nusabali

Penyerang Wiranto Pasutri 'Teroris' JAD

Jokowi Minta Pengamanan Pejabat Negara Lebih Diperketat

  • www.nusabali.com-penyerang-wiranto-pasutri-teroris-jad

Wiranto ditikam hingga terluka, diduga karena posisinya sebagai Menko Polhukam yang membawahi Polri dalam penanganan terorisme

JAKARTA, NusaBali

Menko Polhukam Jenderal TNI (Purn) Wiranto diserang dengan pisau ninja, hi-ngga mengalami dua terluka bagian perut saat hendak kembali dari kunjungan di di Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (10/10) siang. Pelakunya pasangan suami istri, yang diketahui merupakan terduga terioris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Wiranto diserang tepat pukul 11.50 WIB di Alun-alun Menes. Ketika itu, Wiranto baru tiba usai memberikan pembekalan kepada mahasiswa Universitas Mathlaul Anwar Banten di Pandeglang. Wiranto pun hendak menyalami masyarakat yang berkumpul, termasuk para pelajar. Namun tiba-tiba, dari arah belakang, seorang pria menusuk Wiranto hingga mantan Panglima ABRI tersungkur.

Selain Wiranto, tiga orang lainnya juga terluka. Mereka masing-maisng Kapolsek Menes Kompol Dariyanto, anak buah Wiranto bernama Fuad Sauki, dan ajudan Danrem. Wiranto sendiri langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, sebelum ke-mudian diterbangkan ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dengan helipoter.

Usai penmyerangan, petugas langsung menangkap dua pelaku, laki dan perem-puan, yang diduga suami istri. Mereka masing-masing Syahril alamsyah alias Abu Rara (pria kelahiran Medan, 24 Agustus 1988) dan Fitri Andriana binti Sunarto (perempuan asal Brebes, Jawa Tengah kelahiran 5 Mei 1998).

Dalam rekaman video itu, pelaku pria yang mengenakan baju berwarna hitam le-ngan panjang dan celana berwarna putih ini terlihat berjalan ke arah Wiranto dari belakang Kapolsek Kompol Dariyanto. Pria berusia 31 tahun ini berjalan bersama seorang wanita yang tampak menggunakan pakaian tertutup, kerudung hitam panjang, dan masker. Pelaku tiba-tiba mengeluarkan senjata tajam dan menusukkannya ke perut Wiranto hingga tersungkur.

Kepala BIN, Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan, menyatakan pihaknya sudah mengidentifikasi pelaku penyerangan Wiranto. Dari hasil deteksi BIN, kata Budi Gunawan, Abu Rara adalah terduga teroris jaringan JAD. Mulanya, Abu Rara bergabung dalam sel JAD Kediri, kemudian  pindah ke Bogor, ampai akhirnya masuk JAD Bekasi, Jawa Barat.

"Karena cerai dengan istri pertama, lalu pindah ke Menes, difasilitasi oleh salah satu Abu Syamsuddin JAD dari Menes untuk tinggal. Beberapa kegiatan yang bersangkutan telah dideteksi dan sudah dalam pengembangan," ujar mantan Wa-kapolri ini.

Menurut Budi Gunawan, Abu Rara juga terkait dengan 5 terduga teroris yang di-tangkap Densus 88/Antiteror di Bekasi, beberapa waktu lalu. "Ini ada kaitan de-ngan 5 ditangkap di Bekasi yang merencanakan bom. "Ini sudah pasti dari kelompok JAD, khususnya jaringan JAD Bekasi. Kita sudah pantau khusus pelaku ini," kata Budi Gunawan.

Terungkap, Abu Rara kerap mengumpulkan pisau. "Abu Rara sudah kita pantau beberapa kali mulai mengumpulkan pisau. Belum pada tahapan bom, tapi pola-pola seperti itu bisa juga dengan senjata pisau," kata Budi Gunawan.

Berdasarkan foto yang diperoleh detikcom, ada dua senjata tajam berwarna hitam dengan tali merah melilit pegangannya yang diamankan petugas. Senjata itu adalah kunai atau pisau yang biasa dipakai ninja. Foto tersebut dibenarkan oleh Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo. "Betul, itu digunakan oleh pelaku pria," kata Brigjen Dedi.

Pelaku Abu Rara dan Fitri Andriana binti Sunarto alias Fitri Diana diketahui merupakan pasangan suami istri. Abu Rara sering menyembunyikan identitas saat ditanya asal-usulnya. Kadang-kadang, saat ditanya berasal dari mana, dia mengatakan berasal dari Serang dan kadang menyebut dari Medan.

Pasutri ini juga kadang-kadang berjualan pulsa di rumah kontrakannya. Menurut Ketua RT setempat, Mulyadi, pasangan ini sudah 8 bulan mengontrak di Kampung Sawah. RT tahunya si suami berjualan online dan kadang-kadang berjualan madu. Keduanya juga dikenal tertutup. "Kesehariannya, mereka jarang pergaul, orangnya pendiam," ujarnya.

Sementara, Wiranto diduga jadi sasasaran penyerangan oleh pasutri Abu Rara-Diana Fitri, karena posisinya sbagai Menko Polhukam membawahi polisi dalam memberantas teroris. "Pak Wiranto kan Menko Polhukam membawahi Polri dalam melakukan penegakan hukum terhadap kelompok-kelompok terorisme," ujar Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo.

Brigjen Dedi menyebut Abu Rara terdeteksi masih bagian dari jaringan JAD Be-kasi. Abu Rara merupakan bagian dari JAD yang pimpinannya sudah ditangkap lebih dulu. "Ya betul, sudah dipastikan pelaku termasuk dalam kelompok JAD Bekasi dengan Amirnya Abu Zee yang sudah ditangkap tanggal 23 September 2019 lalu bersama 8 pelaku lainnya," katanya.

Sementara itu, Presiden Jokowi meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengusut tuntas peristiwa penusukan Menko Polhukam Wiranto ini. Jokowi menegaskan kepolisian akan didukung BIN dan TNI. "Saya perintahkan juga kepada Kapolri, KaBIN, didukung TNI untuk mengusut tuntas, sekali lagi mengusut tuntas. Menindak tegas pelaku dan seluruh jaringan yang terkait dengan peristiwa tadi siang," ," tandas Jokowi usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Kamis kemarin.

Presiden Jokowi juga meminta agar pengamanan pejabat negara lebih diperketat, menyusul penusukan Wiranto oleh teroris. Perintah tersebut sudah disampaikan kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian. "Saya sudah perintahkan ke Kapolri untuk diberi pengamanan yang lebih baik," katanya.

Di sisi lain, Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin, mengingatkan penusukan terhadap Wiranto tidak boleh dianggap sepele. Sebab, Wiranto merupakan perwakilan negara. "Ini kasus yang tidak bisa dianggap biasa, tidak boleh dianggap enteng, karena ini pejabat negara. Representasi negara, pemerintah. Beliau datang memenuhi undangan masyarakat. Tapi, kalau dilakukan penyerangan seperti begini kan tidak boleh dianggap biasa," kata Ngabalin.

Menurut Ngabalin, kejadian ini harus menjadi perhatian. Sebab, tak tertutup ke-mungkinan pejabat lain akan mengalami hal yang sama. "Kalau hari ini terjadi sama Pak Wiranto, bisa jadi besok menimpa pejabat yang lain. Saya kira memang harus mendapat perhatian serius ini," katanya. *

Komentar