nusabali

Denpasar Bawa 'Si Darling'

Pertemuan The Climate Leadership

  • www.nusabali.com-denpasar-bawa-si-darling

Pertemuan ini mencoba melihat aksi-aksi lokal (kota), supaya mendapat prototype project yang benar-benar berusaha mengatasi perubahan-perubahan iklim yang sudah dirumuskan.

DENPASAR, NusaBali

Kota Denpasar membawa Aplikasi Sistem Sadar dan Peduli Lingkungan (Si Darling) ke dalam pertemuan ‘The Climate Leadership’ Program Workshop Phase III bertema For a Better, Greener and Smarter City Toward Resilient and Sustainable City’ Tahun 2019 yang berlangsung 18-20 November 2019 di Hotel Prama Sanur Denpasar. ‘Si Darling’ yang digagas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar menjadi satu dari beberapa prototype yang dipresentasikan dalam pertemuan tersebut.

Presentasi ‘Si Darling’ disampaikan langsung oleh Kepala DLHK Kota Denpasar, Ketut Wisada di hadapan para partisipan di hari kedua event, Selasa (19/11). ‘Si Darling’ merupakan program strategis pengurangan sampah non organik mulai hulu sampai sampah rumah tangga.

Mengingat produksi sampah di Kota Denpasar cukup besar, dan di antara berbagai jenis sampah, plastik yang paling sulit diurai. Maka, sampah plastik ini menjadi fokus untuk ‘Si Darling’.

Dalam aplikasi ‘Si Darling’ ini, warga Kota Denpasar, khususnya anak SD dan SMP wajib menjadi nasabah bank sampah yang telah bekerjasama dengan aplikasi ini. Ini bertujuan untuk mendidik anak-anak sadar terhadap lingkungan. “Mereka sebagai nasabah bisa menabung sampah di sekolah atau di rumah, dengan kelipatan Rp 10 ribu per point. Jadi ada point reward, setiap Rp 10 ribu mereka dapat satu poin. Jika poinnya terkumpul, ada kategorinya lagi, silver, gold, dan platinum. Kalau sudah mencapai gold, nasabah nanti akan mendapat layanan bypass di beberapa pelayanan publik, dengan menunjukkan aplikasinya,” ujar Kadis Wisada.

“Sedangkan reward platinum, itu nanti anak-anak SD dan SMP diberikan beasiswa. Ada tim penilai nanti. Jika ada anak-anak yang sudah mencapai platinum, akan dicek ke rumah dan sekolah. Jika dinilai layak, maka akan diberikan beasiswa. Dalam hal ini bukan mengajarkan masyarakat untuk jadi pemulung, tapi edukasi sadar lingkungan,” sambungnya.

Selain ‘Si Darling’, ada beberapa prototype juga yang didiskusikan dalam pertemuan The Climate Leadership. Di antaranya sistem transportasi berkelanjutan dari Pemerintah Provinsi Bali, Carbon Sink in Mangrove and Mining Ponds (Pangkal Pinang), Replicating Kampong Iklim (Sri Lanka), Building Community for Low Carbon Society Jakarta, dan Sidoarjo Waste to Energy (Sidoarjo).

Deputi Sekretaris Jenderal City Net Asia Pasifik, Aisa Tobing menjelaskan, pertemuan ini mencoba melihat aksi-aksi lokal (kota), supaya mendapat prototype project yang benar-benar berusaha mengatasi perubahan-perubahan iklim yang sudah dirumuskan. “Hari ini (kemarin, red) kita mendengarkan contoh-contoh project dari kota-kota, yang memang berupaya mengurangi karbon emisi dan adaptasi perubahan iklim. Nanti mana yang paling visible, akan jadi prototype, percontohan project yang bisa diterapkan dan disesuaikan di kota-kota lain,” jelasnya.

Terkait pendanaan prototype, menurut Chair Governing Board Mitra Hijau, Dicky Edwin Hindarto, jika dilakukan hanya oleh pemerintah, biasanya ownership dan sustainability kurang. Hal ini disebabkan karena pemerintah berdasarkan usulan APBN dan APBD per tahun. “Saya mengusulkan, bagaimana kemudian ada mix antara pemerintah dengan modal pembiayaan yang lain sehingga bisa berjalan lebih sustain (keberlanjutan). Dengan pembiayaan dari swasta dan pembiayaan internasional, itu lebih transparan, terukur, efisien, dan bisa dilaporkan,” katanya. *ind

Komentar