nusabali

Kerugian Dampak Gempa Buleleng Rp 1,6 Miliar

  • www.nusabali.com-kerugian-dampak-gempa-buleleng-rp-16-miliar

Kecamatan Seririt paling terdampak dan BPBD Buleleng masih memetakan bantuan rehab atau bedah rumah pasca bencana.

SINGARAJA, NusaBali

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, terus menginventaris kerusakan bencana gempa yang mengguncang Buleleng, Kamis (14/11/2019) lalu dengan kekuatan tertinggi 5,1 skala richter. Hingga Minggu (17/11/2019), total kerugian akibat gempa yang masuk ke BPBD Buleleng mencapai Rp 1,6 miliar dari 87 unit rumah dan 32 fasilitas umum yang rusak di lima kecamatan yang ada di Buleleng.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana dihubungi Minggu (17/11) kemarin mengatakan kerusakan yang terberat memang terjadi di Kecamatan Seririt dengan total kerugian material sejumlah Rp 1,3 miliar di 13 desa dan kelurahannya. Kemudian disusul oleh Kecamatan Gerokgak dengan total kerugian Rp 222 juta. Sedangkan tiga kecamatan lainnya yakni Kecamatan Sukasada, Banjar dan Busungbiu hanya berjumlah puluhan juta. “Kerusakan gempa yang dilaporkan oleh Perbekel ke Kecamatan dan masuk ke kami akan diverifikasi kembali besaran kerugiannya yang pasti, nanti kami akan turunkan tim dan setelah itu akan diajukan ke BPBD Provinsi maupun BNPB kalau kerusakannya berat,” jelas Kalak Suadnyana.

Dalam penanganan dampak bencana, dirinya pun menjelaskan selama ini dilakukan secara bersinergi antara pemerintah kabupaten, provinsi dan juga pusat. Penanganan tersebut tergantung besar kecil kerusakan yang dialami warga korban bencana.Kerusakan di bawah Rp 5 juta akan dikondisikan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui program rehab rumah ringan di Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Buleleng. Sedangkan kerusakan sedang antara Rp 5-30 juta akan ditanggung oleh BPBD Provinsi Bali. Kerusakan diatas jumlah tersebut akan diambil alih oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang biasanya kerusakan parah yang terjadi pada fasilitas umum.

Menurut Suadnyana hingga saat ini BPBD Buleleng masih menghitung dan memetakan korban yang akan diusulkan mendapatkan bantuan rehab atau bedah rumah pasca bencana. Termasuk rumah bayi 12 tahun asal Banjar Dinas Sorga, Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Buleleng yang ambruk pasca gempa, untuk menjadi perhatian mendapatkan bedah rumah. “Dari assessment tim kami tadi pagi keluarganya termasuk KK kurang mampu, nanti dari data pemerintah desanya akan mengusulkan, kalau bantuan bedah rumah untuk KK miskin ada di Perkimta,” jelas dia. Setidaknya usulan pemulihan kerusakan pasca gempa baru bisa terealisasi di tahun depan karena tahun 2019 sudah memasuki penghujung tahun.

Sementara itu dengan potensi gempa bumi yang masih terasa di Buleleng dengan intensitas kecil hingga Minggu (17/11/2019), menjadi sorotan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat. Provinsi Bali pun tahun ini dibantu 50 alat pendeteksi intensitas gempa (intensity meter,red) yang 12 unit di antaranya akan dipasang di Buleleng.

Kalak Suadnyana mengatakan pemasangan intensity meter itu akan dipasang langsung oleh BKMG sesuai jadwal yang telah ditentukan yakni tanggal 2-6 Desember mendatang. Belasan titik itu di antaranya di kantor Camat Tejakula, kantor Camat Kubutambahan, kantor Desa Wanagiri di Kecamatan  Sukasada, kantor Desa Munduk Bestala, Kecamatan Seririt, kantor Camat Busungbiu, kantor Desa Sepang Kelod Kecamatan Busungbiu, kantor BPBD Buleleng, kantor Camat Kubutambahan, kantor Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, kantor Desa Tukad Sumaga, Kantor Desa Pejarakan dan kantor Desa Sumberklampok di Kecamatan Gerokgak. Alat pendeteksi intensitas gempa ini disebut akan membantu deteksi diri intensitas kerusakan bencana akibat gempa. Sehingga dapat dilakukan langkah antisipasi dini.*k23

Komentar