nusabali

Skor TOEFL Tak Lagi Harus 500-an. Kok Bisa?

  • www.nusabali.com-skor-toefl-tak-lagi-harus-500-an-kok-bisa

Lewat tes TOEFL seri IBT kisaran poin ada di angka 0-120 poin. Benarkah lebih mudah? 

DENPASAR, NusaBali.com
Di era revolusi industri 4.0 ini, masyarakat dituntut untuk memiliki beragam keterampilan, seperti kecakapan dalam komunikasi dan teknologi. Apalagi di era yang menuntut masyarakat untuk memiliki keterampilan berkomunikasi, tak jarang salah satu persyaratan untuk melamar pekerjaan, kelulusan studi S2 hingga melamar beasiswa ke luar negeri mengharuskan calon pelamar untuk fasih berbahasa asing, utamanya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. 

Nah, kecakapan berbahasa Inggris biasanya dibuktikan melalui sertifikat, yang didapatkan setelah mengikuti rangkaian tes kecakapan berbahasa Inggris. Tes ini banyak jenisnya, seperti IELTS, TOEFL, dan TOEIC. Yang paling populer digunakan tentu saja Test of English as a Foreign Language (Tes Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing) atau yang disingkat dengan TOEFL. Rata-rata, sebuah perusahaan atau kampus mengharuskan si pelamar untuk memiliki skor TOEFL minimal 500 sebagai salah satu syarat penerimaan. 

Namun jangan salah, TOEFL kini mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya standar kecakapan berbahasa Inggris. TOEFL sendiri memiliki banyak jenisnya, yang dibedakan berdasarkan sistem penilaian dan preferensi konten. Seri-seri TOEFL tersebut, antara lain PBT (Paper Based Test), CBT (Computer Based Test), ITP (Institutional Testing Program), dan yang terbaru, yakni IBT (Internet Based Test). Masing-masing jenis tes ini memiliki karakteristik dan rentang nilai tersendiri. Yang paling umum diketahui masyarakat adalah PBT dan ITP, yang memiliki rentang nilai antara 310-667. 

Untuk TOEFL PBT dan ITP, memiliki skor 500 berarti memiliki kecakapan berbahasa Inggris di atas rata-rata.  Namun, kedua jenis tes ini memiliki kekurangan. Yang pertama, TOEFL PBT sudah mulai ditinggalkan, sehingga beberapa institusi tidak lagi menerima hasil tes TOEFL PBT. Sementara, TOEFL ITP adalah jenis TOEFL yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau institusi tertentu di Indonesia, sehingga hanya berlaku di Indonesia dan tidak diakui secara internasional. Sementara itu, tes CBT yang memiliki rentang nilai antara 30-300 juga sudah mulai tergantikan oleh TOEFL IBT.

“Sebenarnya seri-seri TOEFL ini sama, organisasinya satu, yaitu ITC. Nah, ITC memberikan opsi pada calon pengambil tes, tergantung pada kemampuan dan konten yang ingin diambil,” ujar Made Wahyu Mahendra, perwakilan ITC  Bali. ITC (International Testing Center) sendiri merupakan country master distributor di bidang penyedia test TOEFL IBT dan TOEIC. Di Bali, Test Center ITC dapat ditemui di Kampus Politeknik Negeri Bali Jimbaran, Badung. 

Perkembangan ini meninggalkan opsi yang lebih sedikit bagi si pelamar untuk mengambil tes kecakapan Bahasa Inggris, yaitu terbatas pada TOEFL IBT, TOEIC, dan IELTS. Harga untuk mengambil tes ini juga berbeda-beda, mulai dari IELTS yang bertarif Rp 3.860.000, TOEIC yang berkisar antara Rp 675.000 hingga Rp 1.452.000, hingga TOEFL IBT dengan biaya berkisar antara Rp 3.382.000. Namun keterbatasan opsi ini bisa diakali, yaitu dengan melihat preferensi keterampilan yang ingin diuji dan diterapkan nantinya. 

“Ini tergantung pada preferensi, mana yang dirasa lebih dipercaya untuk diterapkan kemudian. Kalau TOEIC, memang secara konten itu menguji bahasa sehari-hari, karena khusus dibuat untuk lingkungan kerja. Kalau IBT, kontennya lebih ke akademik, sehingga memang lebih cocok diambil oleh pencari beasiswa. Bedanya IBT dengan IELTS hanya di rating atau penilaian. IBT dinilai oleh mesin, sedangkan IELTS dinilai oleh manusia,” jelas Wahyu. 

Dengan adanya perbedaan jenis tes ini, maka persepsi umum ‘skor 500’ ini sudah mulai kurang relevan. Untuk TOEIC, skor dimulai dari angka 10 hingga  990 poin. Sementara itu, IELTS memiliki rentangan skor 1 sampai 8. Untuk TOEFL IBT sendiri memiliki skor antara 0 sampai 120. “Setiap hasil tes ini juga memiliki nilai konversinya sendiri, misalkan TOEFL-nya berapa, sama dengan sekian nilai IELTS,” lanjut pria berusia 27 tahun ini. 

Jadi jangan salah sangka ya, kalau sekarang TOEFL tak lagi menggunakan syarat minimum 500. Mendapatkan angka 80 di TOEFL IBT bukan berarti calon pelamar tak memenuhi syarat atau tak fasih berbahasa Inggris, tapi sudah cukup kok, untuk melamar beasiswa ke luar negeri. Kampus atau perusahaan tujuan pun juga pastinya sudah update dalam menetapkan jenis dan skor tes minimal, sehingga tak perlu khawatir pada nilai skor yang ‘tak mencapai 500’.*yl

Komentar