nusabali

Sayur Hidroponik Sulit Pemasaran

  • www.nusabali.com-sayur-hidroponik-sulit-pemasaran

Di areal Subak Juuk Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar, terdapat seorang petani hidroponik.

GIANYAR, NusaBali

Dia adalah I Wayan Rudika, asal Banjar Palak desa setempat. Dia sejak tiga tahun tertarik mengembangkan sayur hidroponik, bermula mengikuti workshop hidroponik.

Namun dia mengaku belum menemukan konsumen tetap sayuran organik ini sehingga hanya menunggu pengepul. "Sebenarnya sayur hidroponik ini menjanjikan, tapi sejauh ini saya belum ketemu dengan konsumen yang pas. Pemasaran masih kendala," ungkapnya, ditemui Minggu (13/10).

Jika panen, dia keliling memasarkan hasil panen ke warung-warung penjual aneka sayuran. Meski masih terkendala, Rudika tidak patah semangat. Dirinya yakin ke depan sayur organik ini akan diminati. Terlebih cara menanamnya cukup fleksibel, tanpa harus menunggu pembagian air atau sistem tanam layaknya menanam padi. "Di lahan yang minim pun bisa maksimalkan tanam sayur hidroponik ini," jelasnya.

Area yang digunakan 5 meter x 10 meter. Rudika mengaku bisa panen setiap 25 hari sekali. "Enaknya ya bisa mengatur waktu kapan kita mau panen. Karena dari bibit, peremajaan, hingga pindah cabutnya itu bebas kita yang atur,” paparnya.

Per kilogram sayur hidroponik dijual Rp 6.000 ke pengepul. Harga pasarannya  mencapai Rp 15.000. "Karena memang kualitas sayurnya bagus. Ini alami semuanya dampak dari green house,  hamanya tidak bisa masuk," ujarnya.

Pembuatan hidroponik dia akui belajar dari seorang temannya dan mencari cara membuat dari youtube. Dia pakai pipa panjang empat meter untuk proses menanam sayur, mulai pembibitan. Untuk pompa  air menggunakan mesin kolam ikan atau aquarium biasa.

"Kalau menggunakan sistem ini, saya tinggal cek airnya saja satu hari sekali. Sama melihat kondisi sayurnya," ungkap Rudika. *nvi

Komentar