nusabali

Putu Agus Restu Astika Ciptakan Aplikasi Solusi Ketahanan Pangan

Siswa SMPN 9 Denpasar Wakili Indonesia ke Kompetisi WeCode International di China

  • www.nusabali.com-putu-agus-restu-astika-ciptakan-aplikasi-solusi-ketahanan-pangan

Aplikasi SITANGAN karya Putu Agus Restu Astika Putra keluar sebagai jawara kompetisi WeCode tingkat nasional, karena memiliki keunggulan: presentasinya jelas, memiliki terjemahan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dan menyertakan feedback atau masukan

DENPASAR, NusaBali

Siswa Kelas IX SMP Negeri 9 Denpasar, I Putu Agus Restu Astika Putra, 14, berhasil menjuarai sebuah kompetisi coding atau cara membuat aplikasi melalui telepon pintar bertajuk WeCode, di Jakarta, 19 Oktober 2019 lalu. Pelajar berusia 14 tahun ini berjaya berkat aplikasi buatannya menggunakan android, bernama ‘SITANGAN’ (Solusi Ketahanan Pangan).

Atas prestasinya menjuarai WeCode di Jakarta, Putu Agus Restu Astika Putra berhak mewakili Indonesia dalam lomba WeCode International di China, 24 November 2019 depan. Agus Restu Astika pun menjadi siswa pertama yang mengharumkan nama SMPN 9 Denpasar ke tingkat internasional.

Ditemui NusaBali di sekolahnya SMPN 9 Denpasar, Kamis (7/11), Agus Restu Astika menceritakan aplikasi ‘SITANGAN’ yang dibuatnya, mengacu pada tema kompetisi WeCode 2019, yakni ‘Mencari Solusi Ketahanan Pangan’. Dalam lomba ini, peserta diberikan masalah pangan, di mana pada 2050 mendatang diperkirakan akan terjadi kekurangan jumlah makanan dibandingkan dengan jumlah populasi manusia.

“Dalam lomba WeCode ini, diberikan tema mengenai masalah pangan, karena diperkirakan tahun 2050 mendatang populasi manusia semakin banyak, sedangkan lahan pertanian dan produksi pangan cuma segitu-segitu saja. Jadinya, akan terjadi ketimpangan. Nah, saya coba buat aplikasi yang memberikan semacam solusi untuk mengatasai masalah pangan itu,” jelas Agus Restu, yang kemarin didampingi langsung Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 9 Denpasar Drs I Made Arawan MM dan guru pembinanya, I Ketut Nugraha Swadharma SE MM.

Dalam aplikasi android SITANGAN, ada tiga menu utama. Pertama, solusi cara pemanfaatan lahan yang terdiri dari materi sengkedan, tumpang sari, dan tebang pilih. Kedua, memulihkan ekosistem yang terdiri dari materi daur ulang, reboisasi, dan penggunaan pupu organik. Ketiga, menu utama tentang indeks massa tubuh ideal (BMI Calculator) berupa perhitungan berat badan dan tinggi ideal dalam mencari tubuh ideal.

“Jadi, setiap materi itu ada penjelasannya. Misal, kita klik menu cara pemanfaatan lahan, maka akan muncul tiga materi, yakni sengkedan, tumpang sari, dan tebang pilih. Kita klik lagi salah satu, misalnya sengkedan, akan muncul penjelasan dan cara-cara sengkedan. Selain penjelasan, saya juga masukkan link youtube yang sesuai dengan materi,” ujar remaja kelahiran Denpasar, 5 Maret 2005 ini.

Hingga saat ini, aplikasi SITANGAN sudah buatan Agus Restu dilengkapi dengan dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Menurut remaja asal Banjar Sindhu Kelod, Desa Adat Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan ini, membuat aplikasi ternyata susah-susah gampang, terutama saat menggagas ide.

“Ide yang dimaksud mulai dari materinya, desain aplikasi, pemilihan gambar dan warna, hingga menyocokkan hasil translate. Sering error, saya perbaiki terus. Bikin translate-nya juga lama, hampir 2 bulan saya mengerjakan ini. Di aplikasi ini juga saya isi feedback, biar orang bisa memberikan saran dan komentar,” cerita anak sulung dari dua bersaudara pasangan I Wayan Samping Budi Astika dan Ida Ayu Sriyuni Mariatni ini.

Aplikasi SITANGAN tersebut kemudian dilombakan dalam kompetisi WeCode 2019 di Jakarta. Karya Agus Restu ini bersaing dengan ratusan peserta dari berbagai kawasan se-Indonesia. Agus Restu dinyatakan lolos ke babak final bersama 4 rivalnya dari daerah lain.

Pada akhirnya, aplikasi SITANGAN karya Agus Restu keluar sebagai jawara, karena dinilai memiliki keunggulan: presentasinya jelas, memiliki terjemahan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, serta menyertakan feedback atau masukan. Konon, hanya aplikasi milik Agus Restu yang lengkap memiliki menu translate.

“Karena beberapa keunggulan ini, aplikasi milik saya berhasil memenangkan kompetisi WeCode kategori Expert SMP. Saya senang sekaligus merasa tertantang untuk menyempurnakan aplikasi ini sebelum dibawa ke kompetisi tingkat internasional di China, 24 November mendatang,” papar alumnus Home Schooling Primagama (tingkat SD) ini.

Sementara itu, Kasek SMPN 9 Denpasar, Made Ariawan, mengatakan Agus Restu menjadi siswa pertama dari sekolahnya yang tembus kompetisi tingkat internasional. Sebagai kepala sekolah, Made Ariawan memberikan dukungan moril secara penuh kepada Agus Restu. Sedangkan untuk pembiayaan, pihaknya akan berupaya mencarikan solusi, mengingat sekolah negeri memiliki sejumlah regulasi yang ketat dalam mengeluarkan pendanaan.

“Mungkin dukungan secara finansial tidak bisa maksimal, kita akan kerjasama dengan Komite Sekolah. Tapi, secara moral, kami sangat mendukung anak-anak kami berkembang. Di samping membawa namanya sendiri, anak ini (Agus Restu, Red) juga membawa nama sekolah, Kota Denpasar, Provinsi Bali, dan Indonesia juga. Mudah-mudahan orangtua juga ikut mendukung potensi anak ini. Sebab, ini semua juga tidak lepas dari peran serta orangtua,” ujar Ariawan.

Menurut Ariawan, dalam bidang IT, SMPN 9 Denpasar memang lumayan banyak menyabet piala dan penghargaan, baik tingkat regional maupun nasional. Ekstrakurikuler Spensya IT Community (SIC) saat ini tercatat menjadi ekstrakurikuler favorit kedua, setelah ektrakurikuler pramuka di SMPN 9 Denpasar. Selain itu, kata Ariawan, sekolahnya juga telah dilengkapi dengan sarana laboratorium dan komputer.

“Kalau dilihat, yang lumayan banyak menyumbang piala ya siswa yang ikut lomba bidang IT. Karena itu, kami memberikan dukungan moral secara penuh. Dan baru kali ini ada siswa kami yang tembus kompetisi dunia. Kami sangat bangga,” tandas Ariawan. *ind

Komentar