nusabali

Jelang Jabatan Berakhir, Bupati Minta Perusda Tak Mati Suri

  • www.nusabali.com-jelang-jabatan-berakhir-bupati-minta-perusda-tak-mati-suri

Sebagai perusahaan yang membantu pengembangan produk lokal, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti meminta Perusahaan Daerah Dharma Santika (PDDS) Kabupaten Tabanan tidak mati suri.

TABANAN, NusaBali

Karena Perusda merupakan sinergitas dari masyarakat. Bahkan Bupati Eka juga meminta perusahan daerah tidak dibayangi kepentingan politik.

“Jadi jangan sampai Perusda mati suri, karena perusahaan ini yang akan bersinergi dengan produk asli rakyat,” kata Bupati Eka saat memberikan sambutan pada pelantikan pejabat di Tabanan, Senin (7/10).

Dia juga meminta Perusda jangan disangkutpautkan dengan politik. Karena Perusda berkaitan dengan program ekonomi kerakyatan. “Intinya jangan sampai mati suri atau jalan setengah-setengah, karena membawa amanah rakyat lantaran hasilnya kembali lagi untuk Tabanan,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu jelang akhir masa jabatan program-program yang inovatif diminta dijaga. Salah satunya program sampah online yang saat ini sedang dirancang. “Yang penting apa yang sudah bagus tolong dipertahankan,” tandasnya.

Di sisi lain lain eksekutif kembali lagi memanamkan modal kepada Perusda Dharma Santika sebesar Rp 10 miliar. Hal ini rupanya sudah diajukan eksekutif dalam rapat paripurna DPRD Tabanan pada Senin (7/10).

Sementara itu, Direktur Perusahaan Daerah Dharma Shantika I Putu Sugi Darmawan mengatakan dua tahun berjalan setelah dihidupkan kembali tahun 2017,  hingga 2019 ini belum bisa mendapatkan keuntungan. “Omzet dari serapan produk BUMDes seperti beras dan kopi ke sejumlah toko modern maupun hotel masih difungsikan untuk menutupi biaya operasional,” ujarnya.

Sementara terkait dengan nilai penambahan Rp 10 miliar yang disetujui, akan digunakan untuk permodalan market beras ASN. Di mana kebutuhan beras ASN per bulan mencapai 125 ton, yang tentunya Perusda bisa menyerap gabah petani yang ikut program gerbang pangan serasi (GPS) dalam bentuk beras sehat dengan asumsi pembelian Rp 7,2 miliar per enam bulan. “Jadi bisa beli tunai, tidak ada istilah bon untuk pembelian ke petani. Kami pastikan akan menggandeng Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras), jadi tidak sampai mematikan Perpadi,” kata Sugi.

Selama ini karena modal terbatas, maka permintaan untuk beras konvensional masih dibatasi hanya 50 ton per bulan. “Permintaan beras merah juga mulai meningkat, minimal dengan fokus pada market beras sehat ASN, target tahun berikutnya bisa setor PAD, meski belum banyak,” tandasnya. *des

Komentar