nusabali

Pamit Mau Interview ke Jakarta, Ditemukan Tewas di Pantai

  • www.nusabali.com-pamit-mau-interview-ke-jakarta-ditemukan-tewas-di-pantai

Seorang pemuda asal Banjar Taman Kaja, Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Gianyar, pande Mahayasa, 24, ditemukan tewas mengenaskan di perbatasan Pantai Lebih (Desa Lebih, Kecamatan Gianyar) dan Pantai Siyut (Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar, Selasa (15/10) sore.

GIANYAR, NusaBali

Sebelum ditemukan jadi mayat, pemuda yang baru lulus dari Sekolah Tinggi Desain (STD) Bali ini pamit hendak pergi ke Jakarta untuk interview lamaran pekerjaan.

Jasad korban Pande Mahayasa ditemukan tergelatak dalam posisi telungkup di atas pasir perbatasan Pantai Lebih (sisi barat) dan Pantai Siyut (sisi timur), Selasa sore pukul 15.00 Wita. Jasad korban pertama kali dilihat oleh seorang anggota Balawista Kabupaten Gianyar, I Made Mardiana, yang sedang memantau situasi pantai. Saat ditemukan, kor-ban mengenakan celana panjang warna hitam, tanpa busana atasan. Celananya dalam kondisi melorot.

“Jasadnya ditemukan dalam posisi telungkup, di mana kepala mengarah ke barat dan kaki ke timur, dengan celana sudah melorot. Wajahnya sudah membusuk tak bisa dikenali,” ungkap saksi Made Mardiana.

Disebutkan, identitas korban diketahui setelah petugas Balawista mengecek saku belakang celananya. “Ditemukan dompet warna hitam di saku celana belakang, yang di dalamnya berisi KTP dan SIM,” jelas mardiana. Dari identitas yang tertinggal itu, korban diketahui bernama Pande Mahayasa, kelahiran 14 April 1995, tinggal di Jalan Sandat Nomor 4 Banjar Taman Kaja, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar.

Temuan jasad korban lantas dilaporkan Balawista ke BPBD Gianyar dan Polsek Kota Gianyar. Berselang 50 menit kemudian, tepatnya pukul 15.50 Wita, tim gabungan mengevakuasi jasad korban ke Kamar Jenasah RSUD Sanjiwani Gianyar dengan mobil ambulans PMI, Selasa sore pukul 15.50 Wita.

“Awalnya akan diperiksa luar di sini (RSUD Sanjiwani, Red). Tapi, atas persetujuan keluarga, jasad korban akan diotopsi di RSUP Sanglah, Denpasar,” ungkap Kapolsek Kota Gianyar, Kompol I Ketut Suastika, saat ditemui NusaBali di Kamar Jenazah RSUD Sanjiwani, kemarin sore.

Menurut Kompol Suastika, otopsi jenazah dilakukan untuk memastikan penyebab kematian korban Pande Mahayasa. Terkait adanya indikasi kematian tak wajar, salah satunya dilihat dari ikatan tali hitam di jempol tangan kanan korban, Kompol Suastika enggan berkomentar.

“Ya, memang ada ikatan di jari tangan korban, tapi belum berani kita pastikan,” tandas Kompol Suastika. Disebutkan, hingga saat ini polisi masih melacak keberadaan sepeda motor Honda Vario warna Pink DK 6092 LI atas nama Pande Tri Tungga Dewi, yang sebelumnya ditunggangi korban Pande Mahayasa saat pamintan kepada keluarganya di Banjar Taman, Kelurahan Ubud.

Pande Mahayasa sendiri merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Hal ini diungkapkan ayah korban, Pande Made Erawan, 60, saat ditemui Kamar Jenazah RSUD Sanjiwani, Selasa sore pukul 16.40 Wita. sekitar pukul 16.27 Wita.

Kepada NusaBali, Pande Erawan mengatakan bahwa anak bungsunya ini pergi meninggalkan rumahnya di Banjar Taman, Kelurtahan Ubud, Minggu (13/10) malam sekitar pukul 22.00 Wita. Sebelum pergi, korban bersama keluarga baru pulang dari sembahyang di Pura Pande, Desa Adat Ubud bertepatan dengan rahina Purnamaning Kapat.

“Pulang dari pura, anak saya ini sempat ganti baju, lalu makan buah lungsuran,” kenang Pande Erawan. Setelah makan buang lungsuran, korban Pande Mahayasa langsung pamitan kepada ayahnya. “Katanya akan interview pekerjaan di Jakarta. Pesawatnya berangkat malam. Karena dia sudah dewasa, tiyang tidak tanya detail. Dia pergi sendiri. Waktu pamitan, bilangnya interview lewat Buana Travel,” papar Pande Erawan.

Seingat Pande Erawan, putra bungsunya ini pergi mengenakan pakaian lengkap, menggendong tas punggung, dengan mengendarai sepeda motor Honda Vario warna Pink DK 6092 LI. “Saya sempat tanya kenapa nggak bawa koper? Katanya tas saja cukup. Ya sudah, dia berangkat,” terangnya sembari menyebut, korban Pande Mahayasa baru saja lulus dari STD Bali di kawasan Panjer, Denpaar Selatan.

Menurut Pande Erawan, awalnya keluarga tidak menaruh curiga korban akan mengalami musibah tragis. Namun, setelah beberapa kali korban Pande Mahayasa dihubungi per telepon tidak nyambung, keluarga sempat khawatir. “Beberapa kali kakaknya nelepon, tapi HP-nya tidak aktif,” jelas Pande Erawan.

Sampai akhirnya kemarin sore pihak keluarga mendapat kabar duka kematian Pande Mahayasa di pantai. Setelah dapat kabar duka, barulah kamar korban  di rumah dicek. “Ternyata, anak saya ini pergi tidak bawa HP. HP-nya dalam kondisi mati ditaruh dalam kamar, juga ada STNK motor,” ceritanya.

Ayah korban pun masih tanda tanya atas kematian tragis anak bungsunya ini. Sebab, selama ini korban Pande Mahayasa tidak pernah mengeluh punya masalah. “Dia tak pernah cerita ada masalah. Pacarnya saya nggak tahu. Selama kuliah, anak saya ini tidak kos, melainkan pulang pergi Denpasar-Ubud setiap hari,” papar Pande Erawan. *nvi

Komentar