nusabali

Perajin Berharap Bisnis Tenun Tradisional Meningkat

  • www.nusabali.com-perajin-berharap-bisnis-tenun-tradisional-meningkat

Diharapkan sebagai komoditas bisnis, penggunaannya akan semakin meluas dan berdampak pada tingginya penjualan.

AMLAPURA, NusaBali

Perajin berharap bisnis  produk tekstil tradisional atau tenun tradisional meluas dan meningkat. Dengan demikian kerajinan tenun tradisional tetap eksis. Tidak hanya sebatas fungsi awal busana untuk kegiatan upacara adat keagamaan seperti upacara perkawinan dan lainnya. Namun semakin kuat fungsi ekonominya, sebagai komoditas bisnis yang menghidupkan perajin.

Harapan tersebut disampaikan I Ketut Karya,47, seorang perajin tenun kain bebali, salah satu jenis kain tradisional dari Banjar Kangin, Desa Seraya Timur Kecamatan Seraya, Karangasem. Karena itulah kata Karya, pemasaran menjadi salah satu kunci.“Kami harap pemasaran bisa dibantu sehingga makin meluas,” harap Karya yang Ketua Kelompok Perajin Karya Warna Sari Alam.

Untuk meningkatkan pemasaran dan produktivitas, para perajin tenun di Seraya Timur kini sedang  mendapat pelatihan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali. Pelatihan meliputi bimbingan desain dan diversifikasi tenun warna alam. “Kami ingin meningkatkan SDM,” ujar Karya.

Untuk diketahui Seraya Timur, merupakan salah satu sentra kerajinan tenun tradisional. Ada puluhan perajin tenun dengan alat cacag, memproduksi kain-kain tradisional yang disebut kain bebali. Disebut kain bebali, karena umumnya dipakai bertalian dengan upacara atau wali (bebali), seperti upacara perkawinan, ngusaba dan lainnya.

Yang khas dari tenun dari Seraya Timur ini adalah pewarnaan benang, memanfaatkan warna alam yang berasal dari tumbuhan. Di antaranya pohon tibah atau mengkudu, kayu secang, santen dan lainnya. Karenanya masuk akal, harga per lembar kain terbilang lumayan tinggi. Dari Rp 200 ribuan sampai jutaan rupiah.

I Nyoman Sudira, seorang pembimbing dari Disdagprin Bali mengiyakan keunikan potensi tenun tradisional Seraya Timur. “Juga masih ada menggunakan benang yang diproses secara manual tradisonal,” ujar Sudira. Mulai dari mipisin, menghaluskan dan memisah biji kapas. Selanjutnya nyetet, sehingga serat kapas mengembang atau melonggar dan ngantih atau menggulung kapas menjadi benang.

“Pelatihan diberikan untuk membuat motif sederhana seperti wajik, kueng dan motif pinggiran,” ungkap Sudira. Tak hanya kain bebali, perajin di Seraya Timur berkeinginan mengembangkan endek warna alam. Untuk itu tentu butuh ATBM (alat tenun bukan mesin). “Di beberapa tempat di Bali juga telah dilakukan pelatihan  terkait pemberdayaan perajin tenun,” kata Sudira. *k17

Komentar