nusabali

Penuh Haru, Peringatan 17 Tahun Tragedi Bom Bali I

  • www.nusabali.com-penuh-haru-peringatan-17-tahun-tragedi-bom-bali-i

Meski sektor pariwisata kini telah pulih, namun tak demikian halnya dengan para korban tragedi Bom Bali I

MANGUPURA, NusaBali.com
Tak terasa, 17 tahun telah berlalu sejak tragedi Bom Bali pada 12 Oktober 2012 (Bom Bali I) terjadi. 17 tahun berlalu, peristiwa ini menelan 202 korban tewas dan 209 korban luka. Bahkan setelah 17 tahun berlalu, tragedi tersebut masih menyisakan duka dan trauma bagi warga sekitar lokasi kejadian, keluarga korban, dan masyarakat Bali pada umumnya. 

Memperingati 17 tahun tragedi Bom Bali I, Yayasan Isana Dewata kembali memperingati tragedi ini melalui upacara peringatan yang dilaksanakan di Monumen Bom Bali Ground Zero, Kuta, Badung pada Sabtu (12/10/2019) petang. Dalam acara peringatan ini, masyarakat tak hanya diingatkan kembali akan tragedi mencekam tersebut, namun juga dengan harapan agar masyarakat dapat memaafkan kejadian yang telah lalu, dan agar tidak ada dendam dan kebencian antar ras, agama dan golongan tertentu.

Acara yang diikuti oleh ratusan siswa sekolah SMPN 1 Kuta, dan masyarakat sekitar. Turut hadir pula, sejumlah keluarga dari korban jiwa pada peristiwa tersebut dan juga sejumlah tokoh masyarakat, seperti senator Bali, Arya Wedakarna. Acara ini juga diisi oleh Gede Prama yang memimpin doa dan memberi siraman rohani kepada peserta upacara peringatan ini. 

Suasana duka dan haru saat tiba saatnya menyalakan lilin di Monumen Bom Bali oleh keluarga korban. Keluarga-keluarga yang hadir kembali mengingat dan mengenang tragedi tersebut. Beberapa, hingga tak kuasa menahan air mata, bahkan hingga menangis histeris mengenang kembali anggota keluarganya yang pergi dalam tragedi 17 tahun silam. Salah seorang anggota keluarga harus diangkut ambulans karena tak sadarkan diri saat usai meletakkan lilin di monumen. 

Tak hanya anggota keluarga korban jiwa, warga yang menjadi korban luka akibat kejadian tersebut juga turut menghadiri upacara peringatan ini. Salah satunya, yaitu Tiolina Marpaung.  Pada 17 tahun yang lalu, wanita asal Medan ini berada di perjalanan pulang pada sekitar pukul 22.00 setelah menghadiri suatu acara yang diadakan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Di tengah kemacetan, dirinya mendengar sebuah ledakan dan merasakan mobilnya seperti tertabrak oleh mobil di sekitarnya.  

“Saya tanya ke dua teman saya yang duduk di depan. Belum ada jawaban, sudah ada dentuman kedua. Setelah itu saya tidak tahu berapa lama saya pingsan, setelah itu saya bisa siuman tapi saya sudah tidak bisa melihat. Saya teriak dari dalam mobil sambil meraba-raba. Tapi saya sadar kaca jendela mobil sudah pecah, tapi pintu terkunci sehingga tak bisa keluar. Kemudian rasanya ada tangan yang mengangkat saya, tahu-tahu saya sudah terbaring di trotoar,” kenang wanita berusia 44 tahun ini. 

Beruntung, seseorang yang diduga merupakan warga negara asing karena menggunakan bahasa Inggris membawa Tiolina ke sebuah mobil yang digunakannya untuk menolong korban lainnya, untuk kemudian dibawa ke SOS Medika Klinik Bali.  Namun dikarenakan keadaan darurat pada saat tragedi tersebut terjadi, Tiolina ditolak oleh pihak klinik dikarenakan klinik yang sudah penuh.  Akhirnya Tiolina dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Darat Udayana. 

Di sanalah, Tiolina mendapatkan perawatan berupa operasi pada lensa matanya yang pecah akibat dentuman keras pada tragedi tersebut. Dan di sana pula, Tiolina menyadari bahwa ledakan bom lah yang mengakibatkan kejadian yang menimpa dirinya.  Hingga hari ini, Tiolina belum sepenuhnya pulih baik secara fisik maupun batin. Penglihatannya yang rusak akibat ledakan bom tersebut masih harus menjalani pemeriksaan rutin setiap bulan. Pun demikian secara batin, tragedi tersebut menimbulkan trauma pada dirinya. “Butuh waktu lama sekali untuk pulih, bahkan sampai sekarang saya masih ketakutan kalau melihat asap yang saya tidak bisa lihat di mana sumbernya,” ungkapnya.

“Kedua teman saya yang lain menderita luka bakar, tapi masih hidup. Tapi satunya sampai hari ini tidak bisa melihat, dan satu lagi gendang telinganya pecah juga akibat dentuman yang terlalu kuat,” lanjutnya lagi.  Demikianlah, sepotret kepiluan yang masih membekas di hati masyarakat akibat tragedi Bom Bali I. Pelaku telah ditangkap, dijatuhi hukuman, dan dieksekusi. Masyarakat kini telah memaafkan masa lalu, memaafkan takdir. Namun masyarakat juga tentu tak bisa melupakan dampak dari tragedi tersebut. Tragedi ini berhasil menyeret pariwisata Bali ke titik 0, sehingga ratusan, bahkan ribuan masyarakat Bali dan Indonesia yang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata Kuta harus kehilangan pekerjaan. Semoga kejadian ini tak akan terulang lagi. Semoga… *yl

Komentar