nusabali

'Terjebak di Dunia Maya' Tutup Festival Bali Jani

  • www.nusabali.com-terjebak-di-dunia-maya-tutup-festival-bali-jani

Garapan musikal multiseni bertajuk ‘Terjebak di Dunia Maya’ akan mengiringi penutupan gelaran Festival Seni Bali Jani 2019 di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Denpasar pada Jumat (8/11) malam ini.

DENPASAR, NusaBali

"Garapan ini akan mengangkat topik teknologi informasi, dengan penggunaan gadget yang sangat diminati di kalangan masyarakat. Selain itu, keasyikan menggunakan gadget karena bisa terhubung dengan dunia maya secara leluasa, sehingga tidak jarang ada yang untuk beberapa lama tidak lagi berkomunikasi dengan dunia nyata," kata Iwan Darmawan, sutradara garapan tersebut, di Denpasar, Kamis (7/11).

Garapan berjudul ‘Terjebak di Dunia Maya’ produksi Komunitas Kreatif Bali (KaKaBe) itu juga didukung pembacaan puisi oleh seniman Ni Putu Putri Suastini Koster.

Konsep pemanggungan ini juga didukung oleh Sanggar Natah Rare, Banjar Tegeh Sari Denpasar melibatkan 80 penari dan pemain drama dalam sebuah garapan tari kontemporer. Untuk komposer ada Onny Toele dan Ariesta Candra Carolus dari Perhimpunan Musisi Bali (10 musisi) dan GDV Production dan Dalang Pertunjukan Dewa Jayendra dan Produser Putu Indrawan.

Terkait dengan garapan yang diangkat, menurut dia, karena penggunaan gadget yang tak bisa dibendung, bahkan dalam satu keluarga bisa hadir bersama-sama dalam satu ruangan, namun tidak saling berkomunikasi karena terlalu asyik berkomunikasi dengan pengguna gadget lainnya di tempat lain.

Kakabe memformulakan pertunjukan ini sebagai musikal multiseni. Dimulai dari membuat naskah dasar dengan tema masyarakat kini yang terjebak di dunia maya. Naskah berdurasi 60 menit ini terbagi menjadi 3 babak, dan setiap babak (20 menit) dibagi setiap 5 menit, sehingga ada 4 sub-babak.

Sedangkan Komposer musik Onny Toele dan Othon Ariesta Candra Carolus lalu menerjemahkan ke dalam 12 garapan musik. Dari musik dan naskah dasar, empat koreografer yang terdiri dari Arik, Dian, Krisna dan Dibya menerjemahkan menjadi 12 tarian kontemporer yang memiliki alur dinamis.

Begitu pula, para penari ini juga diminta untuk melakukan dialog drama dengan panduan Dalang bernama Jayendra.

Pada musik ke 12 masuk pembacaan puisi oleh Putri Suastini Koster, yang masih relevan dengan tema yaitu kondisi yang bisa terpecah belahnya sebuah bangsa oleh hoaks yaitu puisi berjudul 17 Agustus ciptaan Yudistira ANM Massardi.

Dalam produksi ini, terlibat juga Klian Adat Banjar Tegeh Sari Himawan dan Penyarikan Putu Adi Tama. Pemeran perempuan warga Tegeh Sari dan Dokter Diah, serta pentolan Harley Angles, Yaitu Basis Putu Indrawan dan drummer Kabe Gariyasa. Pertunjukan ini juga didukung musisi trompet, saxophone, biola dan cello.*ant

Komentar