nusabali

Diduga karena Depresi, Keluarga di Kampung Sempat Pesan Bade

Sisi Lain Kematian Ulah Pati Dosen Undiknas, Dr Nyoman Ngurah Suwarnatha

  • www.nusabali.com-diduga-karena-depresi-keluarga-di-kampung-sempat-pesan-bade

Ada cerita menarik di balik kematian ulah pati (bunuh diri) Dosen Undiknas Denpasar, Dr I Nyoman Ngurah Suwarnatha SH LLM, 39.

SINGARAJA, NusaBali

Jenazah urung diaben di kampung halaman di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng. Padahal pihak keluarga besar di Sangsit telah pesan wadah atau bade dan mempersiapkan segala hal menyambut kedatangan jenazah pada, Jumat (8/11) malam. Sedangkan motif Ngurah Suwarnatha memilih jalan ulah pati, diduga karena depresi akibat persoalan keluarga.

NusaBali di Singaraja sempat menyambangi rumah tua dari keluarga ayah Ngurah Suwarnatha, yakni Wayan Gede Wenten Suparlan, di Banjar Peken, Desa Sangsit, Senin (11/8) pagi. Di rumah tua, hanya ditempati sendirian oleh sepupu Suparlan, Ni Nengah Sukrani, 76. Suparlan sendiri sempat memiliki rumah di Sangsit, namun sudah dijual lama.

Tadinya, jenazah Ngurah Suwarnatha hendak dibawa ke rumah tua di Banjar Peken untuk upacara pengabenan. Pihak keluarga di kampung menerima informasi jenazah akan dibawa pulang, Jumat sore, beberapa jam setelah Ngurah Suwarnatha ditemukan mati gantung diri.

Pihak keluarga besar dari Dadia Pasek Gelgel, begitu menerima informasi jenazah akan diupacarai ngaben di Sangsit, langsung mempersiapkan segala hal. Pihak keluarga sudah langsung pesan wadah atau bade di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, dengan uang muka Rp 300.000. Selain itu, pihak keluarga di kampung juga mempersiapkan prasarana lainnya, seperti pasang terob, dan bale penempatan jenazah, guna menyambut kedatangan jenazah.

Namun, hingga Jumat malam, sekitar pukul 21.00 Wita, rencana tersebut dibatalkan. “Kami menerima telepon dari bapaknya Komang (almarhum Ngurah Suwarnatha), minta agar ada persiapan karena jenazah akan langsung dibawa pulang ke Sangsit. Kami sudah pasang tenda, es (es batu sebagai pembekuan jenazah, Red) sudah kami siapkan. Wadah sudah juga kami pesan, tetapi sampai malam ditunggu tidak datang, dan ternyata cukup upacaranya di Denpasar saja,” terang Nengah Subudi, salah satu keponakan dari Wenten Suparlan, yang ditemui di rumahnya, tidak jauh dari rumah tua Suparlan.

Dikatakan, Suparlan dan anaknya Ngurah Suwarnatha sudah cukup lama tinggal di Denpasar. Mereka baru pulang ketika ada upacara keagamaan. Ketika pulang, mereka langsung menuju rumah tua di Banjar Peken. Begitu usai upacara, mereka langsung balik lagi ke Denpasar. “Terakhir pulang, Hari Raya Galungan yang baru lewat ini. Memang jarang pulang, ketika ada upacara baru pulang,” ujar Subudi. Ditanya masalah motif di balik kematian ulah pati sepupunya, yakni Ngurah Suwarnatha, Subudi mengaku tidak tahu persis.

Dia sendiri mengaku belum sempat ketemu dengan pamannya Suparlan dan anak-anaknya. “Jangan tanya masalah itu, saya tidak tahu penyebabnya. Sampai sekarang belum ketemu dengan bapaknya Komang. Mereka kan masih di Denpasar, saya belum sempat ke Denpasar,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketut Sukaya, salah satu dari keponakan Suparlan. Meski sempat mengikuti prosesi pengabenan di Krematorium Santha Yana Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara pada Radite Wage Wayang, Minggu (10/11) siang, namun Sukaya juga tidak tahu persis penyebab kematian ulah pati dari Ngurah Suwarnatha.

