nusabali

Sebanyak 41 Pasang Pemangku Desa Adat Pujungan Diwinten Bersama

  • www.nusabali.com-sebanyak-41-pasang-pemangku-desa-adat-pujungan-diwinten-bersama

Ada yang berbeda digelar krama Adat Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan serangkaian Karya Agung Ngenteg Linggih Padudusan Agung lan Mupuk Pedagingan Menawa Ratna, Ngusaba Desa Pemahayu Nini di Pura Khayangan Desa.

TABANAN, NusaBali

Sebanyak 41 pasang pamangku di Desa Adat Pujungan mawinten (membersihkan diri lahir batin) secara bersama-sama di Pura Desa pada Soma Paing Menail, Senin (14/10) mulai pukul 13.00 Wita. Menariknya Karya Ngenteg Linggih ini baru pertama digelar oleh krama Pupuan.

Puluhan pamangku tersebut mawinten dipuput oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda. Sementara yang ngerajah adalah Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda. Pawintenan digelar secara sakral dan disaksikan oleh krama Desa Adat Pujungan.

Ida Mpu Jaya Prema Ananda menyatakan pawintenan 41 pasang pamangku telah dilaksanakan pada Senin pagi di Pura Desa Adat Pujungan. Pawintenan dilakukan serangkaian dengan Karya Ngenteg Linggih di Pura Desa. “Jadi seluruh pamangku diwinten ulang, kemungkinan sebelumnya sudah diwinten tetapi upacaranya tidak lengkap,” ujarnya ketika dikonfirmasi, Selasa (15/10).

Dituturkannya pawintenan berlangsung khusyuk. Dimulai dengan 41 pasang pamangku mengikuti upacara malukat, meng-nol-kan kembali statusnya. Lalu menyucikan diri lewat ritual madengen-dengen, biyakwon, dan prayascita. Barulah melaksanakan pawintenan dirajah tubuhnya dan lain sebagainya. “Kemudian dipasuti menjadi pemangku dan terakhir dikukuhkan menjadi pemangku dengan diberikan daksina linggih,” beber Ida Mpu Jaya Prema Ananda.

Sementara itu, Bendesa Adat Pujungan I Wayan Sedana menerangkan bahwa pamangku yang mengikuti pawintenan adalah pamangku dari pura desa, pamangku merajan, dan pemangku dadia. “Ini kami lakukan karena ada upacara besar sekalian digelar pawintenan untuk meningkatkan statusnya menjadi Jero Mangku Gede,” ujar Wayan Sedana.

Nantinya pamangku ini akan bertugas utamanya di Pura Desa setempat untuk menjalankan sesana (kewajiban) kepamangkuan. “Tujuan dari upacara pawintenan untuk menyucikan diri lahir batin dalam rangka ngayah dalam kaitan tugas-tugas keagamaaan dan adat lingkungan di Desa Adat Pujungan,” imbuhnya.

Menurut Wayan Sedana, Karya Ngenteg Linggih di Desa Pujungan ini baru digelar pertama kali. Karya sudah dimulai sejak dua bulan dan puncak karya pada 13 Oktober 2019. “Kami baru melaksanakan karena palinggih baru selesai dipugar,” ucapnya.

Ketua Panitia Karya Jro Gede Nyoman Suadnyana menerangkan upacara Dewa Yadnya yang digelar menghabiskan dana sekitar Rp 1,7 miliar yang berasal dari urunan krama pangamong pura donatur, serta bantuan dari pemerintah.

Selama proses karya tersebut berbagai tarian sakral dipentaskan. Di antaranya Reang Kuno Daha Teruna, Rejang Sanghyang Linan, dan Baris Nang Dudu. *des

Komentar