nusabali

Sumpah Rama Parasu, Kolaborasi Dua Teater Badung-Klungkung

  • www.nusabali.com-sumpah-rama-parasu-kolaborasi-dua-teater-badung-klungkung

Putri Suastini Koster turut tampil di atas panggung membacakan puisi pembuka drama klasik ini.

DENPASAR, NusaBali.com
Ada yang berbeda di pertunjukan teater Festival Bali Jani pada Senin (4/11/2019). Teater yang menampilkan kisah klasik ‘Rama Parasu’ di Gedung Ksirarnawa, Art Center Denpasar  ini merupakan hasil garapan dua sanggar teater, yaitu Sanggar Teater Mini Badung berkolaborasi dengan Sanggar Kayonan Klungkung. 

Teater dengan judul ‘Sumpah Rama Parasu’ ini mengisahkan tokoh Rama Parasu, seorang tokoh yang mana dalam mitologi agama Hindu merupakan penjelmaan Dewa Wisnu sebagai Awatara yang keenam, yang dalam teater ini bercerita mengenai misinya untuk membunuh para kaum ksatria sebagai wujud pembalasan dendamnya kepada ksatria yang membunuh ayahnya. Namun, teater ini lebih menonjolkan sisi pergulatan batin seorang Rama Parasu yang diceritakan harus membunuh ibunya. 

“Jadi beliau diambil sebagai tokoh yang harus mengabdi pada orang tua. Itu kisah bagaimana seorang ksatria mau mengabdikan dirinya kepada orang tua tapi harus membunuh ibunya. Itu bagaimana kita membuat kebimbangan perasaan di situ, kita ingin tampilkan seorang Rama Parasu yang bimbang, memutuskan apakah membunuh ibunya atau tidak,” ujar Ida Bagus Purwasila, pimpinan Sanggar Teater Mini Badung.

Cerita ini turut pula menghadirkan tokoh Sri Rama dalam kisah epik Ramayana mendekati penghujung cerita. Dalam kisah mitologi, Sri Rama sendiri merupakan inkarnasi Awatara ketujuh dari Dewa Wisnu, yang berarti Sri Rama dan Rama Parasu ini memiliki benang merah sebagai sesama awatara. Namun dalam kisah ini, diceritakan bahwa Rama Parasu akhirnya tewas akibat sumpahnya sendiri, yaitu hanya akan mati jika dibunuh oleh Dewa Wisnu. 


Maka, dalam kisah ini Sri Rama, yang juga merupakan titisan Dewa Wisnu, berhasil memenuhi tantangan Rama Parasu untuk mengangkat busur milik Rama Parasu, yang aslinya dianugerahi oleh Dewa Wisnu dan melepaskan anak panah dari busur tersebut dan mengenai Rama Parasu hingga tewas. 

“Ini cerita yang terkait dengan cerita Ramayana, buktinya kan tadi muncul, Rama dan Dasharatha. Setting-nya itu lebih dahulu daripada Ramayana. Jadi Rama Parasu ini adalah orang yang usianya sudah berabad-abad,” lanjut Ida Bagus Purwasila.

Dalam pertunjukan teater ini, tampil pula Putri Suastini Koster yang membacakan puisi pembuka drama klasik ini. Ternyata, istri Gubernur Bali I Wayan Koster yang menggemari seni ini awalnya merupakan anggota dari Teater Mini Badung yang dulunya bernama Teater Kukuruyuk. “Namun karena kesibukan beliau sehingga tidak bisa diajak bermain teater, akhirnya beliau bisa kami minta untuk mengisi pembukaan di awal dengan pembacaan puisi. Beliau kan, luar biasa pembacaan puisinya,” kesan pimpinan sanggar Teater Mini Badung ini.*yl

Komentar