nusabali

Rusuh Sesama Warga Sumba, 1 Luka Tebas

Insiden berdarah di Pedungan, Diawali Pesta Minuman Keras

  • www.nusabali.com-rusuh-sesama-warga-sumba-1-luka-tebas

Pasca rusuh, pemilik rumah langsung ‘usir’ penghuni 13 kamar kosnya yang selama ini kerap bikin onar

DENPASAR, NusaBali
Dua kelompok warga pendatang asal Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) terlibat kerusuhan di rumah kos Jalan Pulau Singkep Gang Keong Nomor 4 Denpasar, kawasan Banjar Kepisah, Desa Pedungan, Kecatan Denpasar Selatan, Sabtu (2/11) malam. Dalam kerusuhan ini, satu harus dilatikan ke RS karena ditebas dengan senjata parang, yakni Umbu Maramba, 21, asal Sumba Timur.

Peristiwa berdarah antar sesama pendatang dari Sumba itu terjadi di kos-kosan milik keluarga Agung, Sabtu malam pukul 19.00 Wita. Kos-kosan ini berisi 13 kamar, berjejer arah utara selatan. Sebanyak 8 kamar berada di sisi timur, sementara dan 5 kamar lagi di barat. Kerusuhan meledak di kamar nomor 7 (posisi kedua dari selatan) pada deretan sisi timur.

Informasi dari sumber kepolisian, awalnya keributan terjadi antara korban Umbu Maramba dan pelaku Yohanes Ronalbili, 25, juga asal Sumba Timur. Keduanya merupakan tamu di kos-kosan tersebut.  Setelah korban Umbu Maramba ditebas Yohanes Ronalbili, kerusuhan meluas. Warga pendatang asal Sumba terbelah dua, masing-masing ke kelompok korban dan kelompok pelaku. Warga pendatang asal Sumba yang terlibat bentrok, bukan hanya mereka yang kos di lokasi TKP, namun datang dari tempat lainnya. Mereka sebagian bekerja sebagai Satpam, sebagian lagi jadi buruh bangunan.

Insiden berdarah sesama warga Sumba itu sendiri berawal dari kesalahpahaman antara korban Umbu Maramba vs pelaku Yohanes Ronalbili saat pesta miras. Sebelum bersitegang, korban dan pelaku bersama sejumlah warga Sumba lainnya yang kos di sana pesta miras keras 3 botol bir dicapur sebotol arak. Mereka pesta miras di kamar kos Umbu Ana Rara, bibi dari koban Umbu Maramba.

Setelah pesta miras, terjadi cekcok mulut antara korban Umbu Maramba vs pelaku Yohanes Ronalbili. Kedua orang ini sebelumnya tidak saling kenal dan sama-sama bertamu ke kos-kosan tersebut. Korban Umbu Maramba sendiri kesehariannya kos di Banjar Taman, Desa Padangsambian Kelod, Kecamatan Denpasar Barat. Dia bekerja sebagai satpam sebuah kantor bank kawasan Kerobokan, Kecamnatan Kuta Utara, Badung. Sedangkan pelaku Yohanes kos di Banjar Abian Base, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung.

Korban Umbu Maramba datang ke TKP sendirian dengan tujuan untuk menjenguk pamannya, yang mempunyai anak balita. Setibanya di kos tersebut, korban langsung disuguhi kopi oleh istri pamannya, Umbu Ana Rara. Selesai minum kopi, bibinya menawari korban Umbu Maramba dan Denis Berkham Jawaratu, 25, serta sejumlah orang lainnya untuk tenggak miras jenis arak.

Orang-orang yang ada di kos tersebut pun urunan masing-masing Rp 5.000 untuk membeli 1 botol arak berukuran seliter dan 3 botol bir ukuran besar. Kedua jenis miuman beralkohol itu kemudian dicampur, untuk ditenggak bersama-sama sambil bersenda gurau. Saat pesta miras, korban dan pelaku duduk berdampingan.

Setelah miras oplosan habis diminum, korban dan pelaku pindah duduk ke teras salah satu kamar kos yang berjejer di sebelah barat. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba pelaku Yohanes mendorong korban Umbu Maramba hingga terjatuh. Keributan pun tak terelakkan. Insiden itu dilerai oleh Umbu Ana Rara dan warga Sumba lainnya yang ikut pesta miras.

Setelah dinasihati, pelaku Yohanes pergi meninggalkan TKP. Namun, tak berselang lama, pelaku balik lagi ke TKP dengan membawa senjata parang lengkap sarungnya. Tanpa ba bi bu, pelaku Yohanes langsung menebas korban di bahu kiri. Korban pun tersungkur bersimbah darah.

Warga Sumba lainnya yang berada di lokasi TKP berusaha untuk menenangkan pelaku Yohanes. Tapi, pelaku malah ancam tebas mereka semua dengan parangnya. Saat diancam itulah, sebagian besar penghuni kos pilih kabur dan menyelamatkan diri ke jalan. Sementara, sebagian warga Sumba terbelah dua antara gabung kelompok korban dan kelompok pelaku. Mereka ikut rusuh. Namun, yang menderita luka hingga sekarat adalah korban Umbu Maramba.

