nusabali

Ajari Baca Tulis Penyandang Disabilitas, Perangi Sampah Plastik

Kisah Inspiratif Aiptu I Kadek Sumerta, Bhabinkamtibmas Desa Siangan, Kecamatan Gianyar

  • www.nusabali.com-ajari-baca-tulis-penyandang-disabilitas-perangi-sampah-plastik

Inovasinya mengajar baca tulis bagi para penyandang disabilitas di Ya-yasan Bhakti Senang Hati setelah jadi Bhabinkamtibnas Desa Siangan, mengantarkan Aiptu I Kadek Sumerta raih posisi Juara Harapan III Nasional Kapolri Cup 2019

GIANYAR, NusaBali

Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Desa Siangan, Kecamatan Gianyar, Aiptu I Kadek Sumerta, 42, beda dari yang lain. Di samping menjalankan tugasnya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, Aiptu Kadek Sumerta juga menyibukkan diri dengan sejumlah kegiatan sosial. Di antaranya, mengajar baca tulis bagi para penyandang disabilitas hingga mempe-lopori Gerakan Lawan Sampah Plastik.

Aiptu Kadek Sumerta merasa terpanggil untuk mengajar baca tulis bagi penyandang disabilitas, karena alasan kemanusiaan. Maka, hampir setiap hari, setelah apel pagi, Aiptu Sumerta mengajar di Yayasan Bhak-ti Senang Hati, Gianyar. “Ya, lokasi pertama yang saya sambangi setelah apel pagi adalah Yayasan Bhakti Senang Hati,” ungkap Aiptu Sumerta saat ditemui NusaBali di sela-sela mengajar baca tulis penyandang disabilitas, Kamis (14/11).

Rutinitas itu dilakoni Aiptu Sumerta sejak awal Januari 2018. Aiptu Sukerta sendiri sudah 2 tahun menjadi Bhabinkamtibmas Desa Siangan, sejak 14 November 2017. Menurut Aiptu Sumerta, awalnya penyandang disabilitas di yayasan tersebut diajar oleh sekelompok mahasiswa volunteer. “Mungkin mahasiswa itu sudah pada lulus, sehingga tidak ada lagi yang mengajar baca tulis di yayasan. Nah, sejak saat itulah saya mulai coba mengajar,” kenang anggota Polri asal Banjar Kaler, Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Karangasem ini.

Saat pertama mengajar, diakui tidak mudah. Bahkan, para penyandang disabilitas agak canggung ketika baru melihat seragam coklat yang dikenakan Aiptu Sumerta. “Kesan pertama, mereka (penyandang disabilias) tampak canggung, sehingga saya mencoba cara agar bisa diterima dengan baik,” cerita Aiptu Sumerta.

Sebagaimana layaknya guru, Aiptu Sumerta mengawali dengan perkenalan diri. Baru kemudian mengajarkan alphabet A sampai Z. Dari 15 anak didiknya di Yayasan Bhakti Senang Hati, kemampuan membaca dan menulis mereka bervariasi. “Ada yang sudah bisa membaca karena sempat ikut kejar paket. Ada pula yang belum mengenal huruf sama sekali,” katanya.

Para penyandang disabilitas di yayasan tersebut ada yang memiliki keterbatasan fisik, ada keterbatasan mental, dan ada pula keterbatasan soal kemampuan berkomunikasi. Karena kemampuan anak didiknya berbeda, Aiptu Sumerta pun harus mengajar dari nol.

Secara perlahan tapi pasti, kemampuan anak didiknya mulai merata. Mereka yang awalnya tidak mengenal huruf sama sekali, akhirnya bisa menulis kata, minimal mampu menulis nama sendiri. Begitu pula dengan berhitung, Aiptu Sumerta mengajar mereka dengan penuh kesabaran dan rasa tulus ikhlas.

“Saya ingin mereka tumbuh mandiri, kuat dengan bisa membaca dan menulis. Hal ini juga mendukung Commander Wish Kapolda Bali (Irjen Pol Dr Petrus Reinhard Glose, Red), salah satunya peduli dengan penyandang disabilitas,” jelas Aiptu Sumerta.

Selama mengajar baca tulis penyandang disabilitas, Aiptu Sumerta mengaku sering terharu. Sebab, mereka yang memiliki keterbatasan, punya semangat tinggi untuk belajar. Terbukti, setiapkali Aiptu Sumerta menanyakan siapa yang mau maju menulis, selalu direspons cepat oleh anak didiknya. Meski dengan tangan yang gemetar, para penyandang disabilitas itu tetap semangat menulis.

