nusabali

SMAN 1 Semarapura Bedah Buku Sitayana

Bangkitkan Gerakan Literasi Siswa

  • www.nusabali.com-sman-1-semarapura-bedah-buku-sitayana

Guna memperingati Bulan Bahasa, Apresiasi Seni Sastra, dan Gebrakan Literasi, SMAN 1 Semarapura, Klungkung melakukan bedah buku Sitayana (Perjalanan Sita) karya Cok Sawitri, Sabtu (26/10) sore.

SEMARAPURA, NusaBali

Pembedah buku yakni Ida Bagus Pawanasuta dan Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten. Acara berlangsung dari pukul 14.00 Wita-17.00 Wita di aula SMAN 1 Semarapura. Hadir, Kepala SMAN 1 Semarapura I Dewa Gede Anom, semua guru dan pegawai serta peminat seni budaya di Klungkung.

Kegiatan bedah buku Sitayana karya Cok Sawitri adalah gebrakan dari Gerakan Literasi SMAN 1 Semarapura untuk membangkitkan minat siswa berliterasi. Dalam momen bulan bahasa ini, Kasek Dewa Anom memberikan ide bedah buku. "Dengan tujuan membangkitkan minat siswa berliterasi dan membangkitkan minat siswa dalam menulis," ujar Kasek Dewa Anom.

IBW Widiasa Keniten mengatakan, bagi guru maupun peserta didik, bedah buku ini merupakan salah satu contoh konversi teks (pengalihan bentukan satu teks yang lain). Dalam pengalihan ini, akan terjadi kreativitas. Cok Sawitri mampu melakukan itu dengan amat lancar. Tidak mudah bagi seseorang untuk mengalihkan satu kisah besar (Ramayana) ke dalam bentuk novel.

Pertama, Cok Sawitri tentu sudah memahami kisah perjalanan Rama bersama Sita, Bharata, Laksamana (Ayodia) dengan kisah Rawana, Kumbakarna, Surpanaka (Alengka). "Dua kerajaan bersar dipertentangkan kisahnya," ujarnya. Kedua, Cok tentulah membaca beragam kisah Ramayana dari berbagai bahasa.

Sedangkan Ida Bagus Pawanasuta mengatakan, membaca Sitayana, secara redaksional seperti membaca aliran Tukad Unda, mengalir, meliuk membelok lalu jatuh dan merambati permukaan tanah dan kadang lesap di dalam pasir yang menunggunya di tepian. Untuk ukuran novel setebal 356 halaman, kalimat-kalimatnya mudah dimengerti walaupun ada beberapa kata dalam kalimat tersebut yang harus dialihbahasakan untuk memahaminya.

Sementara itu Cok Sawitri mengatakan tantangan banyak sekali ketika berani melakukan dekonstruksi cerita Ramayana menjadi Sitayana. Seharusnya ketika berkarya Sitayana ini, orang berlomba-lomba membaca balik Ramayana. Tidak hanya mengutip saja contoh kepemimpinan dari Ramayana. "Yang suka mengutip pesan kepemimpinan bacalah secara utuh Ramayana itu," katanya. *wan

Komentar