nusabali

Bank Indonesia Beri Pendampingan Tiga Desa Wisata di Bali

Ikut Bantu Pertumbuhan Pariwisata, Khususnya Peningkatan Kunjungan Wisatawan ke Bali

  • www.nusabali.com-bank-indonesia-beri-pendampingan-tiga-desa-wisata-di-bali

Desa wisata di Bali yang sudah menjadi binaan BI adalah Desa Pinge (Kecamatan Marga, Tabanan), Desa Paksebali (Kecamatan Dawan, Klungkung), dan Desa Tampaksiring (Kecamatan Tampaksiring, Gianyar)

DENPASAR, NusaBali

Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Bali membina tiga desa wisata, sebagai upaya mendorong ekspor, termasuk jasa pariwisata. Dengan program ini, BI berharap bisa ikut membantu pertumbuhan pariwisata Bali, khususnya peningkatan kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata.

Tiga (3) desa wisata di Bali yang sudah menjadi binaan BI, masing-masing Desa Pinge (Kecamatan Marga, Tabanan), Desa Paksebali (Kecamatan Dawan, Klungkung), dan Desa Tampaksiring (Kecamatan Tampaksirin, Gianyar). Desa Wisata Pinge dan Desa Wisata Paksebali sudah lebih dulu mendapat pembinaan dari BI. Kini, BI fokus terhadap pembinaan Desa Wisata Tampaksiring.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan BI Bali, Trisno Nugroho, pembinaan Desa Wisata Tampaksiring berawal dari klaster padi di Subak Pulagan, Desa Tampaksiring yang dibina BI sejak Juli 2015. Pembinaan oleh BI dalam bentuk bantuan teknis, program, dan pelatihan lainnya seperti peralatan dengan memanfaatkan pupuk organik.

Subak Pulagan merupakan bagian dari DAS (Daerah Aliran Sungai) Tukad Pakerisan, yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Selain budidaya pertanian dengan pupuk organik, di Subak Pulagan ini juga masih bertahan jenis padi lama yang disebut varietas Palasari.

Selain itu, di Subak Pulagan juga mulai dibudidayakan jenis-jenis padi khusus yang bermanfaat untuk kepentingan upacara. Antara lain, padi selem, padi barak, dan padi brumbun. Pasca mendapat pembinaan dari BI, produksi padi di Subak Pulagan meningkat secara signifikan.

Setelah menunjukkan perkembangan yang positif di Subak Pulagan, tahun 2019 ini pembinaan oleh BI berlanjut pada pengembangan Desa Wisata Tampaksiring. Hal itu tidak terlepas dari banyaknya potensi wisata yang ada di Desa Tampaksiring, namun potensi-potensi tersebut belum mampu memberi dampak seperti peningkatan pendapatan masyarakatnya.

Atas dasar itulah, setelah melalui sejumlah proses, termasuk digelar fokus group discussion (FGD) yang melibatkan berbagai stakeholder terkait termasuk Pemkab Gianyar, DPRD Gianyar, Desa Adat Tanpaksiring, dan dinas-dinas terkait, maka disepakati Desa Wisata Tampaksiring menjadi binaan BI.

“Hal itu sesuai dengan Program Strategis BI yang salah satunya pengembangan desa wisata,” ungkap Trisno Nugroho kepada NusaBali, Jumat (1/11) lalu. Trisno Nugroho menyatakan, pembinaan terhadap desa wisata merupakan kebijakan BI, untuk mendorong pertumbuhan wisata sebagai salah satu sumber PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).

“Selain bertugas menjaga nilai rupiah dan mengendalikan inflasi, BI juga bertugas mendorong ekspor,” ujar Trisno. Dengan pembinaan desa wisata, kata Trisno, BI berharap bisa ikut membantu pertumbuhan pariwisata Bali, khususnya peningkatan kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata.

Trisno menegaskan, BI berharap dengan pendampingan tersebut, bisa tercipta 3A: Akses (terbentuknya akses ke desa wisata itu sendiri), Aminitas (unsur-unsur manufaktur desa itu untuk mendukung pariwisata seperti home stay, akomodasi, kerajinan), dan Atraksi (meningkatkan kualitas atraksi yang ada di desa wisata bersangkutan. “3A itulah indikator keberhasilan dari pembinaan desa wisata yang dilakukan BI,” tandas Trisno.

Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Tampaksiring, I Made Widana, menyatakan berterima kasih terhadap pendampingan dan pembinaan desa wisata yang dilakukan BI. “Kami seperti disadarkan bahwa Desa Tampaksiring memiliki potensi untuk dibangkitkan,” ujar Made Widana kepada NusaBali secara terpisah.

Menurut Widana, Desa Tampaksiring memiliki potensi sebagai desa wisata. Selain Subak Pulagan yang masuk DAS Pakerisan sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia, juga ada sejumlah potensi yang tak kalah menarik, seperti situs bersejarah Pura Gunung Kawi, Pura Mangening, dan Pura Campuhan.

“Di wilayah kami juga ada dua sungai yang melegenda, yakni Tukad Pakerisan di sisi timur dan Tukad Petanu di sisi barat,” terang Widana sembari menyebutkan, ada rencana pengembangan bagian tengah Desa Tanmpaksiring, yakni Ancak Saji Puri Tampaksiring.

Dari dari sisi kerajinan, Desa Tampaksiring selama ini juga dikenal sebagai sentra kerajinan ukiran tulang dan batok kelapa. “Harapan kami ke depan, bisa memiliki PAD Desa dari pendapatan potensi pariwisata,” kata Widana. *k17

Komentar