Sehari-harinya, Aiptu Sumerta mengajar baca tulis penyandang disabilitas selama 1-2 jam, mulai pagi pukul 09.00 Wita hingga pukul 10.00 Wita atau 11.00 Wita. “Saya tambah semangat mengajar, karena mereka antusias. Mereka selalu minta agar saya tetap dan terus mengajar,” kata ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Wayan Sri Parwati ini.

Menurut Aiptu Sumerta, aktivitas sosialnya ini disupport penuh oleh sang istri Ni Wayan Sri Parwati beserta dua anaknya, yang masing-masing kini duduk di bangku SMA dan SMP. “Kadang kalau saya datang dari desa, pasti ditanya sudah mampir ke yayasan, ada yang sakit nggak? Begitu perhatian istri sama anak-anak di rumah."

Selain mengajar baca dan tulis penyandang disabilitas, Aiptu Sumerta juga mempelopori Gerakan Lawan Sampah Plastik (Gelatik), dengan para siswa dari SDN 1 Siangan, SDN 2 Siangan, dan SDN 3 Siangan. Program Gelatik ini dijalankan sepekan sekali setiap Sabtu di tiga SD se-Desa Siangan. Aiptu Sumerta mengajak dan menggugah para siswa SD untuk rajin menabung sampah plastik. Pengumpulan sampah plastik diagendakan setiap Sabtu.

"Gerakan ini menyasar anak-anak SD yang ada di Desa Siangan. Setiap hari Sabtu anak-anak diwajibkan membawa sampah plastik ke sekolah," terang Aiptu Sumerta. Pengumpulan sampah plastik itu diagendakan mulai pagi pukul 07.00 Wita sampai siang pukul 12.00 Wita. "Kami juga dibantu oleh komunitas Pecinta Alam Melangge dan para guru SD," bebernya.

Pada minggu pertama program Gelatik, anak-anak SD di Desa Siangan berhasil mengumpulkan 950 kg sampah plastik. Khusus dari SDN 1 Siangan terkumpul 300 kg sampah plastik. Sebanyak 100 kg sampah plastik di antaranya bisa didaur ulang dan telah dijual ke pengepul rongsokan senilai Rp 212.000. Sisanya, 200 kg merupakan sampah residu.

Sedangkan dari SDN 2 Siangan, terkumpul 150 kg sampah plastk di mana 50 kg dapat didaur ulang dan dijual dengan seharga Rp 100.000. Sisanya, 100 kg merupakan sampah residu. Sebaliknya, dari SDN 3 Siangan terkumpul 500 kg sampah platik. Rinciannya, 204 kg sampah plastik yang bisa didaur ulang dan dijual ke pengepul dengan harga Rp 408.000. Sisanya 296 kg merupakan sampah residu.

Menurut Aiptu Sumerta, dirinya tergugah mencetuskan program Gelatik ini, karena dampak sampah plastik tidak hanya merusak kesehatan manusia dan membunuh hewan, tetapi juga merusak lingkungan secara sistemis. Jika tidak dikelola secara serius, pencemaran sampah plastik akan sangat berbahaya bagi kelangsungan bumi.

Gerakan ini, kata dia, sekaligus untuk mendukung program pemerintah dalam memerangi sampah plastik seperti tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbunan Sampah Plastik Sekali Pakai. "Salah satu tujuan program Gelatik yaitu mendukung program pemerintah. Tapi, program ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli dengan kebersihan. Khusus kepada anak-anak, tujuannya untuk menanamkan sejak dini perilaku bersih dan mencintai lingkungannya demi kelangsungan bumi ini," papar Aiptu Sumerta.

Aiptu Kadek Sumerta sendiri mengawali kariernya sebagai polisi tahun 1998, dengan penugasan pertama di Polres Bangli. Dia sempat BKO ke Aceh tahun 2001. Setahun bertugas di Aceh, Aiptu Sumerta kembali ke Bali dan langsung bertugas di Sat Lantas Polres Gianyar pada 2002. Setelah selama 15 tahun bertugas di Sat Lantas Polres Gianyar, Aiptu Sumerta kemudian dialihkan menjadi Bhabinkamtibmas Desa Siangan, 14 November 2017.

Inovasinya mengajar baca tulis bagi para penyandang disabilitas di Ya-yasan Bhakti Senang Hati setelah jadi Bhabinkamtibnas Desa Siangan, mengantarkan Aiptu Sumerta meraih posisi Juara Harapan III Nasional Kapolri Cup 2019. "Rewardnya berupa Pin Emas,” ujar Aiptu Sumerta yang berhak mewakili Bali ke Kapolri Cup 2019 karena sebelumnya jadi Juara I Tingkat Provinsi Bali sebagai Babhinkamtibnas pioner, pendobrak, pendorong, motivator, dan inisiator. *nvi

Komentar