nusabali

Pemilik Kios Kecewa Damkar Tak Sigap

Ngaku Telpon Berkali-kali, Tapi Tak Ada Respons

  • www.nusabali.com-pemilik-kios-kecewa-damkar-tak-sigap

Anggota DPRD Kota Denpasar yang juga Panglingsir Puri Peguyangan AA Ngurah Widiada menyesalkan kurang sigapnya petugas Damkar.

DENPASAR, NusaBali

Sebanyak 5 kios terdiri dari pedagang buah (2 kios), pedagan nasi pecel/lalapan, pedagang nasi campur dan laundry di Jalan A Yani Utara, Banjar Pemalukan, Desa Peguyangan Kaja, Denpasar Utara, ludes terbakar, Rabu (13/11) dinihari. Uniknya, kejadian kebakaran ini berbuntut karena pemilik kios, I Made Bitra, 55, mengaku kecewa kepada petugas pemadam kebakaran yang tak sigap. Korban pun akhirnya mengadu kepada anggota DPRD Kota Denpasar, AA Ngurah Widiada yang juga Panglingsir Puri Peguyangan.

Ditemui di lokasi kebakaran, kemarin siang, Made Pitra menceritakan, bahwa saat kebakaran terjadi sekitar pukul 01.30 Wita, dirinya sudah menghubungi BPBD Kota Denpasar via telpon berkali-kali namun tidak ada respons, sampai akhirnya salah satu anggota keluarga mencari langsung ke Pos Cokroaminoto  yang kemudian mengerahkan 4 unit mobil damkar ke TKP. Namun, naasnya, api sudah hampir padam dan seisi kios sudah ludes terbakar.

"Itu satu jam lebih baru datang pemadamnya, barang-barang sudah hangus semua, makanya saya adukan saja karena kasus sebelumnya juga demikian," ujar Made Pitra ditemui di lokasi kebakaran, kemarin.

Diceritakan, kejadian kebakaran tersebut berawal dari seorang penjual lalapan, Iis, yang mengontrak kios sebelah utara menyalakan kompor untuk memasak air sekitar pukul 01.00 Wita. Setelah menghidupkan kompor, Iis pun bergegas pergi ke pasar untuk membeli bahan lalapan.

Namun, Iis lupa mematikan kompor saat ditinggal pergi. Nah, karena panci tersebut kosong kemudian meledak dan mengenai barang lainnya yang mudah terbakar.

Tak lama kemudian api semakin membesar. Warga mulai panik dan mencari Made Pitra yang rumahnya tepat di belakang kios. "Saya dicari warga kalau kios saya terbakar, warga sempat menelpon BPBD berkali-kali bahkan adik saya juga menelpon tetapi tidak diangkat. Sampai saya memukul kulkul bulus untuk minta bantuan warga karena pemadam tidak merespon," jelasnya.

Warga yang mulai berdatangan akhirnya membantu memadamkan api dengan peralatan seadanya agar tidak terkena rumah Made Pitra. Berselang sekitar satu jam, adik Made Pitra memilih untuk mendatangi langsung markas Damkar di Pos Cokroaminoto untuk segera membantu pemadaman. Setelah dicari, baru pemadam kebakaran bergerak ke lokasi kebakaran. "Adik saya sampai nyari ke Terminal Ubung kan biasanya di sana pos mereka, baru mereka berangkat ke sini (TKP)," ungkap Made Pitra yang bekerja sebagai petugas SPBU ini.

Dengan kelambanan itulah, Made Pitra kemudian memilih untuk mengadu ke anggota DPRD Kota Denpasar AA Ngurah Widiada agar kejadian serupa tak terulang lagi. Made Pitra pun membeberkan apa yang terjadi pada kiosnya akibat kurang sigap dan lambannya petugas pemadam datang ke TKP. Padahal, jarak dari Pos BPBD Cokroaminoto dengan lokasi kebakaran hanya berselang 15 menit.

Dengan kelambanan tersebut menyebabkan tidak ada satupun barang yang bisa diselamatkan dan mengalami kerugian ratusan juta. "Waktu petugas pemadam sampai apinya sudah mengecil dengan bantuan warga, kalau tidak ada bantuan warga mungkin sudah merembet ke merajan dan rumah saya. Saya kecewa sekali dengan pelayanan pemadam kebakaran, dulu juga sama ada kebakaran di wilayah ini juga datangnya lambat, sudah hampir mati apinya, petugasnya baru datang," ungkapnya.

Menanggapi aduan tersebut, AA Ngurah Widiada, mengakui didatangi pemilik kios yang mengadu karena ketidaksigapan petugas pemadam kebakaran. Dia pun menyesalkan petugas pemadam yang kurang sigap. Menurutnya, petugas harusnya bisa berjaga bergantian dengan rekan kerjanya. Namun, kenyataannya warga sempat berkali-kali menelpon namun tidak ada yang mengangkat telpon tersebut. "Itu bagaimana kinerja petugas sampai ditelpon berkali-kali tidak diangkat. Harusnya kan menjaga informasi melalui telpon bisa bergantian istirahatnya. Ini kurang sigap petugasnya," ujarnya, menyesalkan.

Pemerintah, kata dia, harus kembali membenahi sistem petugas dan kembali memperhatikan kualitas SDM, dan bila perlu ada sanksi karena kelalaian. “Ini menyangkut masyarakat sampai barang-barang mereka tidak satupun bisa diselamatkan. Itu baru barang, kalau orang kejebak di dalamnya gimana? Gak boleh petugas seperti itu, apalagi ini berkaitan dengan emergency,” tegasnya. 7 mis

BPBD: Tak Ada Laporan ke Call Center
KEPALA Pelaksanaan BPBD Kota Denpasar, IB Joni Ariwibawa menegaskan, selama ini pihaknya sudah bekerja profesional dan sigap sesuai SOP dalam menangani kejadian kebakaran dan bencana lainnya.

Untuk kasus kebakaran yang terjadi di Peguyangan itu, kata dia, pihaknya sama sekali tidak menerima telpon laporan kebakaran dari warga melalui Call Centre 112 atau 22333. “Kami standby selama 24 jam, karena call centre tersebut masuk langsung ke pesawat Pusdalops BPBD Kota Denpasar yang langsung ditujukan ke Pos Damkar terdekat dengan kejadian,” katanya.

Terkait kasus kebakaran yang menimpa pemilik kios Made Bitra, pihak BPBD mengaku menerima informasi tersebut dari pihak kepolisiam sekitar pukul 02.30 Wita yang langsung direspons dengan mengerahkan 4 unit mobil damkar ke TKP. "Ini mis komunikasi. Kami sama sekali tidak ada menerima telpon yang masuk di Call Centre 112 dan 22333. Kalau ada pasti diinformasikan langsung dan ditindaklanjuti. Kami tidak tahu apakah warga itu menelpon ke Call Centre itu atau nomor yang lainnya," ungkapnya.

Kata dia, jika yang ditelpon nomor BPBD dari Google atau dari Telkom kemungkinan sambungan masuk ke nomor telpon kantor BPBD, bukan Call Centre. “Kecurigaan saya seperti itu, warga menelpon nomor lain. Kalau Call Centre sebelum 15 menit setelah informasi pasti sudah sampai di lokasi, karena aturan kami sampai di TKP paling lambat ya 15 menit. Dan saya tegaskan tidak ada kelalaian atau pembiaran. Kami akan gencarkan kembali sosialisasi nomor Call Ccentre 112 dan 22333 untuk pusat laporan warga," tegas IB Joni. *mis

Komentar