nusabali

Krama Desa Adat Pelilit Gelar Karya Ngenteg Linggih

  • www.nusabali.com-krama-desa-adat-pelilit-gelar-karya-ngenteg-linggih

Krama Desa Adat Pelilit, Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, menggelar Karya Pamungkah, Pemlaspas, Mendem Pedagingan, Ngenteg Linggih, Makebat Daun di Pura Desa, setempat.

SEMARAPURA, NusaBali

Puncak karya, Buda Kliwon Ugu, Rabu (6/11), dipuput Ida Rsi Agung Dwijaksara.  Ritual tersebut diiringi pentas Tari Baris Jangkang yang merupakan tarian sakral di desa setempat. Bendesa Adat Pelilit I Wayan Satu Antara menjelaskan, dudonan (tahapan) karya dimulai, Sukra Paing Matal, Jumat (4/10) Mapiuning dan Nanceb Taring. Kemudian, Sukra Wage  Uye, Jumat (11/10), Nunas Tirta Pemuket. Redite Umanis Menail, Minggu (13/10), Mlaspas Taring, Ngelinggihang Manik Galih/Bhatari Sri. Redite Kliwon Bala, Minggu (27/10), Mapepada Guru. Soma Umanis Bala, Senin (28/10), Mecaru, Mlaspas lan Mendem Pedagingan.

Anggara Paing Bala, Selasa (29/10), Mendak Betara Tirta Sad Kahyangan. Radite Paing Ugu, Minggu (3/11), Melasti. Untuk puncak Karya Ngenteg Linggih dilaksanakan Buda Kliwon Ugu. Saniscara Wage Ugu, Sabtu (9/11), Makebat Daun, Nangun Ayum Nyenuk, Nguwek Bagia Pule Kerti lan Nyineb. “Dengan terlaksananya karya ini, semoga rasa kebersamaan semakin solid,” ujarnya. Dia menyebutkan,  sebelumnya Karya Ngenteg Linggih di Pura Desa Adat Pelilit, dlaksanakan 12 tahun silam.

Serangkaian karya, sembilan penari ngayah manri Tari Baris Jangkang dari desa setempat. Kata ‘Jangkang’ berasal dari bahasa desa setempat, yaitu jungkang-jungking yang berarti jatuh bangunnya padang ilalang, akibat getaran suara kempul saat perang tersebut.

Dikisahkan, sejarah Tari Baris Jangkang di Desa Pelilit, Nusa Penida, bermula dari seorang anak bernama I Jero Kulit yang lahir di tanah tandus, Desa Pakraman Pelilit. Dengan segala ketulusan, I Jero Kulit memutuskan untuk mengabdi “ngayah” sebagai pemelihara babi milik Raja Agung di Klungkung.

Kesehariannya diisi dengan mengurus babi. Suatu ketika Jero Kulit merasa kaget karena baru menyadari bahwa tempat makanan ternak babi tersebut berupa alat gamelan kempul. Karena merasa kasihan Jero Kulit meminta kempul tersebut untuk dibawa pulang kampung halamannya. Singkat cerita setelah Jero Kulit pulang membawa kempul, dan dijadikan senjata untuk berpetang. Saat kempul dibunyikan menggelagar hingga membuat padang ilalang bergetar dan membuat musuh lari ketakutan. Entah berapa abad lamanya, kisah keagungan kempul dan Jero Kulit itu dimanifestasikan dalam bentuk Tari Jangkang. *wan

Komentar