nusabali

Pembawa Baki Paskibraka Buleleng Meninggal Misterius

  • www.nusabali.com-pembawa-baki-paskibraka-buleleng-meninggal-misterius

Saat dilakukan rontgent ulang, paru-parunya sudah keropos. Bahkan penyakit misterius itu juga disebut sudah menggerogoti jantung dan lambung Tiara.

SINGARAJA, NusaBali

Desak Putu Tiara,17, salah seorang purna Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Merah Putih Kabupaten Buleleng 2019, yang bertugas membawa baki bendera merah putih, meninggal dengan penyakit misterius, Rabu (6/11/2019) pukul 17.00 WITA. Dara beralamar di Banjar Dinas Satria, Kelurahan Penarukan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng itu sebelumnya hanya mengeluh demam dan sakit kepala, sebelum akhirnya koma selama enam hari dan mengembuskan nafas terakhir.

Kepergian Tiara, begitu dia akrab dipanggil, membuat keluarga dan warga SMAN 3 Singaraja tak percaya. Sebab putri tunggal pasangan I Dewa Gede Sugiarta - Jro Nyoman Triveni ini, sebelumnya tak pernah mengeluh atau pun terserang penyakit keras. Bahkan gadis berkulit bersih ini kelahiran Sumbawa, 18 September 2002 ini, dikenal sangat ramah dan aktif dalam kegiatan olahraga.

Perjalanan menjemput ajal Tiara bermula pada Senin (28/10/2019). Dia meminta izin pulang lebih awal dari sekolah karena sedang tidak enak badan dan sakit kepala.  Tiara pun kemudian dijemput oleh pamannya di sekolah dan diantarkan pulang ke rumahnya di Penarukan.

Sejak SMP, Desak Putu Tiara memang tinggal terpisah dengan ayah dan ibunya yang bertugas di Sumbawa. Gadis penghobi basket ini sejak SMP tinggal bersama neneknya, Desak Nyoman Sarini, karena ngotot ingin sekolah di Bali. Sejak mengeluh demam dan sakit kepala, diceritakan kakeknya, Dewa Made Sadnyana, Tiara sempat diajak periksa ke dokter. Namun setelah minum obat dari dokter, demamnya tak kunjung sembuh hingga pada Jumat (1/11/2019) lalu dia dibawa keluarganya ke RSUD Buleleng. “Awalnya dikira demam biasa, tetapi karena lama demam diajaklah ke RSUD Buleleng, awalnya mau tes darah siapa tahu kena DB,” ujar Dewa Sadnyana yang juga personel Satpolair Polres Buleleng.

Namun saat tiba di IGD RSUD Buleleng karena ruang perawatan penuh, Tiara akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Kerta Usada. Saat dirujuk menggunakan mobil ambulans  rumah sakit, Tiara pun masih sempat bercanda dan ceria. “Di dalam mobil ambulans, dia (Tiara, Red) tidak tidur, tapi duduk. Sempat bercanda juga bilang kalau dokter di rumah sakit itu ganteng-ganteng,” tutur Sadnyana mengenang.

Sesampainya di rumah sakit, tim medis saat memeriksa keadaannya memutuskan untuk langsung mengopname Tiara. Dia yang saat itu mengalami agak sesak dalam pernafasan kemudian dipasangi oksigen dan infus. Tiara yang saat itu merasa dirinya masih sehat sempat memberontak saat dipasangi alat bantu pernafasan dan infus, hingga tim medis memberikan obat penenang.

Tak berselang lama setelah ditangani pihak rumah sakit, Tiara mengalami hal tak terduga. Kondisi badannya terus menurun, hingga pihak rumah sakit memasukkannya ke ruang ICU. “Sore itu langsung koma dan kondisinya terus menurun,” imbuh Sadnyana.  

Tiara yang enam hari mengalami masa kritis, disebut sempat tak sadar. Meski beberapa kali mata, lidah dan jarinya bergerak saat diajak berkomunikasi oleh keluarganya. Pada Kamis (6/11/2019) pagi, dia pun disebut sudah meninggal oleh tim dokter. Namun saat dilakukan pendeteksian jantung, alat pendeteksi dekat jantung kembali bergerak naik turun. Namun nasib berkata lain. Pukul 17.00 WITA, Desak Tiara disebut telah tutup usia oleh tim medis.

Selama menjalani masa kritis enam hari di ruang ICU, seluruh pemeriksaan dan hasil tes laboratorium yang dilakukan pihak rumah sakit hasilnya negatif. Mulai dari dugaan Demam Berdarah (DB), penyakit menular, hingga tes HIV/AIDS. Tim dokter yang menangani Tiara pun masih kebingungan menganalisis penyakit yang menggerogoti tubuh gadis ini. Bahkan hal aneh dan misterius terjadi saat Tiara mengalami masa kritis, dari dalam paru-parunya keluar cairan hijau pekat.

