta pun terus melakukan perluasan usaha, hingga bisnis ritelnya kini berkembang menjadi 124 outlet yang tersebar di seluruh Bali hingga NTB. Sedangkan jumlah kar-yawan yang dipekerjanya selutuhnya menmcapai sekitar 2.000 orang.

Natyanta mengakui sangat berbeda tanggung jawabnya kini sebagai owner perusahan dibanding ketika menjadi karyawan. “Dulu saat masih jadi karyawan, apalagi berstatus bujangan, saya hanya memikirkan diri sendiri. Cukup makan saja rasanya sudah cukup,” kata ayah dari I Gede Mahandika Natya Putra, Ni Kadek Mahalena Natya Putri, dan I Komang Mahayana Putra ini.

“Kalau sakarang sebagai owner perusahaan, tanggung jawab saya besar dan lebih luas. Saya harus memikirkan bagaimana jalannya perusahan agar sesuai dengan track yang diharapkan. Sebab, di dalamnya tidak hanya bicara soal kelangsungan bisnis, tetapi menyangkut hidup ribuan karyawannya,” lanjut Natyanta.

Natyanta mengaku merasa punya tanggung jawab yang tak kalah pentingnya, yakni membangkitkan spirit orang Bali untuk berani terjun berbisnis, khususnya kalangan anak muda. “Asalkan mau kerja keras, orang Bali mampu kok menjadi pebisnis yang andal,” tegas Natyanta. *k17

Komentar