nusabali

Berawal dari Peristiwa Jenazah (Menghilang) Saat Upacara Ngaben

  • www.nusabali.com-berawal-dari-peristiwa-jenazah-menghilang-saat-upacara-ngaben

Selain karena kasus menghilangnya jenazah yang kemudian ditemukan tergelincir ke liang kubur, krama Desa Pakraman Sala terdorong untuk menata setra menjadi taman karena adanya konsep ‘Setra Ganda Mayu’

Suatu ketika di tahun 1970, kata Ketut Kayana, terjadi peristiwa aneh saat digelarnya upacara ngaben massal di Setra Desa Pakraman Sala. Saat prosesi puncak upacara ngaben massal dimulai, jenazah salah satu krama yang diabenkan malah menghilang. Pihak keluarga kesulitan untuk menemukannya. Padahal, sarana banten dan lainnya sudah siap.

Setelah dilakukan upaya pencarian yang cukup melelahkan, akhirnya jasad krama yang diabenkan tersebut berhasil ditemukan. Anehnya, jasad tersebut justru ditemukan di lubang kubur di mana sebelumnya yang bersangkutan dimakamkan ketika meninggal. “Kejadian aneh itu kontan memicu suasana panik. Bayangkan, jenazah sebetulnya tidak hilang, tapi sempat kesulitan untuk menemukannya,” kenang Ketut Kayana.

Menurut Ketut Kayana, salah satu penyebab ‘menghilangnya’ jasad orang meninggal yang diabenkan  kala itu karena tanah setra tidak rata, dengan semak belukar cukup lebat. Karenanya, jasad tidak terlihat dan tersembunyi di lubang kuburan awal. Lagipula, antara gegumuk satu dengan lainnya juga tumpang tindih. Jika tidak cermat, sulit menemukannya.

Karena terjadinya peristiwa aneh jasad menghilang itulah, menurut Ketut Kayana, krama Desa Pakraman Sala kemudian terdorong untuk mengubah wajah setra menjadi asri bak taman. Dengan areal setra yang tertata apik menjadi taman, liang kubur satu dengan lainnya bisa dikenali secara jelas. Jarak antara satu gegumuk dengan yang lainnya juga sama, termasuk ukurannya.

Saat membongkar kuburan untuk upacara pengabenan, tanah bongkahan yang diangkat tidak boleh dibuang ke samping. Namun, bongkahan tanah harus dikembalikan ke lubang kuburan awal. Karena itu, dipasang alas berupa kampil pada liang lahat. Kampil ini berfungsi sebagai tempat bongkahan tanah yang nantinya dipakai kembali mengurug lubang kuburan.  Ketut Kayana mengisahkan, sejak Setra Desa Pakraman Sala ditata menjadi ‘Taman Setra’, pelaksanaan upacara ngaben massal selalu lancar dan tertip. Upacara ngaben massal pertama pasca peristiwa aneh jasad menghilang itu dilakukan tahun 1989.

Menurut Ketut Kayana, diubahnya wajah setra yang menyeramkan menjadi ‘Taman Setra’ oleh krama Desa Pakraman Sala, bukan semata karena terjadi peristiwa jasad orang meninggal sempat hilang misterius di tahun 1970. Selain itu, juga karena adanya konsep pemahaman setra sebagai penghormatan kepada orang yang telah meninggal dunia, yakni ‘Setra Ganda Mayu’, yang secara harfiah berarti tempat mengharumkan mayat. Bagi krama Desa Pakraman Sala, bentuk penghormatan kepada orang meninggal tersebut tidak sebatas manata setra menjadi taman. “Tapi, krama kami juga selalu mengerek bendera setiap ada penguburan jenazah orang meninggal,” jelas Ketut Kayana. Bendera apa yang dinaikkan? Ikuti kelanjutanya di sedisi besok. 7 wayan nata

Komentar