nusabali

Palinggih Kayu Duwi di Pantai Desa Kerobokan Roboh

Diduga Dirusak, Bendesa Adat Kerobokan Rapatkan Prajuru

  • www.nusabali.com-palinggih-kayu-duwi-di-pantai-desa-kerobokan-roboh

Sebuah palinggih di Baturan Kayu Duwi (tempat yang disucikan, Red), di Desa Adat Kerobokan, Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan, Buleleng, diduga dirusak orang.

SINGARAJA, NusaBali

Palinggih yang diyakini tempat berstana Ratu Ayu Cakra Gni, roboh hingga bagian kepala patung patah. Pihak Prajuru Adat Kerobokan telah menggelar paruman guna perbaikan sebelum Tumpek Landep pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (21/12). Selain rencana perbaikan, kejadian tersebut juga sudah dilaporkan ke Polsek Sawan, Sabtu (30/11).

Baturan Kayu Duwi berukuran 6 meter x 5 meter ini berada di Pantai Desa Kerobokan, yang menjadi wewidangan Desa Adat Kerobokan. Baturan Kayu Duwi ini disungsung oleh krama Adat Kerobokan. Di dalam Baturan Kayu Duwi terdapat Palinggih Ratu Ayu Cakra Gni. Palinggih inilah yang roboh hingga bagian kepala patuh patah.

Informasi dihimpun di lokasi, kejadian robohnya sebuah palinggih di Baturan Kayu Duwi diketahui pada Jumat (29/11) pagi oleh seorang warga Ni Made Sulastri, 55, yang berjualan tidak jauh dari lokasi. Seperti biasa, Sulastri kala itu hendak Ngejot (menghaturkan sesajen seperti kopi dan makanan, Red) di Palinggih Baturan Kayu Duwi, sekitar pukul 06.30 Wita.

Namun, Sulastri kaget saat melihat palinggih roboh dengan kepala patung patah. Dia pun kemudian menyampaikan kejadian tersebut kepada Bendesa Adat Jero Mangku Gede Wayan Suma Wijaya. Diperkirakan, kejadian robohnya Palinggih Ratu Ayu Cakra Gni, terjadi pada Jumat dini hari. “Tiyang langsung mencari Jero Bendesa ke rumahnya, menyampaikan kejadian tersebut,” kata Sulastri saat ditemui, Sabtu siang kemarin.

Laporan tersebut kemudian dicek oleh Bendesa Adat Suma Wijaya bersama mantan Perbekel Kerobokan Putu Wisnu Wardana yang kembali terpilih. Setelah memastikan kerusakan, Bendesa Adat Suma Wijaya kemudian mengundang prajuru lainnya untuk membahas dalam paruman (rapat). Hasilnya, perbaikan palinggih diupayakan sebelum Tumpek Landep. Selain itu, pihaknya juga melaporkan kejadian itu ke Polsek Sawan. “Tadi (kemarin) pagi sudah kami laporkan ke Polsek, agar bisa ditindaklanjuti. Kami juga sudah matur piuning (penyampaian secara niskala, Red) di Pura Segara terkait kejadian tersebut, agar tidak berdampak pada krama Desa Adat Kerobokan,” ungkap Bendesa Adat Suma Wijaya.

Menurut Bendesa Adat Suma Wijaya, dia menduga robohnya palinggih di Baturan Kayu Duwi karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Karena, robohnya patung tidak membuat kerusakan tempat patung tersebut. Selain itu, bila karena tiupan angin, sangat tidak mungkin karena patung cukup berat. “Kalau melihat posisi robohnya, ini mungkin perbuatan manusia karena bergeser dari tempatnya. Tidak mungkin roboh karena tiupan angin, karena patung cukup berat,” tuturnya.

Bendesa Adat Suma Wijaya memperkirakan orang yang merusak itu naik lewat tembok panyengker. Karena pintu masuk ke Palinggih Baturan selalu terkunci kecuali piodalan di Baturan Kayu Duwi. “Pintu besi selalu terkunci, ini pasti (yang merusak) naik lewat tembok. Sekarang biar polisi yang ikut menyelidiki kejadian ini,” ujarnya.

Sementara, Kapolsek Sawan Iptu Gusti Alit Murdiasa seizin Kapolres Buleleng, saat dihubungi melalui telepon seluler mengaku, telah menerima laporan resmi kejadian robohnya palingih di Baturan Kayu Duwi, Desa Adat Kerobokan.

“Pelaku masih dalam proses lidik. Petugas sudah turun mendatangi TKP menggali informasi dan meminta keterangan saksi-saksi, khususnya sejumlah pedagang di sekitar Pantai Kerobokan,” ujarnya.  *k19

Komentar