nusabali

Hebat! Mahasiswa Unud Kembangkan Mesin Pengolah Limbah ke Biogas

  • www.nusabali.com-hebat-mahasiswa-unud-kembangkan-mesin-pengolah-limbah-ke-biogas

Energi biogas yang dihasilkan bisa menghasilkan daya listrik hingga 1.000 watt!

DENPASAR, NusaBali.com
Seiring dengan permasalahan polusi dunia yang terus bertambah, diperlukan adanya solusi untuk memperoleh daya listrik dan gas tanpa menggunakan bahan bakar yang tak bisa diperbarui, seperti bensin. Pada Festival Agribisnis 2019 Provinsi Bali yang berlangsung di kawasan Bajra Sandhi Denpasar, 3-6 Oktober 2019, terdapat salah satu stand yang menawarkan alternatif sumber energi listrik dan gas yang ramah lingkungan. 

Stand ini merupakan stand oleh Jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana yang tergabung bersama Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali. Di stand ini, I Gede Artha Negara, mahasiswa S2 Teknik Mesin Universitas Udayana, memperkenalkan rangkaian mesin pengolah limbah kotoran sapi menjadi energi biogas yang tak hanya mampu untuk menyalakan kompor, tapi juga mampu menghasilkan listrik berdaya 1.000 watt!

Proses pengolahan limbah kotoran sapi ini dimulai dari proses fermentasi limbah di dalam mesin degister. Hasil fermentasi yang sudah berupa gas metana ini kemudian dialirkan ke tabung dsulfurizer, barulah kemudian biogas ini siap dialirkan untuk menyalakan kompor atau ke mesin genset biogas untuk diubah menjadi tenaga listrik. Pengalihan gas yang sebenarnya telah siap dipakai setelah proses fermentasi ke tabung dsulfurizer ini memiliki tujuan tertentu. 
“Gas yang dihasilkan pada saat fermentasi masih mengandung gas dsulfur sehingga harus dimurnikan di dsulfurizer ini. Jika tidak dimurnikan, penggunaan langsung gas setelah fermentasi akan mengakibatkan korosi (karatan) pada kompor. Dengan dimurnikan di dsulfurizer, umur kompor bisa lebih panjang,” jelas Gede Artha pada Sabtu (5/10/2019).


Tak main-main, satu kilogram limbah kotoran sapi yang difermentasi mampu menghasilkan 300 liter biogas. Jumlah ini cukup untuk menyalakan kompor selama dua jam. Atau, jika dikonversikan ke tenaga listrik, 200 liter biogas mampu untuk menghasilkan listrik berdaya 1000 watt yang cukup untuk menyalakan seluruh perabotan rumah tangga dalam satu rumah selama 30 menit.  
Tak hanya kotoran sapi, sebenarnya limbah organik apapun bisa digunakan untuk menghasilkan energi biogas. Hanya saja, penelitian sejauh ini membuktikan bahwa kotoran sapi menghasilkan energi biogas yang lebih baik. “Kotoran sapi menghasilkan gas metana dengan kadar paling tinggi, yaitu sekitar 50-60% dari hasil fermentasi. Ini menghasilkan nyala api yang paling besar dan jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan limbah organik lainnya, seperti kotoran babi,” lanjut Gede Artha. 

Penelitian mengenai pengolahan limbah organik menjadi biogas ini telah dimulai semenjak 2015 silam tatkala Gede Artha masih menjadi mahasiswa jenjang S1. Penelitian yang diinisiasi oleh dosen Gede Artha, Prof Dr Tjokorda Gde Tirta Nindhia ST  MT., diikuti oleh lima orang mahasiswa. Adapun mesin degister yang berhasil dibuat oleh tim dari Jurusan Teknik Mesin ini terdiri dari dua jenis, yaitu model portable yang bisa dipindah sewaktu-waktu dan model permanen. 

Meskipun belum bisa diproduksi secara massal, namun model mesin ini telah beberapa kali dibuat dan dihibahkan untuk masyarakat di beberapa kabupaten di Bali, seperti Jembrana dan Gianyar. “Ini merupakan bentuk kontribusi kami dalam menyikapi permasalahan limbah. Dari pada kotoran sapi dibiarkan, gas metananya menyebar ke mana-mana menjadi polusi dan hanya dimanfaatkan sebagai pupuk, lebih baik diolah dan dimanfaatkan menjadi energi ramah lingkungan. Sisa fermentasinya yang kering juga tetap bisa dijadikan pupuk,” tutur mahasiswa semester 1 jenjang pendidikan S2 di Teknik Mesin Unud ini.*yl

Komentar