Dokter yang awalnya memprediksi Tiara mengidap paru-paru basah pun terbantahkan.  Saat dilakukan rontgent ulang paru-parunya sudah keropos. Bahkan penyakit misterius itu juga disebut sudah menggerogoti jantung dan lambung Tiara. “Sempat diambil sampel cairan dari tubuh Tiara dan dokter rumah sakit mengriim sampel itu ke Unud untuk diteliti. Karena disebutkan, kasus ini sangat langka dan kami keluarga sudah diberi pengertian sejak awal,” katanya.

Kepergian Tiara yang secara tiba-tiba itu pun membuat kedua orangtuanya merasa sangat kehilangan. Ayahnya, I Dewa Gede Sugiarta yang bertugas di Polres Sumbawa, sepekan lalu sempat pulang ke Buleleng menjenguk putri kesayangannya. Dewa Sugiarta pun sudah berada di Bali sejak Jumat (25/10/2019) dan balik pada Senin (28/10/2019) malam ke Sumbawa tepat pada hari Tiara mengeluh demam dan pusing di hari pertama. “Pas dia pulang awal dari sekolah saya masih di sini, malamnya baru balik, karena saya kira demam biasa. Anaknya memang tidak pernah mengeluh dan periang sekali,” ucap Sugiarta.

Selama empat hari di rumah terakhir kali bersama putri semata wayangnya, banyak kenangan manis yang seperti dibuat oleh Tiara. Dewa Sugiarta pun mengaku sempat diajak selfi dengan anaknya sebanyak tiga kali. Bahkan mereka sempat ngayah bersama bersih-bersih di Pura Kahyangan Desa, Minggu (26/10/2019). Setelah dirinya sampai di Sumbawa pun Tiara biasa menghubunginya melalui pesan WA maupun telepon. “Semuanya biasa-biasa saja, setiap hari mengabari Tiara juga tidak ada mengeluh skait yang berlebihan, saat itu saya hanya berpesan ingat makan dan istirahat yang cukup,” jelasnya.

Selama tinggal berjauhan dengan orangtua, Tiara memang dikenal sebagai anak yang kuat dan tidak pernah mengeluh. Dia rajin melaporkan aktivitas sekolah yang diikutinya, hingga lomba-lomba olahraga seperti menjadi tim inti Basket SMAN 3 Singaraja, tim Futsal wanita hingga Paskibraka. Keluarga pun bangga karena Tiara terpilih menjadi pembawa baki saat penurunan Bendera Merah Putih di Lapangan Ngurah Rai, Buleleng. “Kalau di kelas dia ringking dua, sempat jadi tim inti Basket juga juara tiga di Provinsi Bali, memang suka olahraga dia. Cita-citanya mau jadi polwan,” ucap Dewa Sugiarta dengan mimik tabah.

Kemisteriusan penyakit yang dialami Tiara pun membuat tanda tanya besar. Pihak keluarga yang juga sudah menempuh jaur niskala menyebut penyakit sadis yang diderita Tiara juga sempat ditanyakan ke orang pintar. “Ya kalau di niskala dibilang kena barang (santet, Red) dari luar Bali, Tapi kan itu susah dibuktikan,” imbuh dia. Jenazah Tiara rencananya akan diupacarai Makingsan ring Gni di Setra Desa Pakraman Penarukan, Buda Pahing Wayang, Rabu (13/11/2019).

Sementara itu, ucapan bela sungkawa pun terus mengalir dan mendoakan kepergian Desak Tiara. Bahkan pada Kamis (7/11), rombongan perwakilan sekolah Tiara memberikan dukungan moril kepada keluarga. Rombongan dipimpin Wakasek Kesiswaan Putu Merta Tanaya, mengaku seluruh warga sekolah sangat terpukul kehilangan Desak Tiara yang alumnus SMP Lab Undiksha itu. Seluruh warga sekolah pun dibuat shock dengan kepergiannya dalam rentang waktu yang sangat singkat.

“Tiara sepengetahuan kami di sekolah anaknya tergolong anak yang baik tidak pernah punya masalah dan aktif di kegiatan sekolah. Pernah jadi bendahara OSIS juga tahun 2017-2018. Anaknya supel dan murah senyum, kami sangat kaget saat mendengar berita duka ini, karena tidak percaya dengan kondisi Tiara sebelumnya,” ungkap Wakasek Merta Tanaya. Rombongan sekolah terdiri dari para guru dan perwakilan OSIS sempat memanjatkan doa di samping jasad Tiara. Selamat jalan Tiara *k23

Komentar