nusabali

26 Banjar Krisis Air di Jembrana

  • www.nusabali.com-26-banjar-krisis-air-di-jembrana

BPBD Jembrana telah menyalurkan sebanyak 74 tangki atau sebanyak 370.000 liter air bersih. Selain ke warga, air bersih juga dikirim ke sekolah yang mengajukan permohonan.

NEGARA, NusaBali

Mulai Agustus hingga 9 Oktober 2019, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana mencatat ada sebanyak 26 banjar/lingkungan yang diketahui mengalami krisis air berkenaan musim kemarau saat ini. Selama dua bulan lebih itu, BPBD Jembrana telah menyalurkan sebanyak 74 tangki atau sebanyak 370.000 liter air bersih ke 26 banjar tersebut.

Adapun 26 banjar yang mengalami krisis air itu tersebar di 11 desa/kelurahan di 4 kecamatan, yakni Kecamatan Melaya, Mendoyo, Negara, dan Jembrana.

Di wilayah Kecamatan Melaya ada 11 banjar di 3 desa yang warganya kesulitan mendapat air bersih. Di antaranya 5 banjar di Desa Manistutu (Banjar Ketulampa, Benel, Pendem, Mekar Sari, dan Tunas Mekar), 4 banjar di Desa Tukadaya (Banjar Sarikuning, Sarikuning Tulung Agung, Kembangsari, dan Sombang), dan 2 banjar di Desa Warnasari (Banjar Puncaksari dan Warnasari Kaja).

Di wilayah Kecamatan Mendoyo, ada 7 banjar di 3 desa, yakni 4 banjar di Desa Yehembang (Banjar Kaleran, Kaleran Kauh, Wali, dan Sekar Kejula Kelod), 2 banjar di Desa Penyaringan (Tibu Beleng Tengah dan Pangkung Kwa), dan 1 banjar di Desa Yehembang Kauh (Banjar Munduk Anggrek). Kemudian di wilayah Kecamatan Negara, ada 7 banjar di 4 desa, yakni 4 banjar di Desa Berangbang (Banjar Berangbang, Munduk Tumpeng, Munduk Tumpeng Kelod, dan Tangimayeh), 1 banjar di Desa Pengambengan (Banjar Kombading), 1 lingkungan di Kelurahan Lelateng (Lingkungan Awen Mertasari), dan 1 banjar di Desa Tegal Badeng Timur (Banjar Tangi).

Di Kecamatan Jembrana ada 1 lingkungan di 1 kelurahan, yakni Lingkungan Pencardawa, Kelurahan Pendem.

Kepala BPBD Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Jembrana I Made Sapta Budiarta, mengatakan sejumlah banjar yang dilaporkan mengalami krisis air itu diberikan bantuan air secara bertahap. Apabila persediaan air bersih sudah habis, pihak desa mengirimkan permohonan. “Sejak masuk bulan September lalu, hampir setiap hari kami menerima permohonan bantuan air. Kalau sedang lengang, ada permohonan per hari itu, hari itu juga kami kirim. Paling lambat besoknya sudah kami kirim,” ujarnya, Rabu (9/10).

Pendistribusian bantuan air bersih dari PDAM itu disalurkan ke bak penampungan. Tetapi ada juga beberapa banjar maupun desa yang belum menyiapkan bak penampung, sehingga harus dilakukan penyaluran langsung ke rumah-rumah warga. “Kami harap yang belum membuat bak penampungan, agar segera membuat permohonan bantuan. Bisa ajukan permohonan bantuan terpal ke Dinas Sosial. Karena kalau tidak dibuat bak penampungan, pendistribusian akan terhambat, karena hanya ada 1 mobil tangki air. Kasihan juga petugas kami. Karena harus mengirim ke rumah-rumah, mereka kadang sampai tidak sempat makan siang,” ucap Sapta Budiarta.

Selain masyarakat di banjar, kata Sapta Budiarta, sebelumnya juga ada pengiriman bantuan air bersih di 2 SD di Desa Berangbang, yakni SDN 1 Berangbang dan SDN 5 Berangbang.

Teranyar Rabu kemarin, jajaran BPBD Jembrana kembali menyalurkan masing-masing 1 tangki air ke 4 banjar. Yakni ke Lingkungan Awen Mertasari, Kelurahan Lelateng, Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Banjar Munduk Tumpeng Kelod, Desa Berangbang, dan Banjar Kaleran, Desa Yehembang Kauh.

“Tidak menutup kemungkinan nanti juga laporan baru di wilayah lain. Apalagi hujan diperkirakan baru akan turun awal bulan depan (November). Itu pun diperkirakan intensitasnya belum terlalu tinggi,” tandasnya. *ode

Komentar