Korban Umbu Maramba malam itu langsung dilarikan ke RSUP Sanglah, Denpasar untuk mendapatkan perawatan. “Korban mengalami luka robek pada bahu kiri akibat ditebas parang,” ungkap sumber NusaBali, Minggu (3/11).

Sedangkan pelaku Yohanes Ronalbili malam itu diamankan ke Mapolsek Denpasar Selatan. Pelaku diamankan berikut barang bukti termasuk sebilah parang yang digunakan tebas korban,” ujar polisi yang enggan disebutkan namanya ini.

Selain pelaku Yohanes, ada 8 warga Sumba laigi yang diamankan polisi di Mapolsek Denpasar Selatan. Hinggga Minggu kemarin, mereka masih diperiksa intensif. “Kami masih melalukan pemeriksaan terhadap 8 orang (di luar pelaku). Status mereka masih sebagai saksi,” ungkap Kanit Reskrim Polsek Denpasar Selatan, Iptu Hadimastika Kristo Putro, saat dikonfirmasi NusaBali kemarin.

Sementara itu, pemilik kos-kosan, Agung, mengakui bukan sekali ini terjadi keributan di tempat kosnya. Menurut Agung, penghuni kos sudah sering bikin ulah, bahkan mereka sebagian besar pernah diusir, tapi tak mau pergi. Selain mabuk-mabukan, kata Agung, mereka sering atur sendiri terima penghuni kos baru.

Bahkanm kata Agung, 13 kamar kosnya itu semua dikuasai oleh warga Sumba. “Kalau ada kamar kos yang kosong, mereka langsung panggil temannya untuk tinggal di sana, padahal belum ada izin dari saya. Lama kelamaan, mereka makin banyak. Akibatnya, penghuni kos yang bukan dari Sumba memilih pergi dari sini,” tutur Agung.

Dalam catatan Agung, 13 kamar kosnya saat ini dihuni 26 orang dewasa, plus sejumlah anak-anak dan balita. Banyak penghuni yang tidak terdaftar. “Kalau yang terdaftar, mereka rata-rata bekerja sebagai satpam dan buruh bangunan,” katanya.

“Kejadian ini pelajaran buat saya. Ke depan, saya tak mau terima orang Sumba kos di sini. Bahkan, mulai hari ini (kemarin) saya minta semua penghuni kos untuk segera pindah,” papar Agung. Menurut Agung, keluarganya juga berencana menggelar upacara pecaruan menyusul insiden berdarah di tempat kosnya. “Saya mau bersihkan lingkungan ini secara sekala dan niskala,” imbuhnya.

Sementara, seorang warga yang tinggal di sebelah kos-kosan milik Agung, yakni Widiarti, mengatakan sebelum kerusuhan terjadi, di TKP terdengar suara musik keras-keras, Sabtu sore pukul 16.00 Wita. Kemudian, malam sekitar pukul 19.00 Wita, dia mendengar suara perempuan berteriak.

Penasaran dengan sura teriakan itu, perempuan asal Jember, Jawa Timur ini pun keluar dan mengintip dari pintu gerbang. Saat itu, sudah banyak orang di lorong gang. Dia melihat ada orang lari dari dalam komplek kos-kosan tersebut dan dikejar orang lain di belakangnya. “Orang itu naik ke lantai dua proyek bangunan yang berada di sebelah utara kos-kosan,” kata Widiarti. “Yang terlibat keributan malam itu sekitar 20 orang. Setiap orang yang baru datang, pasti ikut berkelahi,” imbuhnyua.

Widiarti menyebutkan, di kos-kosan itu sering terjadi keributan. Tapi, selama dua tahun dia tinggal di sana baru kali ini terjadi keributan menggunakan senjata parang. Sebelum-sebelumnya berkelahi tangan kosong. “Bagi saya, perkelahain di kos-kosan itu sudah biasa, karena terjadi hampis setiap saat. Penghuni kalau minum bisa sampai dinihari pukul 02.00 Wita. Setiapkali mereka minum, pasti terjadi perkelahian,” cerita Widiarti.

Sementara itu, korban Umbu Maranda hingga Minggu kemarin masih dirawat di Ruang Angsoka RSUP Sanglah. Korban penebasan rekannya sesama warga Sumba ini sudah menjalani operasi bahu kiri, yang luka ditebas parang oleh Yohanes Ronalbili.

Saat dijenguk NusaBali kemarin, korban Umbu dalam keadaan sadar, namun belum bisa berbicara banyak. Korban mengatakan dia tidak mengenal pelaku Yohanes, karena malam itu hanya singgah di tempat kos saudaranya. “Di kosan itu, dia (Yohanes) tetangga saudara saya,” ujar Umbu. *pol,ind

Komentar