nusabali

Jaya Negara Nyanggingin Serangkaian Karya Metatah Lan Menek Kelih Paiketan Mahasatya

  • www.nusabali.com-jaya-negara-nyanggingin-serangkaian-karya-metatah-lan-menek-kelih-paiketan-mahasatya

Sebagai wujud sradha dan bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa serta membantu sesama, Paiketan Mahasatya, KSU Santi Asih, Banjar Tatasan Kaja menggelar upacara Manusa Yadnya Karya Metatah dan Menek Kelih massal.

DENPASAR, NusaBali

Dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara 'ngayah' Nyanggingin serangkaian karya metatah yang digelar bertepatan dengan Redite Pon Perangbakat, Minggu (20/10).

Sebagai Wakil Walikota, Jaya Negara memang tidak asing lagi dalam tugas nyanggingin. Terlihat begitu terampil dan apik dalam menatah yang diikuti 16 orang tersebut. Lantunan kidung dan suara gender mengiringi Wawali Jaya Negara melaksanakan tugas dalam menatah peserta. Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Anggota DPRD Provinsi Bali, AA Ngurah Adhi Ardhana, Ketua Komisi I DPRD Kota Denpasar, I Ketut Suteja Kumara, Pimpinan OPD serta sanak saudara dan peserta metatah dan menek kelih massal.

Disela-sela pelaksanaan karya, Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara mengatakan bahwa ritual potong gigi (mepandes) yang merupakan salah satu ritual Manusa Yadnya yang wajib dilakukan. Dalam agama Hindu Mepandes wajib dilakukan ketika anak menginjak usia remaja atau sudah dewasa. Ritual ini bertujuan untuk mengendalikan 6 sifat buruk manusia yang menurut agama Hindu dikenal dengan istilah sad ripu (enam musuh dalam diri manusia).

Lebih lanjut dikatakannya, selain merupakan sebuah kewajiban yang dilaksanakan dalam kehidupan, metatah merupakan upacara untuk menetralisir sifat buruk dalam diri manusia yang disebut dengan Sad Ripu yang meliputi Kama (sifat penuh nafsu indriya), Lobha (sifat loba dan serakah), Krodha (sifat kejam dan pemarah), Mada (sifat mabuk atau kemabukan), Matsarya (sifat dengki dan irihati), dan Moha (sifat kebingungan atau susah menentukan sesuatu).

“Metatah dan Menek Kelih massal merupakan wujud bhakti kepada Sang Pencipta, sehingga guna memenuhi kewajiban manusia wajib beryadnya, Dengan dilaksanakannya karya metatah dan menek kelih masal ini diharapkan mampu meningkatkan sradha dan bhakti umat, serta para peserta atau yang bersangkutan mampu menjadikan diri lebih dewasa dan bijak baik dalam berpikir, berbuat dan berbicara,” ujar Jaya Negara.

Sementara Penasehat Panitia Karya Metatah dan Menek Kelih massal, I Ketut Suteja Kumara didampingi Penasehat Paiketan Mahasatya, I Ketut Catur serta Ketua PanitiaI Made Karmana menjelaskan bahwa seluruh rangkaian karya dilaksanakan sejak pagi hari Minggu (20/10) yang diawali dengan Medengan-dengan (Pengekeban) dan Mekala-Kalaan. Dilanjutkan dengan Upacara Metatah dan Menek Kelih serta Natab Mepedamel yang dipimpin Ida Pedanda Griya Toko. Seluruh rangkaian acara akan berakhir dengan pelaksanaan upacara madingin kasur yang dilaksanakan pada, Senin (23/10).

Catur mengatakan bahwa dari pelaksanaan Karya Manusa Yadnya ini merupakan ajang untuk saling membantu serta meringankan beban sesama Umat Hindu, serta meningkatkan syukur dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.

“Tentu kami dari paiketan dan koperasi berkomitmen untuk membantu sesama serta meringankan beban umat dalam pelaksanaan yadnya, serta selalu berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat serta dapat meningkatkan sradha dan bhakti umat,” jelasnya. *mis

Komentar