nusabali

Teater Bumi Bali Tampilkan Detik-detik Proklamasi

  • www.nusabali.com-teater-bumi-bali-tampilkan-detik-detik-proklamasi

Teater Bumi Bali pentaskan karya bertajuk ‘Detik-detik Proklamasi’ serangkaian dengan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Rabu (30/10).

DENPASAR, NusaBali

Menariknya, pendukung dari teater ini berasal dari berbagai kalangan dengan latar belakang yang berbeda-beda. “Detik-detik Proklamasi ini, bukan didukung  oleh aktor profesional, melainkan aktor serabutan yang memiliki latar belakang berbeda,” kata Abu Bakar, selaku sutradara.

Garapan ‘Detik-detik Proklamasi’ didukung sebanyak 49 aktor dari berbagai kalangan. Ada yang pedagang, pegawai asuransi, tukang sulap, presenter, ibu rumah tangga, pembantu, guru, siswa SD, SMP, SMA/SMK dan mahasiswa serta profesi lainnya. Mereka juga bukan berasal dari satu wilayah di Kota Denpasar. Ada yang dari Jimbaran, Tabanan, Bangli dan daerah lain di Bali. Meski profesinya berbeda, namun dalam garapan ini mereka berhasil membentuk diri dengan gaya tim teater yang solid.

Teater ‘Detik-detik Proklamasi’ ini juga lahir dari proses menggarap teater yang terbalik. Jika naskah dibuat terlebih dahulu, maka dalam teater ini naskah dibuat kemudian atau setelah proses itu dilakukan. Dalam proses itu, sutradara dapat menangkap peristiwa-peristiwa yang tak tampak, sehingga lebih leluasa berekspresi.  

Tokoh utama yaitu Ir Soekarno dimainkan oleh seorang lawyer. Demikian pula tokoh-tokoh lain yang dibawakan oleh orang yang bukan ahlinya. Walau demikian, mereka mampu membawaka tokoh-tokoh itu dengan baik. “Saya berangkat dari potensi dan ambisi pemain itu, lalu mengolahnya. Saya lebih menekankan untuk menikmati proses berteater. Soal hasil akhir, apa yang tersaji di pentas, itu tak lagi terlalu penting,” kata Abu Bakar.  

Tentang pilhan naskah, Abu Bakar sudah lama ingin pentaskan teater itu, yaitu sekitar 3 tahun lalu, tetapi belum menemukan moment yang tepat. Bertolak dari keprihatinan kian surutnya patriotisme, nasionalisme di tengah dinamika ekosistem hidup dan kehidupan yang kian cepat akhirnya karya ini ditampilkan. “Saya pernah berkeinginan untuk menjadikan Detik-detik Proklamasi ini ditampilkan pada opening sebuah acara dulu, tetapi tiba-tiba muncul kembali ketika ada even Festival Seni Bali Jani, sehingga saya ingin mengangkatnya kembali,” pungkas Abu Bakar. *

Komentar