nusabali

Tim Kedokteran Undiksha Berjaya di Singapura

Raih Perak Berkat Penelitian Kulit Pisang Jadi Obat Impetigo

  • www.nusabali.com-tim-kedokteran-undiksha-berjaya-di-singapura

Tim peneliti mahasiswa Fakultas Kedokteran Undiksha Singaraja berhasil sabet medali perak dalam kompetisi karya tulis ilmiah ‘Advance Inovative Global Competition (AIGC) 2019’ di Nanyang Technological University Singapore, Minggu (17/11).

SINGARAJA, NusaBali

Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Undiksha ini berjaya berkat pene-lilitian yang berhasil menemukan obat impetigo (penyakit kulit) dari bahan kulit pisang. Tim peneliti yang berjaya sabet medali perak dalam kompetisi internasional AIGC 2019 di Singapura ini terdiri dari 5 mahasiwa Semester III Fakultas Kedokteran Undiksha. Mereka masing-masing I Gusti Agung Mirah Puspitayani, I Nyoman Windiana, I Made Bharata Deandra Odantara, Ketut Alit Wira Adi Kusuma, dan RR Fitria Dwi Intan Milleniari.

Dosen Pembina Tim Peneliti Masiswa Fakultas Kedokteran Undiksha, Dr dr Made Budiawan MKes AIFO, menyebutkan penelitian yang membuahkan medali perak di Singapura ini dilakukan mahasiswanya selama 6 bulan. Mereka pilih membuat obat impetigo, mengingat kasusnya di masyraakat cukup banyak. Bahkan, sebagian pasien setelah menjalani pengobatan menggunakan antibiotik kimia, mengalami efek samping seperti iritasi dan reaksi hipersensitivitas.

“Untuk itu, perlu dibuat obat antibiotika yang bersumber dari alam. Kulit pisang ternyata mengandung zat yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab impetigo. Maka, dilakukanlah riset,” jelas Dr dr Budiawan kepada NusaBali per telepon dari Singapura, Minggu kemarin.

Menurut Dr Budiawan, proses penelitian sampai menghasilkan obat alami berupa antibiotika dari kulit pisang ini merlukan waktu cukup lama, sekitar 6 bulan. Kulit pisang yang diperlukan sebagai bahan baku utama didapatkan dari pedagang pisang goreng di wilayah Buleleng.

Selain mencari formula yang lengkap, tim peneliti mahasiswa Kedokteran Undiksha juga mengirimkan karyanya setelah diujicoba. Mereka awalnya mendaftarkan karyanya secara online di website resmi panitia AIGC 2019 di Singapura. Setelah menunggu seminggu, tim peneliti mahasiswa Ketokteran Undiksha pun dinyatakan lolos sebagai finalis. Mereka kemudian diundang mempresentasikan hasil karyanya di Singapura, 15-17 November 2019.

Ternyata, penelitian berupa obat impetigo berbahan kulit pisang ini dinyatakan berhak atas medali perak di ajang AIGC 2019 di Singapura. Menurut Dr Budiawan, ini keberhasilan pertama mahasiswa Fakultas Kedokteran Undiksha di ajang internasional. “Ini menunjukkan kualitas mahasiswa Kedokteran Undiksha tak bisa dipandang sebelah mata, meski fakultasnya baru berdiri tahun 2018,” tandas Dr Budiawan yang juga menjabat Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Undiksha.

Dr Budiawan menyebutkan, keberhasilan mahasiswanya dalam ajang AIGC 2019 di Singapura ini tidak terlepas dari peran pembina lainnya, yakni dr Ni Nyoman Mestri Agustini MKes MBiomed SpN dan dr Made Bayu Permasutha SKed. Menurut Dr Budiawan, raihan perak ini adalah prestasi membanggakan sekaligus menjadi motivasi bagi mahasiswa Kedokteran Undiksha untuk terus berkarya dan melahirkan produk inovatif lainnya. “Sampai bisa ke jenjang ini, tentunya menjadi hal yang luar biasa. Tetapi, kami terus berharap kedepan semakin banyak prestasi yang dilahirkan,” katanya.

Pasca sukses dalam kompetisi internasional AIGC 2019 di Singapura, kata Dr Budiawan, tim peneliti berkekyatan 5 masasiswa Semestar III Kedokteran Undiksha ini akan terus melakukan penyempurnaan terhadap produk obat imipetgo berbahan kulit pisang. Penyempurnaan itu khususnya berupa tes farmakologi, uji klinis, dan uji toxisitas. “Produk ini akan dilanjutkan ke tahap berikutnya, sehingga benar-benar bisa dimanfaatkan untuk kesehatan,” tegas Dr Budiawan.

Sementara itu, Rektor Undiksha Singaraja Prof Dr I Nyoman Jampel MPd memberikan apresiasi atas prestasi tim masahiswa Fakultas Kedokteran dalam kompetisi internasional AIGC 2019 di Singapura. Prof Jampel menegaskan, usia Fakultas Kedokteran Undiksha yang baru seumur jagung bukan halangan untuk menunjukkan kualitas lewat kompetisi internasional.

“Ini luar biasa. Fakultas Kedokteran Undiksha masih berusia muda, tetapi sudah bisa melahirkan prestasi dan menciptakan inovasi,” tandas Prof Jampel saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Singaraja, tadi malam.

Prof Jampel berharap prestasi ini bisa menjadi motivasi untuk mahasiswa maupun fakultas untuk menorehkan hal serupa. “Prestasi sangat penting untuk meningkatkan grade lembaga. Tentu kami berharap semakin banyak prestasi yang diraih oleh mahasiswa Undiksha,” harap akademisi kelahiran kawasan wisata internasional Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini. *k23

Komentar