nusabali

Nyoman Budiarta, Berkarya dalam Keterbatasan

  • www.nusabali.com-nyoman-budiarta-berkarya-dalam-keterbatasan

Keterbatasan bukanlah kekurangan, melainkan bisa menjelma menjadi kekuatan. 

MANGUPURA, NusaBali.com
Para penyandang disabilitas menunjukkan kemampuan saat mengikuti pameran produk Tenaga Kerja Mandiri (TKM), Selasa (19/11/2019) di BNDCC, Nusa Dua, Badung. I Nyoman Budiarta adalah salah satunya. Bersama Yayasan Cahaya Mutiara Ubud ia berkesempatan memamerkan produk karya seni dalam perhelatan yang digagas oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI. Budiarta merupakan penyandang disabilitas Osteogenesis sejak usia 2 tahun. 

Osteogenesis disebut dengan penyakit tulang rapuh yang ditandai dengan tulang yang mudah patah. Kondisi ini membuat tulanganya sangat rapuh, bahkan tulangnya tidak dapat menopang tubuhnya sehingga sehari-hari ia dibantu dengan kursi roda untuk menjalankan aktivitasnya semenjak usianya 15 tahun.

Pada kesempatan ini Budiarta ikut memamerkan karya seni yang ia buat berupa puluhan lukisan. Sebagian besar lukisannya beraliran magis, satu di antaranya adalah lukisan Dewa Ganesha. Goresan-goresan dalam lukisan itu sekilas tampak samar di atas kanvas. Namun, potrait Dewa Ganesha yang menjadi pusat lukisan tetap jelas tersimpulkan.

Lukisan didiominasi warna cerah, biru, merah, hingga oranye. "Warna cerah ini menggambarkan harapan. Itulah yang coba saya ingin sampaikan lewat lukisan," ujarnya, Selasa (19/11/2019).

Pria 38 tahun ini mengisahkan sejumlah lukisan yang dipamerkan ia buat ketika mengalami depresi. Saat itu keadaan ini membuatnya merasa down, sedih, dan seakan tak punya harapan hidup. Namun, perasaan itu dilawannya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dan melukis. "Saya terus berusaha melawan diri sendiri dengan melukis," kisahnya. "Akhirnya Tuhan memampukanku, memberiku kekuatan untuk mencapai titik stabil," tambahnya.

Bahkan ia merasa semakin bangkit setelah dipertemukan dengan penyandang disabilitas lain di yayasan 2014 lalu. "Saya berpikir kehidupan sebagai penyandang disabilitas adalah penyeimbang alam yang sudah diatur oleh Tuhan," katanya.

Saat melukis, Budiarta sama sekali tidak merasakan kendala kendati kondisi kedua tangan dan kakinya tidak sempurna. Baginya melukis adalah terapi jiwa. "Menggoreskan kuas membuat saya merasa di dunia lain, dunia dalam lukisan. Saya bebas menumpahkan emosi di sana dan tidak biasa diganggu," ungkapnya. 

Tidak hanya meluapkan emosi, keterampilan seni yang ia miliki juga memberinya pengalaman lebih. Budiarta beberapa kali mengikuti sejumlah event seni rupa di Bali. Bahkan sejumlah lukisannya dibeli kolektor dengan harga puluhan juta. Hal inilah yang membuatnya percaya diri. "Keadaan ini bukanlah rintangan. Penyandang disabilitas juga setara dengan yang lainnya," tegasnya dengan bangga.*has

Komentar