“Saya memang sempat datang ke Denpasar, ikut prosesi kremasi. Tetapi saya tidak tahu persis penyebabnya. Mungkin hanya Komang (Ngurah Suwarnatha,Red) yang mengetahuinya,” kata Sukaya yang juga Kelian Dadia dari keluarga besar Suparlan.

Disinggung upacara selanjutnya, yakni Ngelinggihang, Ketut Sukaya mengaku sudah berpesan pada Suparlan, agar prosesi itu dilaksanakan sebelum Piodalan di Dadia yang jatuh pada Purnama Kedasa yang akan datang ini. “Nanti upacara selanjutnya di kampung, saya sudah sampaikan upacara sebelum piodalan Purnama Kedasa nanti,” terang Sukaya yang ditemui di kediamannya di Banjar Sema, Sangsit.

Sementara informasi yang dihimpun, kematian ulah pati Ngurah Suwarnatha diduga dilatarbelakangi masalah keluarga. Ngurah Suwarnatha informasinya memiliki dua istri. Istri pertama asal Jawa, namun sudah cerai dan memiliki satu anak laki yang selama ini diasuh oleh kakeknya, yakni Suparlan. Sedangkan dengan istri keduanya asal Tabanan, memiliki anak satu.

Konon, Ngurah Suwarnatha juga sudah pisah ranjang dengan istri keduanya. Selama ini istri keduanya menetap di Tabanan bersama anak semata wayangnya. Selain itu, Ngurah Suwarnatha juga dikabarkan sedang tidak cocok dengan ayahnya Suparlan.

Sebelum memilih ulah pati, Ngurah Suwarnatha sempat meminta agar istri keduanya balik tinggal bersama. Namun, permintaan itu tidak terwujud, sampai akhirnya Ngurah Suwarnatha ditemukan meninggal gantung diri dengan kondisi sudah membusuk. Karena kondisi membusuk itulah, pihak keluarga urung membawa jenazahnya pulang ke kampung di Desa Sangsit.

Nyoman Ngurah Suwarnatha sendiri sebelumnya ditemukan tewas gantung diri di rumahnya, Jumat sore pukul 15.30 Wita. Dua hari sebelumnya ditemukan tewas ulahpati, almarhum diketahui sempat video call dengan sang istri Maharatu Giri Pratiwi, Rabu (6/11) malam pukul 20.00 Wita.

Dalam video call dengan sang istri malam itu, dosen Undiknas yang baru dua bulan meraih gelar Doktor Ilmu Hukum ini mengatakan akan nekat gantung diri. Namun, tidak disebutkan kenapa berbuat nekat. Setelah video call dengan suaminya yang ancam akan gantung diri malam itu, Maharatu kemudian meminta bantuan kepada paman almarhum, I Nyoman Tilem Darmawan, 48, untuk menjenguk ke rumahnya di Perum Prima Graha D13 Lingkungan Mu-ding Kaja, Kelurahan Kerobokan Kaja, Kecamatan Kuta Utara. Namun, per-mintaan itu tak ditanggapi serius oleh sang paman.

Maharatu curiga terjadis sesuatu, karena selama dua hari sejak video call malam itu, suaminya tak pernah angkat telepon. Maharatu yang sehari-harinya tinggal terpisah di Kota Tabanan, pun datang ke tempat tinggal suaminya di Kelurahan Kerobokan Kaja, Kecamatan Kuta Utara, Jumat sore. Maharatu pun terkejut menemukan suaminya tewas menggantung dengan leher terjerat tali rafia yang dikaitkan ke kusen kamar mandi. *k19

Komentar