nusabali

Berjaya Berkat Karya Cipta Ingka Berbahan Limbah Gelas Plastik

Dua Siswi SMAN Bali Mandara Raih Perak di Festival Inovasi dan Kewirausahaan Seluruh Indonesia

  • www.nusabali.com-berjaya-berkat-karya-cipta-ingka-berbahan-limbah-gelas-plastik

Selain sabet medali perak lewat Ni Luh Darmi dan Ida Ayu Putu Wulantari dalam ajang FIKSI Nasional 2019, Tim SMAN Bali Mandara juga raih penghargaan sebagai ‘Tim Terfavorit Kategori Aplikasi Pemula’ melalui Ni Putu Mayni Wulaningsih dan Made Adelia Felita Anggresni

SINGARAJA, NusaBali

Dua siswi Kelas XII SMAN Bali Mandara, Ni Luh Darmi, 17, dan Ida Ayu Putu Wulantari, 18, berjaya sabet medali perak dalam Festival Inovasi dan Kewirausahaan Seluruh Indonesia (FIKSI) Nasional 2019. Keduanya berjaya berkat hasil karya Ingka (kerajinan anyaman) berbahan limbah gelas plastik minuman kemasan.

Ni Luh Darmi dan Ida Ayu Putu Wulantari (tergabung jadi satu tim) sebelumnya dinyatakan lolos ke babak final FIKSI Nasional 2019, bersama 3 tim lainnya dari Bali. Satu (1) tim lagi adalah rekannya sesama dari SMAN Bali Mandara, sementara 2 tim lainnya masing-masing dari SMAN 1 Denpasar dan SMAN 4 Denpasar. Mereka berjuang memperebutkan media dalam laga final di Bandung, Jawa Barat, 1-6 Oktober 2019.

Satu Tim SMAN Bali Mandara lainnya beranggotakan dua orang, yakni Ni Putu Mayni Wulaningsih, 18, dan Made Adelia Felita Anggresni, 18. Keduanya tampil di babak final FIKSI Nasional 2019 kategori Aplikasi Pemula, dengan membawakan produk Aplikasi Jual Beli Banten. Tim ini juga sukses pulang dengan meraih penghargaan sebagai ‘Tim Terfavorit Kategori Aplikasi Pemula’.

Sebaliknya, Tim SMAN Bali Mandara yang diperkuat Luh Darmi dan Dayu Putu Wulantari berjaya sabet medali perak berkat karya inovatif ingka berbahan limbah gelas plastik. Dalam babak final FIKSI Nasional 2019 di Bandung, duet Luh Darmi dan Dayu Putu Wulantari dengan baik mempresentasikan karya ingka berbahan limbah gelas plastik itu. Ingka hasil karya mereka juga dipamerkan dalam Exspo di Bandung. Ternyata, hasil karya mereka berhasil meraih medali perak (menduduki peringkat II).

“Kami memang ikut di kriya lanjutan, sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi. Jadi, kalau lanjutan itu minimal sudah dipakai dan diketahui masyarakat selama 6 bulan terakhir,” tutur Luh Darmi saat ditemui NusaBali di SMAN Bali Mandara, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Rabu (9/10).

Siswa asal Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem ini menyebutkan, ide untuk membuat ingka berbahan limbah gelas plastik awalnya terlintas saat dia melihat sampah plastik, terutama gelas-gelas minuman kemasan berbagai merk, yang terbuang begitu saja. Luh Darmi pun mulai mengumpulkan gelas-gelas plastik bekas untuk diolah menjadi barang yang bernilai ekonomis.

Kebetulan, kedua orangtuanya di Desa Seraya Timur, I Made Landra-Ni Wayan Ariani, sempat menjadi perajin ingka. Luh Darmi lalu mencoba merangkai dan membentuk limbah gelar plastik menjadi ingka berbagai ukuran. Hasil karyanya dapat digunakan tak hanya sebagai tempat sesajen, tapi multi fungsi sebagai tempat snack atau keranjang buah-buahan.

“Selain itu termotivasi menjadikan limbah sebagai benda bermanfaat, kami juga ingin mengurangi limbah plastik yang dihasilkan di sekolah dan di lingkungan sekitar, sehingga tertantang untuk membuat ingka,” tutur anak sulung dari empat bersudara kelahiran 6 Juli 2002 ini.

Menurut Luh Darmi, untuk membuat satu ingka berdiameter 15 sentimeter, hanya menghabiskan 72 bibir gelas plastik yang sudah dipotong bagian bawahnya. Lalu, bibir gelas plastik itu dirangkai, dianyam, dan dikuatkan menggunakan tali tasi atau nilon.

Paparan senada juga diungkapkan Dayu Putu Wulantari, rekan satu tim Luh Darmi. Menurut Dayu Wulantari, membuat ingka berbahan limbah gelas plastik tidaklah sulit dari sisi teknik dan biaya produksi. Hanya saja, jika dibuat dengan jumlah banyak, harus bekerja sama dengan pengepul sampah plastik atau warung-warung penjual minuman gelas plastik, untuk mensuplai kebutuhan bahan.

Dayu Wulantari menyebutkan, satu ingka berukuran dengan diameter 15 sentimeter dijual seharga Rp 20.000. Sedangkan ingka ukuran besar dengan diameter 30 sentimeter, laku dijual Rp 45.000. “Sejauh ini, ingka berbahan limbah gelas plastik buatan kami masih dipasarkan kepada orang-orang terdekat. Ke depan, kami akan merintis usaha dengan pemasaran melalui media online,” tutur siswi kelahiran 6 Juni 2001 asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.

Ingka buatan dua siswi SMAN Bali Mandara ini sangat aman digunakan. Apalagi, bahannya murni hanya menggunakan gelas plastik mimuman kemasan, tanpa ditambahi bahan lain termasuk lem dan cat. Meski demikian, Dayu Wulantari dan Luh Darmi mengaku akan terus mengembangkan motif ingka buatannya, sehingga dapat menutupi kekurangan yang ada sekarang.

“Kelemahan ingka ini hanya saat ditaruh dan kena sinar matahari langsung, karena ini plastik sehingga mudah memuai. Tetapi, kalau ditempatkan di dalam ruangan, bisa tahan lama,” jelas anak bungsu dari 5 bersaudara pasangan Ida Putu Berata dan Ida Ayu Ketut Sumitri ini.

Sementara itu, Guru Pembina FIKSI SMAN Bali Mandara, I Wayan Madya, mengatakan siswa di sekolahnya sudah empat kali mengikuti ajang FIKSI Nasional. Wayan Madya bangga anak didiknya pulang dengan kalungan medali perak dari ajang FIKSI Nasional 2019 ini. Ini mengulangi prestasi Tim SMAN Bali Mandara dalam ajang FIKSI Nasional 2018 lalu yang pulang dengan medali perak, berkat karya aplikasi Go Birahi, yakni alat deteksi birahi hean ternak

“Dari awal kami memang arahkan anak-anak untuk berinovasi dan berpikir kreatif. Salah satunya, ingka berbahan limbah gelas plastik ini, yang disusun juga dengan laporan penelitian,” ungkap Wayan Madya.

Menurut Wayan Madya, SMAN Bali Mandara yang dikenal kuat dengan kemampuan penelitiannya, terus mengasah anak didik untuk menjadi generasi pencipta. Sehingga dengan keterampilan yang dimilikinya, dapat menjadi bekal buat mereka usai menjalnai pendidikan di SMA berasrama rintisan Pemprov Bali ini. “Setiap tahun sejak 2016 kami tidak pernah absen ikut ajang FIKSI Nasional,” katanya. *k23

Komentar